Pages

Thursday, July 13, 2017

PUPPY


Di dalam hutan hiduplah seekor Anak Anjing bersama Ibu Anjing.  Anak Anjing lagi asik duduk di depan rumahnya melihat pemandangan yang indah sekali. Sang Ibu menghampiri Anak Anjing yang sedang santai. Dengan penuh perhatian sang Ibu Anjing membawkan makan untuk anaknya. Sepotong tulang yang segar untuk Anak Anjing dibawa dengan mulut sang Ibu Anjing.

“Nak ini makan untuk kamu,” kata Ibu Anjing.

“Ya...bu...terima kasih banyak,” jawab Anak Anjing.

Sang Anak anjing dengan segera menjilati  tulang yang lezat tersebut. Dengan cerianya menikmati makan yang disuguhkan Ibunya. Sedangkan Ibu Anjing pergi meninggalkan Anak Anjing di halaman depan rumah sendirian dan masuk ke dalam rumah.

Dari dalam hutan seekor Anjing Hitam dateng dengan sombongnya. Melihat anak anjing sedang asik menyantap makanannya sang Anjing Hitam dateng menghampirinya.  Dengan sifat jahatnya Anjing Hitam mengambil paksa makan si anak anjing,. Dengan ber tindak cepat Anjing Hitam membawa lari makan tersebut ke dalam hutan.

Anak Anjing yang tidak punya kemampuan apa-apa itu? menangis sedih karena makanannya di rebut.  Sang Ibu Anjing dateng untuk menghampiri anaknya yang menangis sedih.

“Kenapa kamu?” tanya sang Ibu Anjing.

“Heee...makan ku di di rampas Anjing Hitam yang jahat,” kata Anak Anjing sambil menangis.

“Kemana Anjing Hitam itu pergi?” tanya sang Ibu Anjing.

“Hheeeee...ke dalam hutan,” jawab Anak Anjing yang bersedih hatinya.

“Ya..udah ikhlasin aja......mungkin belum rezeki.....Ibu masih bisa memberi mu lagi makan yang baru,” kata sang Ibu Anjing yang bijak.

“Iya...bu....,” jawab Anak Anjing yang penurut.

“Ayo kita masuk ke dalam,” kata  Ibu Anjing yang baik hati.

“Iya bu....,” jawab  Anak Anjing yang nurut perintah ibunya.

Ibu Anjing dan Anak Anjing masuk ke dalam rumah kebetulan hari mulai sore hari. Sang Ibu Anjing menutup rapat pintu rumahnya. Di dalam rumah Ibu Anjing menyiapkan makan kesukaan anaknya dengan senang hati. Anak Ajing kembali ceria dan menghilangkan kesedihannya karena mendapatkan makan tulang yang enak dan lezat sekali.

Anjing Hitam terus melangkah ke dalam hutan dengan membawa tulang yang ada di mulutnya. Kemudian dengan melihat sekitar hutan Anjing Hitam berjaga-jaga tentang keberadaannya aman atau tidak.

“Kaya aman di sini,” gerutu Anjing Hitam.

Mulai Anjing Hitam menggali tanah dengan cepat dengan menggunakan ke dua kaki depannya.

“Kaya lubang cukup dalam.,” celoteh Anjing Hitam.

Segera Anjing Hitam menaruh tulang hasil rampasan  kedalam lubang yang di gali. Dengan cepatnya Anjing Hitam menguburnya. Tetapi dalam kegiatan Anjing Hitam ketahuan seekor binatang di balik semak- semak. Anjing Hitam segera meninggalkan tempat tersebut menjelajahi hutan kembali. Sedang binatang yang bersembunyi di semak-semak meninggalkan tempat tersebut.

Keesokan harinya seekor Anak Anjing Putih sedang asik makan tulang di pinggir hutan. Tiba-tiba dateng Anjing Hitam menghampiri Anak Anjing Putih. Segera merampas tulang yang di nikmati Anak Anjing Putih. Dengan segera Anjing Hitam pergi meninggalkan Anak Anjing Putih menuju ke dalam hutan. Anak Anjing Putih menangis  sedih karena kehilangan makanannya.  Saat Anak Anjing menangis dateng Anak Anjing lain mendatenginya.

“Kenapa kamu menangis?” tanya Anak Anjing.

“Anu....anu makan ku di rampas oleh Anjing Hitam,” kata Anak Anjing Putih.

“Oh...begitu...kemana Anjing Hitam pergi,” tanya Anak Anjing.

“Ke dalam hutan,” ujar Anak Anjing Putih.

“Ya .....udah coba untuk mengikhlaskan semua kejadian ini. Karena saya juga pernah mengalami hal yang sama,” kata Anak Anjing.

