Pages

Monday, October 14, 2019

CAT AND MOUSE

Hari yang cerah sekali. Tikus berjalan-jalan untuk menikmati hari yang cerah. Tikus melihat Kucing yang sedang duduk bersantai di bawah pohon rindang. Tikus pun bergerak menuju ke tempat Kucing berada. Tikus pun langsung berada di depan Kucing dan berkata "Hay sobat. Kelihatannya santai amat?"
"Iya," jawab Kucing.

Tikus pun duduk di bersama Kucing di bawah pohon rindang. 

"Hari ini sungguh menyenangkan ya. Apalagi cuaca bagus untuk jalan-jalan," kata Tikus.

"Iya," saut Kucing.

Saat Kucing dan Tikus ngobrol dengan santai di pohon rindang. Tikus dan Kucing melihat seorang manusia di tegek oleh seorang manusia yang berwujud sangar untuk di minta uang dan segala hal yang di bawanya.

"Terjadi kejahatan di jalan," kata Tikus.

"Biasalah  di lingkungan di sini. Nama juga ulah manusia. Nanti juga polisinya dateng juga untuk mengejar penjahat yang menegek manusia yang tidak berdaya itu," kata Kucing.

Baru di omongin Kucing. Polisi dateng mengejar  penjahat yang menegek manusia yang tidak berdaya. Segera polisi membawa penjahat tersebut di bawa ke kantor. MAnusia yang di tegek penjahat seneng dengan kerja polisi yang menjaga keamanan dirinya dalam keadaan apapun dan juga lingkungan sekitar dari kejahatan, jadi dirinya selamat dari kejahatan.

"Kucing. Ternyata omongan kamu benar dengan kejadian manusia tersebut. Kejahatan yang terjadi di jalanan," kata Tikus.

"Ah itu sih sudah biasa," saut Kucing.

"Tapi kenapa gak ada super heronya ya?" kata Tikus yang sedikit becanda gitu.

"Dunia kenyataannya. Super hiro ya polisi, tentara, sapam dan para manusia yang punya jiwa satria yang ingin menolong yang lemah karena terjebak kejahatan di mana-mana," penjelasan Kucing.

"Kalau  semua orang punya jiwa satria bisa menolong orang yang tidak berdaya dan terbebas dari kejahatan berarti hidup di dunia ini bisa aman dan tentram. Jadi jauh dari kejahatan di masyarakat. Kejahatan terjadi karena banyak motifnya di jalani oleh para penjahat yang merugikan manusia lain," kata Tikus.

"Namanya hidup bermasyarakat. Di sisi lain ada kebaikan di sisi lain ada keburukan. Pandai-pandai saja menjaga diri di lingkungan. Kejahatan itu mengintai siapa saja?!. Jadi pentingnya polisi, tentara, sapam dan para manusia yang berjiwa satria yang menjaga keamanan agar lingkungan jadi aman," kata Kucing.

"Benar kamu Kucing. Pentingnya polisi, tentara, sapam dan para manusia yang berjiwa satria yang menjaga keamanan demi keadaan lingkungan jadi aman banget. Jadi jalan kehidupan yang di jalani manusia jadi lebih baik lagi," kata Tikus.

"Ya. Sudah ngobrolnya aku ingin jalan-jalan lagi di hari yang cerah," kata Kucing.

"Ikutan Kucing," saut Tikus.

"Ayo!" ajak Kucing.

"Iya," jawab Tikus.

Kucing dan Tikus beranjak dari duduk di pohon yang rindang, lalu berjalan-jalan menikmati hari yang cerah banget keduanya.

JOKO KENDIL

Pada zaman dahulu kala, di suatu desa terpencil di Jawa Tengah ada seorang janda miskin. Ia mempunyai seorang anak laki-laki yang bentuknya menyerupai periuk untuk menanak nasi. Di Jawa Tengah, periuk untuk menanak nasi itu disebut kendil. Karena anak laki-laki itu menyerupai kendil maka Ia dikenal dengan nama Joko Kendil.

