Pages

Tuesday, July 18, 2017

LIZARD


Hari panas di sebuah pinggir jalan. Seekor Kadal mencari sebuah minuman dengan berjalan menuju sebuah sampah. Terlihat oleh Kadal dari jauh air di dalam sebuah botol kaca.  Bergegas Kadal dengan berlari menuju botol berisi air. Sampai di botol berisi air Kadal berusaha masuk ke dalam botol.

“Ah....segarnya,” kata Kadal.

Kadal terus minum air di dalam botol sampai rasa kehausan hilang. Saat mau keluar dari Kadal terjepit pada mulut botol.

“Haaaaaa....gimana ini?" saya tidak bisa keluar dari botol,” kata Kadal.

Kadal pun berusaha dengan keras terbebas dari masalah menimpanya. Tiba-tiba dateng Tikus mendatengin Kadal.

“Kenapa kamu Kadal?. Terjebak di dalam botol.......ha....ha....ha,” kata Tikus meledek di barengin tertawa.

“Saya lagi ke susahan bukannya di bantuin. Malah tertawa. Seneng ya...melihat saya susah,” kata Kadal yang kesal.

“Iya...deh...saya tolong,” kata Tikus.

Tikus sekuat tenaga menarik Kadal agar keluar dari botol yang menjebaknya. Tapi hal yang tidak sangka-sangka terjadi ekor Kadal terputus karena di tarik Tikus.

“Aduh...sakit tahu,” kata Kadal.

“Maaf gak sengaja memutus ekor kamu Kadal. Tapi kenapa masih bergerak ya?. Ihh jijik lah,” kata Tikus.

Tikus membuang ekor kadal yang terputus. Lalu Tikus mulai menarik kembali Kadal yang terjebak di dalam botol dengan sekuat tenaga. Kadal hampir keluar dari botol.

“Ayo Tikus sedikit lagi,” kata Kadal.

“Iya....ini lagi usaha tahu,” saut Tikus.

Tikus menarik Kadal dengan sekuat tenaga agar keluar dari botol. Pada akhirnya usaha Tikus berhasil mengeluarkan Kadal dari botol dengan posisi terpental cukup jauh.

“Hore..berhasil,” kata Kadal.

“Berhasil-berhasil tapi jangan mendudukin saya,” kata Kadal.

“Maaf posisinya tidak menguntungkan buat kamu Tikus,” kata Kadal.

Kadal pun bangun begitu juga Tikus.

“Sebelum dan sesudahnya saya terima kasih banyak,” kata Kadal.

“Iya....sama-sama. Lain kali hati-hati. Oh ya ngomong-ngomong gimana dengan ekor mu?” kata Tikus.

“Ekor....ahhhh tidak jadi masalah. Nanti tumbuh sendiri,” kata Kadal.

“Ohhhhh.....begitu,” kata Tikus.

Saat lagi asik berbicara antara Tikus dan Kadal di pinggir jalan. Mobil lewat melemparkan sampah ke pinggir jalan mengenai Tikus dan Kadal.

“Dasar manusia,” kata Kadal yang jengkel.

“Sudah jangan biarkan ulah manusia itu yang penting makan enak,” kata Tikus.

“Haaaaa...pizza. Makan enak.......hore...hore,” kata Kadal.

Kadal dan Tikus menyantap pizza lezat di pinggir jalan.

MONKEY


Hari yang cerah di iringi nyayian burung perkutut di pohon yang rindang. Seekor Monyet berjalan melewati pohon rindang menuju sebuah pohon pisang di tepi sungai. Monyet memeriksa beberapa pohon pisang kalau-kalau sudah buahnya telah masak. Terlihat oleh Monyet salah satu pohon pisang buahnya telah masak.

“Waktunya memanen,” kata Monyet.