“Ya......saya coba......,” sahut Anak Anjing Putih.

Datenglah seekor Kelinci Coklat di saat ke dua anak anjing mengorbol.

“Sedang apa kalian berdua di pinggir hutan. Kelihatannya ada kesedihan yang mendalam,” tanya Kelinci Coklat.

“Iya Pak Kelinci Coklat........Anak Anjing Putih makannya di rampas oleh Anjing Hitam sama kejadiannya sama dengan masalah yang dihadapi saya kemarin,” kata Anak Anjing.

“Oh begitu .....ngomong-ngomong kemana perginya Anjing Hitam yang jahat itu?,” tanya Pak Kelinci Coklat.

“Ke dalam hutan,” sahut Anak Anjing.

“Ooooooooohhh...begitu...urusan ini segera di tanggulangi karena sudah 2 korban ulah Anjing Hitam yang Jahat,” kata Pak Kelinci Coklat.

Datenglah seekor Kelinci Putih menghampiri  mereka semuanya yang sedang asik membahas ulah Anjing Hitam.

“Maaf mengganggu pembicaraan kalian, tetapi saya melihat kegiatan Anjing Hitam mengubur makannya di rampas di sebuah tempat di dalam hutan. Saya bisa menunjukkannya,” kata Pak Kelinci Putih.

“Kebetulan sekali.......ayo kita semua selesaikan masalah ini,” sahut Pak Kelinci Coklat.

Berdasarkan petunjuk Pak Kelinci Putih segera mereka semua mendatengi sebuah tempat di mana Anjing Hitam menguburkan semua rampasannya. Sampai di tempat penguburan tulang segera Pak Kelinci Putih menggali dengan sangat cepat. Lalu menunjukkan tulang-tulang yang di rampas Anjing Hitam kepada Pak Kelinci Coklat dan ke dua anak anjing. Sangking senangnya ke dua anak anjing mendapatkan makan ke sukaannya kembali.

“Bagaimana dengan pelakunya di beri hukuman atau gak?” tanya Anak Anjing Putih.

“Oh malah itu gampang kita urus nanti,” jawab Pak Kelinci Putih.

Pak Kelinci Putih meninggalkan tempat tersebut bersama Pak Kelinci Coklat dan  ke dua anak anjing menuju rumah masing menyiapkan rencana jebakan. Saat Anjing Hitam mendatengi tempat menguburin tulang rampasan. Anjing Hitam melihat ada banyak jejak. Mulai Anjing Hitam memeriksanya  dengan seksama.

“Haaaaaa.....hilang......,” kata Anjing Hitam yang terkejut.

Anjing Hitam terlihat murung sekali karena kerja kerasnya jadi sia-sia. Anjing Hitam terus melangkah ke pinggir hutan dan bertemu dengan Pak Kelinci Putih.

“Kenapa murung hei Anjing Hitam?” tanya Pak Kelinci Putih.

“Eeeeeeee ......gak...kok...,” saut Anjing Hitam.

“Pasti ada yang hilang ya.....bagaimana rasanya kehilangan barang? Padahal barang tersebut asalnya bukan punya kamukan.......menyesal pun salah arti. Penipu tetap penipu apalagi menipu diri sendiri menjadi sok baik.......kedok aja......... apa yang terlihat suci ternyata kotor ?,”. ledekan Pak Kelinci Putih.

“Brengsek kamu ini.....................mau cari gara-gara.......,” kata Anjing Hitam yang marah.

“Ya bisa di bilang begitu...........pencuri tulang dari  beberapa binatang yang lemah,” kata Pak Kelinci Putih.

“Jadi kamu...biang...........nya mengambil rampasan tulang yang saya sembunyikan,” kata Anjing Hitam yang marah.

Anjing Hitam mulai menyerang Pak Kelinci Putih. Dengan kecepatan Pak Kelinci Putih berhasil menghindar. Dengan berlari sekuat tenaga menuju suatu tempat. Anjing Hitam yang marah terus saja mengejar. Pada akhirnya Pak Kelinci Putih terpojok di sebuah pohon yang besar dan tidak mampu menghindari kemarahan Anjing Hitam.

“Eeeeeet....tungggu dulu sebelum melampiaskan semua amarahmu........Anjing Hitam. Lihat sekeliling mu sekarang................,” kata Pak Kelinci Putih.

“Haaaaaaaa.......saya yang terpojok,” kata Anjing Hitam.

“Mereka semua adalah para binatang yang kamu rampas haknya. Pada akhirnya mereka semua bersatu untuk menangkap kamu dan juga untukmemberi balasan dari sakit hati mereka semua,” penjelasan Pak Kelinci Putih.