Meskipun anaknya seperti kendil, namun sang ibu tidak merasa malu maupun menyesali, bahkan sebaliknya Ia sangat menyayanginya dengan tulus.

Ketika masih kecil, Joko Kendil seperti anak-anak seusianya. Ia sangat jenaka sehingga disenangi teman-temannya. Pada suatu hari ada pesta perkawinan di dekat desanya. Diam-diam Joko Kendil menyelinap ke dapur.

"Aduh, ada kendil bagus sekali. Lebih baik untuk tempat kue dan buah-buahan," kata seorang Ibu sambil memasukkan bermacam-macam kue dan buah ke dalam kendil itu. Ia tidak tahu bahwa kendil itu sebenarnya adalah manusia. Setelah terisi penuh, Joko Kendil perlahan-lahan menggelinding keluar.

"Kendil ajaib! Kendil ajaib! Teriak orang-orang yang melihat kejadian itu. Mereka berebutan memiliki kendil ajaib itu. Joko Kendil pun semakin cepat menggelinding pulang ke rumah.

Setibanya di rumah, Joko Kendil Iangsung menemui Ibunya. 

"Dari mana kau mendapat kue dan buah-buahan sebanyak ini?" tanya Ibunya penuh keheranan. 

Joko Kendil dengan jujur menceritakan apa yang dialaminya. Semuanya itu bukan hasil curian melainkan pemberian Ibu-Ibu di dapur suatu pesta perkawinan. Menurut mereka kendil yang indah itu Iebih tepat untuk menyimpan kue dan buah-buahan dari pada digunakan untuk menanak nasi.

Tahun demi tahun Joko Kendil bertambah umur dan semakin dewasa. Namun tubuhnya tidak berubah, tetap seperti kendil. Pada suatu hari Joko Kendil menyampaikan keinginannya untuk segera menikah. Tentu saja Ibunya bingung, siapa yang mau menikah dengan anaknya yang berbentuk kendil. Ibunya semakin bingung lagi ketika Joko Kendil menyatakan hanya mau menikah dengan putri raja.

"Apa keinginanmu tidak keliru, anakku? Engkau anak orang miskin, bentuk tubuhmu seperti kendil. Mana mungkin puteri raja mau menikah denganmu?"

kata Ibunya. Tapi Joko Kendil tetap mendesak untuk segera melamarkan putri raja untuknya. Akhirnya pada hari yang ditentukan Joko Kendil dan Ibunya menghadap raja.

Sang raja mempunyai tiga orang putri yang cantik jelita. Ibu Joko Kendil dengah hati-hati menyampaikan bahwa maksud kedatangannya adalah untuk melamar salah seorang putri raja. Sang raja sangat terkejut tetapi dengan bijaksana Ia menanyakan jawabannya kepada ketiga putrinya itu.

"Putriku, Dewi Kantil, Dewi Mawar, dan Dewi Melati, adakah di antara kalian yang bersedia menerima lamaran Joko Kendil?"

"Ayahanda, saya tidak sudi menikah dengan anak desa yang miskin itu," jawab Dewi Kantil ketus.

"Saya pun tidak mau menikah dengan makhluk aneh itu. Saya hanya mau menikah dengan putera mahkota yang tampan dan kaya raya," jawab Dewi Mawar dengan nada sombong. Sang raja pun mengalihkan pandangannya kepada Dewi Melati.

"Ayahanda, mohon restui saya. Lamarannya saya terima dengan sepenuh hati," jawab Dewi Melati.

Mendengar jawaban Dewi Melati mengagetkan itu, sang raja pun sejenak. Ia tidak mengerti apa yang mendorong Dewi Melati bersedia menjadi istri Joko Kendil. Namun sebagai raja yang bijaksana Ia harus menepati janjinya.

