Pages

Monday, October 7, 2019

JODOH PASTI BERTEMU

"... Terkadang aku memikirkan apa yang tidak aku mengerti. Menunggu menunggu kepastian. Aku menunggumu, Ardi. "

Purnama saat itu sedang memamerkan cahaya keemasan. Dengan mimpi berburu, itu menambah sensasi yang tak terduga. Kiara. Gadis itu sedang duduk di selembar kertas dan pena. Sesekali dia minum air rindu yang mengalir di pipinya. Terkadang dia tersenyum sendiri ketika dia menulis, "Ya, kamu mungkin juga tersenyum ketika kamu mengingat kejadian itu."

Cahaya ruangan itu tidak terlalu terang. Tetapi dengan sengatan tangan mungil itu menelusuri ungkapan yang ada di pikirannya.

tok tok tok

Pintu kamar terbuka. Rara. Kakak perempuannya datang dengan segelas teh hangat.

“Lagi menulis apa itu?” Dia meletakkan gelas di samping kertas yang sibuk.

“Kamu tahu maksudmu,” dia melanjutkan kalimatnya di atas kertas tanpa memandang Rara.

"Kenapa ada air di wajah kakakku. tuh .. di atas kertas juga ada. Kakak menangis? "Kiara mengalihkan pandangannya ke wajah saudara perempuannya.

"Siapa yang menangis. Saya tidak menangis. "

" Baiklah. terlihat seperti mata saudari merah. Itu pertanda saudari menangis. Ohh .. piala .. piala ... piala. Adikku menangis. "Rara mencubit pipi Kiara. Kocok tepat di sebelah kiri.

"Hmmmmm. Apa kabar Suster hanya kewalahan dengan menulis cerita. "

"Ya atau tidak ... hmmmm .. nona? cieeee .. kakak merindukan ya ya? "

" Tidak .. siapa yang merindukan? "Elak Kiara.

“Jika tidak, mengapa wajah adikku memerah?”

Kiara tidak bisa mengusir. Telah ditemukan.

Mereka adalah dua gadis pesantren di kabupaten surabaya. Orang tua mereka sangat sibuk sehingga mereka tidak bisa diatur. Kemudian orang tua mereka memilih untuk memasuki pesantren. Akhirnya mereka memasuki pesantren.

Di suatu hari. Kiara jatuh sakit. Ia terbaring lemas di rumah sakit. Rara sangat khawatir dengan kondisi kakaknya. Begitupun dengan rekan sekamarnya.

“Dok… kakak saya tidak apa-apa kan dok. kakak saya bisa sembuh kan dok?” Lontaran pertanyaan Rara kepada dokter membuat suasana tegang. Fatimah menenangkan Rara agar ia tidak gelisah.

“Teman anda membutuhkan seseorang…”

“Seseorang..?” Potong Rara.

“Ya. Seseorang yang dapat membuat ia sadar.”

“Seseorang itu siapa dok? Siapa?” Tanya Rara tidak sabar.

“Tenang Ra. Jangan gegabah. tenang.” Pinta Fatimah.

“Jadi begini. teman kalian terkena penyakit remaja. Ia sedang mengagumi seseorang. Tapi ia tidak sampai untuk mengungkapkannya. Jadi ia terkadang suka menyendiri dan mengandai-andai.”

Setelah perbincangan lama. Datanglah seorang lelaki dengan berlari menuju ruangan Kiara dirawat.

“Kiara… Kiara… bangun… ayo bangun aku sudah kembali. Bangunlah kumohon..” Suaranya halus. lebih halus daripada kain sutra untuk orang yang sedang dilanda badai asmara.

“Ar… Ardi… itukah kau?” Tanya Kiara tapi masih memejamkan mata.

“Iya. Ini aku. aku sudah kembali. Bangunlah.”

Perlahan mata Kiara terbuka. Ia menoleh kanan kiri. Melihat sekeliling dan berhenti pada satu titik. Mata kekasih. Lantas ia memberikan senyumnya kepada Ardi. Senyum khas dengan lesung pipi. Ardi pun tak kalah. Ia membalas senyumnya itu.

“Maafkan aku Ra. aku telah meninggalkanmu. Tapi sekarang aku tahu. kamu sangat berarti untukku.”

Rara dan teman-temannya hanya terharu melihat mereka.

“Jadi ini orangnya yang selalu kakak tulis dalam kertas setiap malam.” batin Rara.

Air matapun tidak lupa menghiasi suasana itu. Airi mata kerinduan yang terpancar dari mata Kiara, seolah menandakan besar cintanya kepada lelaki itu.

“Kiara…”

“Ya…”

“Aku…”

“Aku apa?” Kiara bertanya-tanya.

“Aku mencintaimu. Demi Allah aku mencintaimu. Dengan menyebut nama Allah. Aku akan melamarmu sekarang. Maukah kamu menjadi pendamping hidupku?”

Lelaki itu mengulurkan tangannya dengan membawa kotak berisi dua buah cincin.

Dengan tangis… Kiara sangat terharu.

“Aku tidak mau..” Jawab kiara.

Ardi sangat terkejut. ia menatap Kiara penuh iba.

“Aku tidak mau kalo kamu meninggalkanku lagi.” Lanjutnya.

Suasana yang tadinya tegang. sekarang berubah dengan senyuman yang menawan.

Akhirnya mereka melangsungkan pernikahan 2 bulan setelah Kiara keluar dari rumah sakit. Hidup bahagia dan bersama.

“Jika memang kau telah digariskan berjodoh denganku. Maka aku akan tetap menantimu walaupun kapas sudah menutupi hidungku. Aku sangat mencintaimu… Ardi”

KIARA

 

Karya : Muhamad Abdul Latif

No comments:

Post a Comment

SAHABAT

Dodo duduk di halaman belakang rumah sedang asik main game di Hp-nya. Tony yang selesai mengerjakan tugas kuliahnya, ya keluar dari kamarnya...