“Sial.....baget  kejebak.......mau gimana lagi iya saya menyerah. Selama ini saya yang berbuat jahat pada setiap binatang di kampung ini,” kata Anjing Hitam.

“Kalau begitu kita beri hukuman biar dia jera dulu,” sahut Pak Kelinci Coklat.

“Setuju............,” kata para binatang.

“Iya itu benar sekali...........yang berbuat kejahatan harus di hukum sesuai dengan hukum yang ada agar tidak lagi membuat kerusakan.....alias jera........karena mengganggu ketertipan umum,” penjelasan Pak Kelinci Putih.

“Itu benar sekali......kalau begitu kita tangkap dia sebagai peringatan bagi makluk yang berbuat jahat,” sahut Pak Kelinci Coklat.

“Setuju.......,” jawab semua para binatang.

Dengan murung Anjing Hitam karena ulahnya ketahuan. Dengan di jaga ketat dengan para binatang, Anjing Hitam mendapatkan sebuah hukuman yang di tentukan di pengadilan para binatang.

ELEPAHNT


Angin bertiup sepoy-sepoy  di antara pohon yang rindang. Di tengah hutan belantara seekor Gajah sedang berjalan sambil berdendang ria. Tiba-tiba seekor tikus melintas di depan mukanya. Gajah pun terkejut  sampai mundur beberapa langkah dan masuk ke dalam sebuah lubang yang cukup dalem.

“Tolong....,” teriak Gajah dari dalam lubang.

Berkali-kali Gajah meminta tolong tidak satu makluk yang menolong. Gajah terlihat murung di dalam lubang.

“Kalau saja saya tidak terkejut melihat tikus. Saya tidak akan masuk ke dalam lubang ini,” gerutu Gajah.

Gajah terus saja meminta pertolongan sampai suaranya habis. Waktu terus berlalu sampai malam hari tidak satu binatang yang menolongnya. Gajah makin murung dan sampai ketiduran. Keesokan harinya Ayam Jago berkokok di atas pohon. Gajah pun terbangun dari tidurnya yang panjang. Gajah terus berusaha berteriak meminta bantuan. Saat itu muncullah seekor Macan Akar turun dari pohon menghampiri Gajah yang murung di dalam lubang.

“Bisa saya bantu ?” tanya Macan Akar.

“Iya...iya...tolong saya keluarkan saya dari sini,” saut Gajah  dengan memohon.

“Oh......itu masalahnya....tunggu sebentar ya,” kata Macan Akar.

“Iya..saya tunggu,” kata Gajah dengan penuh harapan.

Macan Akar pun pergi  dengan cepat menemui temannya si Badak yang lagi asik main di kumbangan lumpur.

“Maaf Badak saya mengganggu mu yang lagi asik,” kata Macan Akar.

“Oh kamu Macan Akar. Kamu tidak menggangu kok. Ada angin apa kamu main ke sini?,” tanya Badak.

“Begini saya ingin meminta bantuan kamu untuk menolong Gajah yang terjebak di dalam lubang,” kata Macan Akar.

“Itu masalahnya...ok saya bantu,” kata Badak.

Badak pun bangun dari kumbangan lumpur bergerak menuju ke tempatnya Gajah di tengah hutan bersama Macan Akar. Selang beberapa saat Macan Akar dan Badak sampai di tempat Gajah.

“Maaf Gajah menunggu lama,” kata Macan Akar.

“Oh..tidak apa-apa? Yang penting kamu mau menolong saya,” kata Gajah yang memelas.

“Sudah berapa lama kamu di sana?” tanya Badak.

“Sudah semalaman saya di sini,” jawab Gajah.

“Lama juga kamu di situ......ya,” kata Badak.

“Oh iya Gajah coba minggir ke dinding sebelah kiri kami berdua akan menurunkan batang kayu ke dalam lubang,” kata Macan.

“Oh iya,” jawab Gajah.

Gajah pun mengikuti intruksi Macan Akar sedangkan Badak dengan culahnya yang kuat di tancapkan ke batang kayu yang tergeletak di tanah, lalu dengan sekuat tenaga di doronglah batang kayu menuju lubang. Sedikit demi sedikit batang kayu bergeser sampai terjatuh ke dalam lubang.

“Sekarang kamu naik batang kayu tersebut,” kata Macan Akar.

“Baik,” saut Gajah.

Gajah mulai naik ke batang kayu yang posisinya miring. Dengan pelan-pelan akhirnya Gajah berhasil keluar dari lubang.

“Terima kasih banyak atas bantuannya,” kata Gajah yang senang.

“Iya sama-sama. Lain kali lebih berhati-hati,” saut Macan Akar.