"Aku merestuimu, anakku," kata raja. Keputusan Dewi Melati ini Iangsung disampaikan kepada Ibu Joko Kendil. Akhirnya perkawinan Dewi Melati dan Joko Kendil pun dilangsungkan dengan meriah.

Mendengar jawaban Dewi Melati yang mengagetkan itu, sang raja pun tertegun sejenak. Ia tidak mengerti apa yang mendorong Dewi Melati bersedia menjadi istri Joko Kendil. Namun sebagai raja yang bijaksana Ia harus menepatijanjinya.

"Aku merestuimu, anakku," kata raja. Keputusan Dewi Melati ini langsung disampaikan kepada Ibu Joko Kendil. Akhirnya perkawinan Dewi Melati dan Joko Kendil pun dilangsungkan dengan meriah.

Joko Kendil pun resmi menjadi suami Dewi Melati dan mereka hidup berbahagia. Namun kebahagiaannya selalu terganggu dengan ejekan dan cemoohan kedua kakaknya.

"Lihat, suami Dewi Melati jalannya menggelinding seperti bola," kata Dewi Kantil yang sengaja bicara dengan keras agar terdengar oleh adiknya.

"Wajahnya jelek, tubuhnya aneh, Iebih tepat untuk tempat buang sampah saja," sambung Dewi Mawar. Semua ejekan itu diterima dengan tabah dan penuh kesabaran oleh Dewi Melati.

Pada suatu hari, raja mengadakan perlombaan ketangkasan dan keterampilan menggunakan senjata sambil berkuda. Seluruh keluarga kerajaan menyaksikan lomba itu. Akan tetapi Joko Kendil tidak terlihat di arena perlombaan karena sakit. Dewi Melati pun duduk sendirian.

"Hore! Hore!" teriak para penonton membahana saat melihat para panglima dan pangeran dari berbagai negeri memperlihatkan keahliannya.

Di tengah-tengah kemeriahan lomba ketangkasan, tiba-tiba penonton terpesona melihat kedatangan seorang ksatria tampan dan gagah perkasa yang sedang memasuki arena. Ia mengenakan pakaian kerajaan yang gemerlapan dan naik kuda tunggangan yang gagah perkasa pula. Dewi Kantil dan Dewi Mawar Iangsung terpesona hatinya dan berusaha menarik perhatian pangeran itu. Mata mereka melirik Dewi Melati yang duduk termangu sendirian.

"Hanya kita yang pantas bersanding dengan Pangeran tampan itu. Lihat, adik kita sedang termenung memikirkan kendil pujaannya," ejek Dewi Mawar sambil mencibir ke arah Dewi Melati. Karena tak tahan menerima ejekan kedua kakaknya maka Dewi Melati pun meninggalkan arena perlombaan dan lari kekamarnya.

Ketika masuk kamar, Dewi Melati tidak melihat suaminya yang terbaring sakit, melainkan hanya melihat sebuah kendil yang kosong. "Kendil ini yang membuatku selalu dihina sehingga membuatku sedih. Lebih baik kuhancurkan saja!" teriak Dewi Melati sambil menghempaskan kendil itu ke Iantai sampai hancur berkeping-keping. Seketika itu juga tiba-tiba di hadapannya muncul seorang ksatria yang sangat tampan dan gagah perkasa persis pangeran berkuda yang mempesona di arena lomba.

"Siapa kamu, mengapa ada di kamarku?" tanya Dewi Melati terkejut. "Akulah Joko Kendil suamimu," ucap sang Pangeran. 

Sang Pangeran pun menceritakan bahwa tubuhnya yang berbentuk kendil itu adalah kehendak Dewata. Tubuhnya akan kembali seperti semula apabila ada seorang puteri raja yang tulus bersedia menikah dengannya. Dewi Melati begitu takjub mendengar cerita itu dan Iangsung memeluk suaminya dengan bahagia. Kejadian itu membuat Dewi Kantil dan Dewi Mawar malu sekaligus iri atas keberuntungan adiknya.