Monyet yang senang memanjat pohon pisang sampai ke pucuk. Monyet dengan berusaha keras mematahkan tandan pisang pada pohonnya. Usaha Monyet berhasil tandan pisang jatuh ke tanah. Monyet segera turun dari pohon pisang segera membopong buah pisang di bawa ke rumah.

Monyet pun berjalan menyusurin jalan setapak menuju rumahnya. Terlihat oleh Monyet seekor Keledai yang sedang ke susahaan. Monyet menghampiri si Keledai sambil menaruh tandan pisang di bopongnya ke tanah.

“Bisa saya bantu Keledai?,” tanya Monyet.

“Oh..kamu Monyet. Saya sedikit mengalami kendala membuat rumah. Padahal bahannya cukup, tapi setiap saya susun pasti roboh. Apalagi hari terlihat mendung,” kata Keledai.

“Kalau di lihat sih memang benar langit mendung dan udara sedikit lembab. Saya akan menolong kamu membuat rumah,” kata Monyet menawarkan diri.

“Iya silakan,” saut Keledai.

Monyet mengumpulkan bahan-bahan yang di kumpulkan Keledai, lalu mulai di susunnya dengan rapih.

“Oh Keledai ternyata kamu kurang tali untuk mengikatnya,” kata Monyet.

“Ohh..........,” kata Keledai.

Monyet merangkai batang-batang kayu dengan rapih dan diikat oleh tali terbuat dari akar-akar pohon. Sedang untuk atapnya Monyet menyusun dengan rapih daun-daun yang lebar yang di kumpulkan Keledai. Tidak makan waktu banyak rumah Keledai jadi.

“Ok...semuanya beres Keledai,” kata Monyet.

“Wah ...bagus. Terima kasih atas bantuannya,” kata Keledai.

“Oh..saya punya sedikit makan untuk kamu,” kata Monyet.

Monyet  membagi dua buah bisang yang dibawanya, lalu di berikan kepada Keledai.

“Terima kasih banyak Monyet atas buah pisangnya,” kata Keledai.

“Sama-sama, kalau begitu saya permisi untuk pulang,” kata Monyet.

“Silakan,” jawab Keledai.

Keledai masuk ke dalam rumah yang baru dengan membawa buah pisang ke dalam rumahnya. Monyet melanjutkan perjalannya menuju rumahnya tidak lupa membawa buah pisangnya. Air hujan mulai turun rintik-rintik. Monyet  segera berlari cepat-cepat menuju rumahnya. Sesampainya di rumahnya Monyet segera masuk ke dalam. Hujan turun dengan sangat lebat sekali.

“Hampir saja saya basah kuyup,” kata Monyet.

Dalam rumah ada yang bergerak di sebuah tumpukan daun-daun. Monyet mendatenginnya untuk di periksa. Monyet mulai mengangkat lembar demi lembar daun terlihat hewan berduri.

“Haaaaaaa...Landak,” teriak Monyet.

“Jangan terlalu heboh gitu Monyet. Saya cuma numpang sebentar  untuk berteduh, karena hari mau hujan,” kata Landak.

“Eeeeh..seenaknya masuk rumah saya,” kata Monyet.

“Maaf....,” kata Landak.

“Ya maaf mu saya terima,” kata Monyet.

Landak bergerak menuju bau yang enak.

“Wah pisang yang matang. Boleh saya makan?” kata Landak.

“Silakan,” kata Monyet.

Landak memetik satu buah pisang matang, lalu di kupasnya kulitnya. Landak mulai memakan buah pisang matang.

“Enak.....sekali,” kata Landak.

“Enakkan buah pisang yang baru saya petik dari pohonnya,” kata Monyet.

“Iya itu benar sekali,” kata Landak.

Monyet dan Landak menikmati buah pisang yang enak sambil menunggu hujan berhenti.

SAHABAT

Dodo duduk di halaman belakang rumah sedang asik main game di Hp-nya. Tony yang selesai mengerjakan tugas kuliahnya, ya keluar dari kamarnya...