“Iya saya akan lebih berhati-hati berjalan di hutan belantara,” kata Gajah.

Gajah, Badak dan Macan Akar meninggalkan tempat tersebut dengan penuh kebahagian.

FOX


Suatu hari  seorang anak laki-laki  bernama Daici menemukan sebuah buku kuno di laci tua milik kakeknya saat hendak membersihkan lemari. Daici membaca dengan seksama buku kuno  tentang legenda Rubah ekor sembilan.

“Ternyata Rubah ekor sembilan membawa bencana dan keluarnya di saat bulan purnama merah,” kata kesimpulan Daici membaca buku kuno.

Daici kemudian mengembalikan buku kuno ke dalam sebuah laci kembali. Lalu Daici keluar rumah untuk membeli makan. Dengan berjalan kaki menuju sebuah mini market berada tidak jauh dari rumahnya. Tiba-tiba Daici melihat seekor binatang seperti kucing lewat di depan mukanya.

“Haaaaa....apa saya tidak salah lihat....Rubah ekor sembilan?” kata Daici memperhatikan ekor binatang tersebut.

Binatang tersebut berlari cepat dan melompat ke atas rumah, lalu menghilang di kegelapan malam.  Daici mulai memperhatikan suasana sekitar.

“Bulan purnamanya berwarna merah. Jangan-jangan bener apa yang saya lihat?” kata Daici.

Daici sedikit ketakutan dengan keberadaan Rubah ekor sembilan. Tapi lama kelamaan suasana makin membuat merinding Daici. Dengan langkah hati-hati menuju mini market. Sontak terdengar suara ledakan tidak jauh dari tempat Daici. Kemudian karena penasaran Daici mencari tahu keberadaan ledakan tersebut.

Terlihat oleh mata Daici sebuah mobil menabrak pom bensin. Ledakan makin menjadi-jadi membakar segalanya. Para warga panik untuk mematikan api. Sedang pengendara mati dengan luka bakar yang parah.

“Apa mungkin ulah dari Rubah ekor sembilan?” kata Daici.

Terlihat oleh Daici di atap rumah di terangin oleh sinar bulan purnama berwarna merah seekor binatang berekor sembilan berdiri tegak.

“Haaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.............Rubah ekor sembilan,” kata Daici dengat terkejut.

Daici yang ketakutan terus berusaha menenangkan dirinya. Rubah ekor sembilan menghilang di selimuti oleh kabut yang kebal. Daici melihat hanya bisa terdiam dan terpaku.

“Ternyata buku kuno tersebut menyatakan kebenaran tentang legenda Rubah ekor sembilan pembawa bencana,” kata Daici.

Polisi dateng beserta mobil ambulan, dan armada pemadam kebakaran untuk menangani musibah yang telah terjadi. Daici pun  jadi penonton beserta warga sekitar. Setelah semuanya telah selesai di tangani dengan baik oleh polisi dan armada kebakaran memadamkan api. Daici dan para warga meninggalkan tempat kejadian. Lalu segera Daici pergi ke mimi market.  Setelah mendapatkan barang yang di belinya di mini market Daici pulang ke rumah. Selang berapa saat sampai di rumah Daici segera membuat makan makan malan. Lalu Kakek pun pulang dari rumah temannya. Daici pun merasa senang karena rasa ketakutannya mulai menghilang karena keberadaan Kakek di rumah.

Masakan matang semuanya kemudian Daici menyiapkan makan di meja makan. Kakek duduk bersama Daici menyantap makan yang di buatnya dengan cukup sederhana, tapi enak dan mengenyangkan. Kakek menikmati setiap masakan Daici sambil menonton televisi. Tiba-tiba lagi asik menonton tv Kakek melihat sosok yang membuat Kakek terkejut.

“Rubah ekor sembilan........,” kata Kakek.

Daici pun hanya bisa hanya bisa terdiam melihat makluk tersebut. Sedangkan Kakek juga hanya bisa terdiam. Lalu mereka berdua tetap melanjutkan makan malamnya. Setelah makan malam Kakek pergi untuk tidur. Sedangkan Daici berusaha melupakan musibah hari ini di timbulkan oleh Rubah ekor sembilan.

CAT

Malam makin larut sekali. Seeekor Kucing berwarna hitam sedang mengais makan di sebuah tempat sampah di sebuah gang sempit. Usaha keras Kucing hitam membuahkan hasil menemukan kepala ikan goreng.

“Rasanya lezat sekali,” kata Kucing hitam yang menjilati makannnya.

Kucing hitam menggigit kepala ikan goreng dan di bawanya keluar dari sampah pergi menuju tempat persembunyiannya. Tiba-tiba Kucing hitam di hadang oleh Kucing berwarna putih yang penuh dengan luka.