RAWA PENING

Pada zaman dahulu, hiduplah seorang anak yang sakti. Kesaktiannya ini membuat seorang menyihir jahat iri. Penyihir jahat menyihir anak itu, sehingga tubuhnya penuh luka dengan bau yang sangat menyengat. Luka-luka baru akan muncul begitu luka lama mulai kering. Keadaannya kondisi tubuhnya itu, tidak ada seorang pun yang mau berhubungan dengannya. Jangankan bertegur sapa, berdekatan saja orang tidak mau. Mereka takut tertular.

Suatu hari, anak ini bermimpi ada seorang perempuan tua yang dapat menyembuhkan penyakitnya. Ia pun berkelana mencari perempuan tua dalam mimpinya tersebut. Di setiap kampung yang ia datangi, ia selalu ditolak oleh penduduk. Mereka merasa jijik dan mengusir anak ini.

Akhirnya, sampailah ia di sebuah kampung yang sebagian besar penduduknya adalah orang-orang yang sombong. Tidak banyak orang yang miskin di desa itu. Mereka akan diusir atau dibuat tidak nyaman kalau tinggal di sana. Hal ini mengusik hati anak kecil ini.

Pada sebuah pesta yang diselenggarakan di kampung itu, anak kecil ini berhasil masuk. Namun, orang-orang segera mengusirnya dan mencaci-makinya. Ia langsung diseret keluar.

Pada saat terseret, ia berpesan kepada orang-orang itu supaya lebih memerhatikan orang tak punya. Mendengar kata-kata anak itu, beberapa orang makin marah, bahkan meludahinya sambil berkata, "Dasar anak setan, anak buruk rupa!"

Anak itu merasa terluka dengan perlakuan orang-orang tersebut. Lalu, ia menancapkan sebuah lidi di tanah don berkata, "Tak ada satu pun yang bisa mencabut lidi ini dari tanah, hanya aku yang bisa melakukannya!"

Orang-orang meragukan ucapan anak tersebut. Mereka pun mencoba mencabut lidi tersebut. Namun, tak seorangpun dapat melakukannya. Dalam beberapa hari, lidi itu tak bisa tercabut. Suatu hari, secara diam-diam, anak itu datang dan mencabut lidi itu. Tanpa sepengetahuannya, ada seorang warga yang melihatnya dan melaporkannya kepada warga yang lain.

Dari tempat lidi itu dicabut, mengalirlah mata air. Semakin lama, air itu semakin deras. Air menenggelamkan daerah tersebut, sehingga menjadi sebuah telaga yang kini bernama Telaga Rawa Pening.

Tidak ada yang selamat dari musibah itu kecuali seorang perempuan tua yang berbaik hati memberinya tempat tinggal dan merawatnya. Secara ajaib penyakit kulit anak itu sembuh.

Namun, penyihir jahat yang telah menyihir si anak itu tidak terima dengan kesembuhan itu. Kemudian, ia menyihir anak itu menjadi seekor ular besar dengan sebuah kalung genta di lehernya.

Konon, ular ini sering keluar dari sarangnya pada tengah malam. Setiap kali bergerak, dentingan kalung di lehernya selalu berbunyi klentang-klenting. Bunyi inilah yang kemudian membuatnya dinamakan Baru Klinting.

Kemunculan ular itu diyakinin masyarakat sebagai tando keberuntungan bagi nelayan nelayan yang tidak mendapat ikan.

Kini, Telaga Rama Pening adalah objek wisata yang sangat populer di Jawa Tengah. Tempat ini terletak di Desa Bukit Cinta, Kabupaten Ambarawa.

TELAGA WARNA

Pada zaman dahulu, terdapat sebuah kerajaan yang tentram dan damai bernama Kerajaan Kutatanggehan. Kerajaan tersebut di pimpin oleh Raja yang adil dan bijaksana bernama Prabu Sunarwalaya, Raja Sunarwalaya di damping oleh Permaisuri yang bernama Purbanamah. Namun, Raja dan Permaisuri belum juga mempunyai seorang anak. Mereka sudah cukup lama menikah. Raja sering sekali termenung sedangkan Permasuri hanya dapar mengeluarkan air mata.

Berbagai upaya sudah dilakukan, termasuk menggunakan ramuan-ramuan yang dimakan, baik oleh sang Raja atau pun Permaisuri. Banyak dukun yang sudah diundang dan membacakan mantera-mantera. Namun, itu usaha tersebut hanya sia-sia.

Beberapa penasehat kerajaan menyarankan Raja dan Permaisuri untuk memungut anak yatim. Karena, di kerajaan banyak anak yatim piatu, di antaranya adalah anak dari para prajurit dan perwira yang gugur di medan perang. Namun, Raja dan Permaisuri tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh para penasehat. Karena mereka berpikir, anak pungut pasti sangat berbeda dengan anak sendiri.

Suatu hari, Raja memutuskan untuk pergi bertapa, ia pergi bertapa kedalam hutan. Setelah Raja berminggu-minggu bertapa. Tiba-tiba, antara sadar dan tidak ia mendengar sebuah suara.

"Hai Prabu, apa yang kamu inginkan? Sehingga kau datang kesini untuk bertapa?’’

"Hamba menginginkan seorang anak’’ jawab sang Raja.

"Bukankah kamu dapat memungut seorang anak?’’ Tanya suara itu.

"Hamba menginginkan anak sendiri dan darah daging sendiri.’’ Jawab Raja lagi.

"Jadi? Kamu hanya menginginkan anak sendiri?’’ Tanya suara itu.

"Ya, bagaimana pun keadaannya. Anak sendiri lebih baik dari anak pungut.’’ Jawab sang Raja.

"Baiklah jika itu yang kau inginkan. Sekarang, pulanglah!’’

Mendengar suara tersebut, Raja pun kembali pulang ke Istana. Beberapa waktu setelah kejadian tersebut. Permaisuri hamil. Seluruh kerajaan merasa sangat senang dengan kabar tersebut. banyak warga kerajaan yang mengirim hadiah kepada Raja dan Ratu sebagai bentuk rasa senang mereka. Akhirnya, hari yang ditunggu pun tiba. Permaisuri melahirkan seorang bayi perempuan. Kelahiran sang Putri di sambut dengan pesta tujuh hari tujuh malam. Sang Putri pun diberi nama Putri Gilang Rukmini. Untuk menyambut kelahiran sang Putri, banyak sekali warga kerajaan mengirimkan berbagai macam hadiah yang sangat mahal.

Sang Putri pun menjadi seorang remaja, ia sangat cantik. Namun, karena kehadirannya sangat di inginkan oleh ke dua orang tuanya dan oleh rakyat. Akibatnya, sang Putri berperangai sangat buruk, semua keinginannya harus dituruti. Jika di tentang, ia pasti akan marah besar. Ia pun selalu memerIntah para pelayan semena-mena. Tidak jarang ia selalu bertingkah kasar dan menggunakan kata-kata yang tidak layak keluar dari seoran Putri.

Walaupun seperti itu, Raja, Permaisuri dan Rakyat sangat mencintainya. Putri pun tumbuh semakin dewasa, ia semakin bertambah cantik. Pada usianya yang ke tujuh belas tahun, tidak ada Putri lain atau gadis dari kerajaan yang menandingi kecantikannya. Sebelum ulang tahunnya yang ke tujuh belas, rakyat memberikan hadiah kepadanya. Dari berbagai pelosok. Hadiah-hadiah tersebut berupa barang-barang yang sangat berharga. Seperti, emas, uang, perhiasaan-perhiasan dan permata.