“Serahkan makan yang enak itu pada ku,” kata Kucing putih.

“Saya tidak akan menyerahkan makan malam saya yang enak ini,” kata Kucing Hitam.

“Apa boleh buat main kasar?” kata Kucing putih.

Kucing hitam mulai menjaga jarak dengan Kucing putih yang mulai mendekati. Dengan cepat berlari menyerang Kucing hitam yang membawa ikan goreng di mulutnya. Dengan perhitungan tepat Kucing hitam mengelak dari serangan Kucing putih, lalu berlari secepat mungkin.

“Sial dia kambur,” kata Kucing putih.

Kucing putih mengejar Kucing hitam  sampa masuk ke  halaman depan rumah yang di tumbuhin oleh rerumputan. Kucing putih meningkatkan kecepatannya dan melompat dan mengeluarkan cakarnya dan di tujukan ke muka Kucing hitam. Sontak dengan cepat berhasil dengan menghindar Kucing hitam, tapi sayang kepala ikan goreng terlepas dari mulutnya. Kucing hitam bergerak cepat untuk mengambil kepala ikan goreng tergeletak di rerumputan. Kucing putih sudah duluan dan menginjak kepala ikan goreng dengan kakinya.

“Saya dapatkan buruan ini yang lezat dan nikmat,” kata Kucing putih.

“Sial sekali terlepas,” kata Kucing hitam yang geram.

Kucing hitam mulai bergerak cepat untuk mengambil kepala ikan goreng dengan mencari sudut yang tepat untuk mencurinya. Kucing putih menjaga kepala ikan goreng tanpa bergeming sedikit pun. Kucing hitam mulai menyerang  dengan terkamannya. Tapi sayang di tangkis dengan sebuah trubukan dari badan yang besar Kucing putih.

“Aaahhhhhh,” teriakan Kucing hitam terpental jauh dan tersungkur.

“Rasakan kekuatan dari saya,” kata Kucing putih mulai menyombongkan dirinya.

Kucing putih mengigit kepala ikan goreng dan di bawa pergi  jauh dari tempat pertarungan. Kucing hitam bangun dari tempatnya tersungkur dan bergerak menuju ke tempat persembunyianya.

“Hari ini benar-benar sial. Makan  enak di rampas oleh hewan yang lebih kuat dari saya,” kata Kucing hitam yang putus asa.

Kucing hitam berjalan dengan penuh kesenduan sampai ke tempat persembunyian. Tiba-tiba di tengah jalan ada seorang manusia membuang sebungkus makan di pinggir jalan.

“Baunya enak sekali...kayanya bau ayam goreng,” kata Kucing hitam.

Kucing hitam bergegas ke bungkusan makan di tepi jalan. Lalu segera membuka bungkusan tersebut dengan kaki depannya dan mulutnya.

“Waaaaw....ternyata paha ayam goreng yang masih banyak dagingnya ditambah nasi putih yang enak,” kata Kucing hitam.

Kucing hitam memakan daging paha ayam goreng bersama nasi dengan lahap sekali.

“Mmeeemmm.....enak sekali.....bener-bener rezeki,” kata Kucing hitam.

Kucing hitam terus melahapnya  makannya. Tiba –tiba merasakan sesuatu yang tidak enak. Ada seekor Anjing mulai mendekat Kucing hitam. Dengan perhitungan tepat Kucing hitam menggigit daging paha ayam goreng dan bawa pergi dari situ secepat mungkin. Anjing mengejar Kucing hitam sampai ke pengkolan gang kecil. Kucing hitam langsung masuk dan melewati sebuah celah kecil di sebuah pager dan menuju ke persembunyiannya. Sedangkan Anjing berusaha keras mendobrak pager, tapi pada akhirnya menyerah meninggalkan tempat tersebut.

Kucing hitam  sampai di persembunyiannya di sebuah teras rumah.

“Hampir saja makan ini di ambil mangsa yang lain,” kata Kucing hitam.

Kucing hitam menikmati makan enaknya tanpa ada yang gangu.

“Kenyang sekali,” kata Kucing hitam.

Kucing hitam selesai menyantap makan malamnya dan mulai berleha-leha di lantai sambil memandangin bintang di langit yang gelap.  

TIGER


Suatu hari yang cerah di sebuah hutan belantara. Seekor Harimau sedang berjalan-jalan di rimbunnya pepohonan sambil mengendus-endus bau yang segar. Harimau mencari bau yang menyegarkan tersebut. Terlihat oleh mata Harimau yang tajam sebuah daging yang bergelantungan di antara dua pohon.