Raja sangat berterimakasih kepada seluruh rakyat atas kecintaannya kepada Putrinya tersebut. ia hanya mengambil beberapa perhiasan dan permata. Perhiasan tersebut ia serahkan kepada tukang emas untuk dibuat menjadi perhiasan baru yang lebih besar dan lebih indah. dengan senang hati, seorang empu pembuat perhiasan emas membuat perhiasan berbentuk kalung yang sangat indah. kalung itu menggambarkan tanaman dengan daun-daun dari emas dan perak, serta bunga-bunga dan buah-buahan dari permata yang berwarna-warni.

Seluruh warga kerajaan benar-benar sangat menunggu penyerahan kalung tersebut kepada sang Putri pada saat ulang tahunnya yang ke tujuh belas. Ketika tiba saatnya, berkumpullah warga Kutatanggeuhan di halaman istana. Mereka mengalah ke arah anjungan, tempat Raja dan keluarga istana. Tidak lama kemudian, Raja dengan di damping Permaisuri dan para bangsawan pun keluarlah dari dalam istana. Raja melambaikan tangan kepada rakyatnya dan di sambut sorak-sorai oleh mereka.

Sorak-sorai kembali ketika Putri Gilang Rukmini datan diiringi belasan orang inang pengasuh. Sang Putri sangat cantik bagaikan Bidadari. Karena, kecantikannya banyak orang terpesona dan berhenti bersorak-sorai.

"Warga Kutatanggeuhan yang baik, sebelum upacara selamatan untuk menyambut usia tujuh belas tahun anakku, saya akan menyampaikan hadiah kalian untuk Putri Gilang Rukmini. Biarlah ia tahu, betapa besar cinta kalian kepadanya," kata sang Raja.

Mendengar hal tersebut rakyat pun kembali bersorak-sorai. Setelah tenang kembali. Raja membuka sebuah kotak yang berukir yang terbuat dari kayu cendana.dan mengeluarkan kalung buatan sang empu.

"Anakku Gilang Rukmini, ini adalah sebuah hadiah dari warga kerajaan sebagai kegembiraan mereka karena saat ini kau sudah menginjak dewasa. Kalung ini adalah ungkapan kasih sayang mereka kepadamu. Pakailah Nak, supaya mereka melihat kau dapat menerimanya dengan gembira.’’ Ujar sang Raja.

Sang Putri pun menerima kalung tersebut. Ia terdiam sejenak.

"Jelek sekali kalung ini! Aku tidak suka," katanya melemparkan kalung tersebut.

Kalung itu pun putus berceceran. Hadirin membisu menyaksikan peristiwa itu. Tidak ada satu orangpun yang bergerak dan berkata-kata. Di tengan keheningan tersebut, terdengar suara isak tangis sang permaisuri. Rakyat pun ikut menangis terutama para wanita. Pada saat yang sama, suatu keajaiban terjadi.

Tiba-tiba, keluarlah air yang jernih, seakan bumi pun ikut menangis. Air itu pun keluar hingga menjadi mata air yang besar dan dalam waktu sekejap telah membentuk sebuah danau. Danau itu semakin lama semakin luas dan akhirnya menenggelamkan kerajaan Kutatanggeuhan dengan segala isinya.

Danau tersebut saat ini sudah surut, yang tertinggal hanyalah sebuah danau kecil ditengah-tengah hutan di daerah puncak, Jawa Barat. Nama danau tersebut adalah Telaga Warna.

Pada siang hari, air telaga tersebut berwarna-warni sangat indah. keindahan yang penuh warna tersebut sebenarnya bayangan hutan di sekeliling telaga dan langit biru di atasnya. Banyak orang yang mengatakan bahwa warna-warni itu datang dari permata bercerai-berainya kalung milik Putri Gilang Rukmini.

ANDE-ANDE LUMUT

Pada zaman dahulu, ada sebuah Kerajaan besar yang bernama Kerajaan Kahuripan. Namun, untuk mencegah perang persaudaraan Kerajaan Kahuripan di bagi menjadi dua Kerajaan, yaitu Kerajaan Kediri dan Kerajaan Jenggala. Suatu hari sebelum Raja Erlangga meninggal, ia berpesan untuk menyatukan kembali kedua Kerajaan tersebut.