“Makan yang lezat,”  kata Harimau.

Harimau yang kelaparan menerkap daging yang bergantungan di antara dua pohon dengan taringnya yang tajam. Daging tertarik sampai ke tanah. Sebuah pengait tercantol di daging dan sambungkan oleh tali yang cukup kuat menarik sebuah kayu penyanggah. Pintu kandang tertutup  dengan rapat dan terkuci. Harimau terjebak dalam kurungan besi di pasang oleh pemburu.

“Saya terjebak ini.....gara-gara daging segar ini,” kata Harimau.

Harimau terus berputar-putar dalam kandang dan meraung-raung, layaknya raja rimba. Harimau jadi bingung di buat keadaan, mau gak mau hanya bisa duduk terdiam.

“Sampai kapan saya di kurungan ini?. Tolong.....tolong...,” teriak Harimau.

Tidak jauh dari keberadaan Harimau ada seorang Pertapa yang sedang semedi. Dengan khusuknya merapalkan mantra.  Pertapa terbangun dari semedinya, lalu dengan memperhatikan dengan suara yang begitu memilukan.

“Kayanya ada yang kesusahan,” kata Pertapa.

Pertapa beranjak dari duduknya berjalan menuju di mana suara berasal. Dengan menyisir jalan hutan dengan sebuah tongkat Pertapa menemukan Seekor Harimau yang lagi dalam kesusahan. Pertapa ingin membantu melepaskan Harimau dari jebakan pemburu, tapi di benak Pertapa ada khawatiran. Harimau pun bangun melihat seorang Pertapa.

“Tolong saya keluar dari kandang ini,” kata Harimau dengan memelas.

“Saya sih ingin menolong awalnya, tapi ada keraguan. Takutnya kamu di lepaskan menerkam saya untuk melapiaskan nafsu makan mu yang besar,” kata Pertapa berusaha bijak.

“Saya maklum itu, karena saya hewan predator. Tapi saya mohon tolong saya, dan saya berjanji tidak akan memangsa kamu. Wahai Pertapa yang baik,” kata Harimau meminta dengan penuh santun.

“Baiklah saya akan melepaskan  kamu, dan juga saya akan pegang janji kamu,” kata Pertapa.

Pertapa mencari pengait yang mengunci kandang besi. Dengan berusaha keras Pertapa mencongkelnya dengan tongkatnya. Pengait pun terlepas secara otomatis kandang pun terbuka. Harimau pun keluar dengan kandang dan mendekati Pertapa. Rasa ketakutan Pertapa berhadapan dengan Harimau yang mulai bertingkah aneh. Pertapa mulai berantipasi dengan tongkatnya. Harimau mulai menunjukkan raungannya yang hebat di hadapan Pertapa. Kaki Pertapa gemetaran sampai-sampai keringat dingin.

“Apa kamu mau melanggar janji mu tidak menerkam saya?”  tanya Pertapa yang ketakutan.

Harimau mulai mengendus-endus bau tubuh Pertapa.

“Saya sudah berjanji jadi pantang untuk di langgarnya. Karena saya adalah Raja rimba.  Saya berterima kasih karena pertolongannya,” kata Harimau yang bijak.

“Iya....sama-sam,” jawab Pertapa yang ketakutan.

Harimau pun pergi dengan berlari masuk ke hutan lebih dalam lagi dan meninggalkan Pertapa yang terdiam di pinggir kandang.

“Haaaa....... ternyata Harimau yang saya tolong bijak sana juga,” kata Pertapa sambil menghela nafas.

Pertapa pun beranjak dari situ segera kembali ke pondoknya. Dengan penuh ke hati-hatian Pertapa membelah hutan sampai ke kediamannya. Sampai di pondok Pertapa langsung masuk ke dalam untuk beristirahat siang. Baru saja mau merebakan tubuh, terdengar suara gaduh di luar pondok. Pertapa keluar untuk melihat kejadian di luar.

Tiba-tiba 2 bilah pedang di sodorkan di leher Pertama.

“Ada apa ini?” tanya Pertapa.

“Sudah jangan banyak bertanya kamu. Kami berdua akan jadikan kamu budak untuk kaum kami,” kata Penjahat 1.

“Jadi itu benar Pertapa. Karena kami masih butuh banyak orang untuk membangun istana untuk Raja kami,” kata Penjahat 2.

“Tapikan...saya hanya seorang Pertapa yang jauh dari urusan duniawi,” katanya berusaha membela diri.

“Sekarang diam... jangan banyak bicara. Lihat baik-baik seperti mereka di ikat  di sana di jaga teman-teman saya,” kata Penjahat 1.

“Iya...iya...saya nurut,” kata Pertapa.