Akhirnya, kedua Kerajaan tersebut bersepakat untuk menyatukan kedua Kerajaan, dengan cara menikahkan Pangeran dari Kerajaan Jenggala, yaitu Raden Panji Asmarabangun. Dengan Putri cantik Dewi Sekartaji dari Kerajaan Kediri.

Namun, keputusan untuk menikahkan Pangeran Raden Panji Asmarabangun dengan Putri Sekartaji, di tentang oleh Ibu Tiri Putri Sekartaji. Karena Istri kedua dari kerajaan Kediri menginginkan Putri kandungnya sendiri yang menjadi Ratu Jenggala. Akhirnya, ia merencanakan untuk menculik dan menyembunyikan Putri Sekartaji dan Ibu kandungnya.

Suatu hari, Raden Panji datang ke Kerajaan Kediri untuk menikah dengan Dewi Sekartaji. Namun, Putri Sekartaji sudah menghilang. Mengetahui hal itu Pangeran Panji sangat kecewa. Namun, Ibu tiri Putri Sekartaji membujuknya untuk tetap melangsungkan pernikahan tersebut. Putri Sekartaji di gantikan dengan Putri kandungnya Intan Sari. Namun, Pangeran langsung menolak usulan tersebut.

Karena sangat kecewa, Pangeran Panji memutuskan untuk mencari Putri Sekar dan Ibunya. Ia akhirnya mengganti namanya menjadi Ande-ande Lumut. Suatu hari, ia menolong seorang Nenek yang sedang kesusahan yang bernama Mbok Randha. Akhirnya, mbok Randha mengangkatnya sebagai anak angkat dan tinggal dirumah Mbok Randha.

Suatu hari, Ande-ande Lumut meminta Ibu angkatnya untuk mengumumkan bahwa ia sedang mencari calon istri. Banyak gadis-gadis desa di sekitar desa Dadapan untuk bertemu dan melamar Ande-ande Lumut. Namun, tidak seorangpun yang ia terima untuk di jadikan istrinya.

Sementara, Putri Sekar dan Ibunya Candrawulan berhasil membebaskan diri dari sekapan Ibu tirinya. Mereka pun mengirimkan pesan melalui burung merpati untuk di sampai kepada Raja dari Kerajaan Kediri. Mengetahui bahwa Putri Sekar dan Ibunya mengirimkan surat. Intan Sari dan Ibunya segera melarikan diri.

Putri Sekar sangat senang dan berniat untuk bertemu dengan Pangeran Panji. Namun, ia pun kecewa karena Pangeran Panji sudah pergi berkelana. Ia pun memutuskan untuk berkelana juga untuk mencari Pangeran Panji.

Suatu hari, ketika Putri Sekar tiba di rumah seorang janda yang mempunya tiga anak gadis cantik. Nama ke tiga Janda tersebut adalah, Klenting Merah, Kelentin Biru dan Klenting Ijo. Akhirnya, Putri Sekar pun mengganti namanya menjadi Klenting Kuning.

Mendengar berita yang bersumber dan desa Dadapan kabar itu menyebutkan jika Mbok Randa mempunyai anak angkat, seorang pemuda yang sangat tampan wajahnya_ Ande-ande Lumut namanya. Ketampanan Ande-ande Lumut sangat terkenal menjadi buah bibir dimana-mana. Banyak gadis yang datang ke desa Dadapan untuk melamar anak angkat Mbok Randha itu.

Kabar tentang Ande-ande Lumut sedang mencari Istri terdengar oleh ke ke empat gadis cantik tersebut. Akhirnya, Janda tersebut menyuruh anak-anaknya untuk pergi menemui Ande-Ande Lumut.