Pertapa  bejalan dan di ikat dan tangannya dan di satukan dengan orang-orang yang di tangkap. Berjalan para penjahat dengan membawa budak menuju desanya. Melewati lembah sampai menyisiri sungai. Harimau selama ini masih mengawasi sang Pertapa yang baik dengan penciumannnya.  Ditengah Jalan seorang budak mengalami kram kaki karena perjalan jauh dan terjatuh. Penjahat 1 memecutnya dengan kuat layaknya binatang untuk menyuruhnya bangun dan berjalan lagi. Budak berusaha bangun, walaupun dalam ke sakitan. Tiba-tiba Harimau muncul dan menerkam Penjahat 1  bagian lehernya dengan taringnya kuat sampai mati.

Harimau pun meraung dengan sangat kuat di hadapan para manusia. Semua yang melihat kebuasan Harimau sangat ketakutan sekali. Penjahat 2 melihat temannya mati marah dan berusaha melawan Harimau dengan pedangnya. Saat Penjahat 2 mau membacok Harimau menghindar, lalu mencakarnya.

“Aaaaahhhh,” teriak Penjahat 2 dadanya robek bersimbah darah.

Harimau langsung melancarkan terkamannya ke leher sampai Penjahat 2 mati. Para penjahat lainnya ketakutan sekali. Harimau mendatangi Pertapa dengan mulut penuh darah manusia. Para budak yang penuh ketakutan sekali di datengin Harimau. Dengan giginya yang tajam memutus tali yang mengikat Pertapa.

“Terima kasih Harimau,” kata Pertapa.

“Iya...sama-sama,” kata Harimau.

Harimau meraung dengan sangat kuat di hadapan Pertapa dan para budak. Semua para budak yang melihat kebuasan Harimau ketakutan sampai ke terkencing-kencing. Harimau pun pergi meninggalkan semua manusia dengan berlari cepat masuk ke dalam hutan. Pertapa membuka semua ikatan para budak. Lalu mereka semua meninggalkan tempat kejadian kembali ke desa masing-masing. Pertapa sambil berjalan menuju pondoknya mengenang kebaikan dari Harimau yang menepati janji.

SPARROW


Hujan pun berhenti. Langit menjadi terang kembali. Di sebuah pohon melinjo seekor Burung Gereja berteduh, lalu mulai ancang-ancang untuk terbang. Pada saat Ular Hijau merayap di batang pohon melinjo Dengan cepat menangkap Burung Gereja dan mengelibatnya.

“Sial.....saya terjebak oleh Ular Hijau yang berbaur dengan hijaunya daun,” kata Burung Gereja.

“Saya akan menghancurkan tulangmu dan akan ku telan,” kata Ular Hijau.

Burung Gereja berusaha terus agar bisa terlepas dari lilitan Ular Hijau. Semakin bergerak semakin Ular Hijau melilit dengan sangat kuat.

“Aaahhhhh,” teriak kesakitan Burung Gereja.

Burung Gereja pun berusaha  terus  agar bisa lepas dari Ular Hijau.

“Tolong.................,” teriak Burung Gereja.

“Teriaklah sesuka hatimu tidak ada berani menolong kamu termasuk kaummu,” kata Ular Hijau menyombongkan dirinya.

Burung Gereja terus berusaha untuk terlepas dari Ular Hijau.Tiba-tiba seorang Anak Manusia keluar dari rumah berjalan di pekarangan belakang untuk memetik buah melinjo dan daunnya untuk di buat sayur.

“Haaaaa.................Ularrrrrrrr,” teriak terkejut Anak Manusia.

Anak Manusia mengambil sebatang bambu yang biasa untuk mengambil buah melinjo. Tanpa berpikir panjang Anak Manusia memukul ke arah Ular Hijau yang sibuk melilit Burung Gereja. Serangan Anak Manusia tersebut mengenai bagian tubuh Ular Hijau sampai jatuh ke tanah bersama Burung Gereja.

“Eeeeehhh.....aaahhh...sial....tubuh ku rasanya mati rasa.,” kata Ular Hijau.

“Saya bebas......dari lilitan Ular Hijau,” kata Burung Gereja.

Burung Gereja mulai menggerakkan badannya sebisa mungkin dan berusaha terus agar bisa terbang. Dengan tertatih-tatih Burung Gereja melompat. Pada akhirnya usahanya berhasil untuk mengepakan sayapnya. Terbanglah Burung Gereja terus menjauh dari Ular Hijau.

“Saya selamat hari ini dari Ular Hijau yang ingin memangsa. Terima kasih Anak Manusia yang baik. Puji syukur saya panjatkan kehadiran mu ya Tuhan,”  celoteh Burung Gereja saat melayang di udara.