Suatu hari, mereka segera berangkat. Namun, mereka hanya pergi bertiga karena Klenting Kuning mempunyai pekerjaan rumah yang belum selesai. Mereka bertiga saling mendahului agar terpilih oleh Ande-ande Lumut. Namun, di tengah perjalanan mereka sangat kebingungan karena harus menyebrang sungai. Di tengah kebingungan tersebut. Tiba-tiba, muncullah. Pemuda bernama Yuyu Kakang. Ia menawarkan untuk mengantarkan mereka menyebrang. Tapi, Yuyu Kakang mengajukan satu syarat. 

"Jika sudah menyebrangkan kalian, maka perbolehkan aku untuk mencium kalian bertiga’’ pada awalnya mereka menolak. Namun, karena itu jalan satu-satunya mereka pun terpaksa menyetujui persyaratan tersebut.

Sesampainya di rumah mbok Randha, mereka langsung memperkenalkan diri satu persatu. Melihat kedatangn ketiga gadis cantik tersebut, ia segera memanggil Ande-ande Lumut. Namun, ia langsung menolak ketiga gadis tersebut.

Sementara itu, setelah menyelesaikan pekerjaannya Kleting Kuning. Kleting Kuning pun juga berniat datang ke desa Dadapan Untuk bertemu dengan Ande-ande Lumut. Keinginan itu disarnpaikannya kepada Ibu angkatnya. Kleting Kuning berangkat menyusul ketiga Kleting lainnya. Tibalah ia di tepi sungai. Ia pun merasa kebingungan untuk menyebrang. Namun, lagi-lagi Yuyu Kangkang datang menawarkan bantuannya. Sama seperti ketiga Klenting setelah di sebrangkan Klenting Kuning harus bersedia untuk di cium. Klenting Kuning pun segera naik ke punggung Yuyu Kangkang.

Setelah mereka tiba di seberang, Kleting Kuning langsung membuka kotoran ayam yang dibungkus daun pisang. Ia mengoleskannya pada kedua pipinya. Yuyu Kangkang kemudian menagih janji. Kleting Kuning segera memasang pipinya yang diolesi kotoran ayam. Yuyu Kakang pun marah dan menyuruhnya segera pergi.

Ande-ande Lumut menolak ke tiga Klenting karena telah di cium oleh Yuyu Kangkang. Tiba-tiba, Ande-ande Lumut sangat terkejut ketika melihat kedatangan Klenting Kuning. Mbok Randha sangat heran melihat sikap anak angkatnya. Banyak gadis-gadis cantik yang datang untuk melamarnya. Namun, ia tolak dengan berbagai alasan. Tapi, melihat Klenting Kuning yang berpakaian sangat kumal dan badannya yang sangat bau malah di sambut dengan wajah bahagia dan berseri-seri.

Akhirnya, Mbok Randha pun terdiam. Ia mengikuti Ande-Ande Lumut menemui gadis itu. Sementar, Kleting Kuning terkejut sekali melihat Ande-Ande Lumut adalah tunangannya, Raden Panji Asmarabangun.

Akhirnya, di depan semua orang, Klenting Kuning langsung mengubah diri menjadi Putri Sekartaji. Semua orang sangat terkejut melihat sosoknya yang sangat cantik. Ketiga kakak angkatnya pun sangat terkejut ketika mengetahui jika sosok yang selama itu mereka perlakukan dengan tidak baik itu ternyata Putri Sekartaji.

Tak lama kemudian, mereka di kejutkan oleh Ande-ande Lumut yang membuka dirinya. Ia tidak lain adalah Pangeran Raden Panji. Kedua sejoli tersebut sangat bahagia karena dapat bertemu kembali. Akhirnya, Raden Panji langsung membawa Putri Sekar dan Ibu angkatnya Mbok Randha ke Kerajaan Jenggala. Mereka pun segera melangsungkan pernikahan. Akhirnya Kerajaan Kediri dan Kerajaan Jenggala dapat bersatu kembali.

SAHABAT

Dodo duduk di halaman belakang rumah sedang asik main game di Hp-nya. Tony yang selesai mengerjakan tugas kuliahnya, ya keluar dari kamarnya...