“Gagal mendapatkan makan......kalau diam di sini saja saya akan mati di pukul Anak Manusia,” kata Ular Hijau.

Ular Hijau berusaha dengan cepat melarikan diri mengerakkan seluruh tubuhnya masuk ke dalam semak-semak.

“Kemana pergi Ular Hijau?” kata Anak Manusia.

Anak Manusia terus memukul tongkat ke tanah untuk membunuh Ular Hijau. Karena ketakutan dengan ulah Anak Manusia sang Ular Hijau pun terus melarikan diri masuk ke hutan belantara.

“Kayanya sudah pergi Ular Hijau, tapi kayanya ada Burung Gereja yang mau di lahap Ular. Kemana ya Burung Gereja itu kok di cariin gak ada?,” kata Anak Manusia.

Anak Manusia mencari terus Burung Gereja dengan melihat sekeliling.

“Kayanya saya lihat,” kata Anak Manusia.

Anak Manusia mulai memetik buah melinjo dan daun mudanya, lalu di taruh di dalam sebuah kresek plastik yang cukup besar. Setelah terkumpul banyak Anak Manusia masuk ke dalam rumah dan tidak lupa menaruh batang bambu di tempatnya semula.

“Alhamdulilahhirobil alamin hari ini panen banyak,” kata Anak Manusia.

Di dalam rumah Anak Manusia segera memasak melinjo dan daun mudanya  di campur bahan yang lain untuk dibuat sayur asem yang enak.                                                                                               

CHICKEN


Siang hari panas sekali. Seekor Ayam  Babon dengan 5 Anak Ayam bermain di pinggir hutan. Tuannya keluar dari rumah dengan membawa secanting beras ke halaman belakang.

“Ker....ker....ker,” teriak Tuannya.

Ayam Babon mendengar panggilan Tuannya.

“Ayo anak-anak kita pulang ke rumah. Tuan kita memanggil,” kata Ayam Babon

“Iya.....Ibu....,” jawab semua Anak Ayam

Ayam Babon dengan 5 Anak Ayam berjalan menuju rumah Tuannya.  Beras telah di sebar di halaman belakang oleh Tuannya. Ayam Babon dan 5 Anak Ayam senang sekali melihat banyak makan di yang tersebar di halaman belakang.

“Ayo anak- anak ku ada makan enak dari Tuan kita yang baik,” kata Ayam Babon.

“Iya...Ibu.......,” jawab 5 Anak Ayam.

Ibu Ayam senang momong anak-anaknya yang berusaha tumbuh untuk dewasa. Ayam  Jago dateng dengan menunjukkan kegagahannya.

“Kokoook.......,” kata Ayam Jago.

Tuannya pun mendengarnya dan melihat hewan piaraannya berkumpul.

“Jangan main......jauh-jauh,” kata Tuannya sambil menyebarkan beras ke tanah.

Ayam Jago, Ayam Babon dan 5 Anak Ayam sibuk mengais- mengais beras di tanah.

“Kookkkkkk,” kata  Ayam Jago.

Beras di canting habis di sebar oleh Tuannnya. Lalu segera Tuannya masuk ke dalam rumah.

“Buuuu....Tuan kita baik ya.....,” kata Anak Ayam 1.

“Bener sekali...makan yag sebarkan ini banyak sekali,” kata Anak Ayam 2.

“Moga-moga rezeki Tuan kita di tambah,” kata Anak  Ayam 3.

“Tuhan semoga...Tuan saya di mudahkan rezeki,” kata Ayam 4.

“Ah...inikan biasa......setiap....hari kita di beri makan, tapi enak juga sih...moga-moga Tuhan menambah Rezekinya....agar saya dapet makan ini terus sampai saya dewasa seperti Ibu dan Ayah,” kata Anak Ayam 5.

“Anak...anak Ibu yang baik Tuhan selalu menyertai doa dan usaha kita. Doa kalian selalu di kabulkan dengan makan yang banyak ini,” kata Ibu Ayam.

“Kkkokkkkk........benar sekali, pandai-pandailah bersyukur, maka Tuhan akan memurahkan rezeki kita semua,” kata Ayam Jago.

Ayam Jago pun terus mengais tanah semakin lama temboloknya penuh. Ayam Jago mencari minum yang sudah di siapkan Tuannya di pinggir rumah. Ayam Jago meminum dengan penuh ketenangan.

“Wah lega sekali tenggorokan saya ini,” kata Ayam Jago.

Ayam Babon terus membimbing anak-anaknya mengais makan di tanah. Anak-Anak senang makan dan bermain mengelilingi Ayam Babon.

“Dasar anak-anak...........,” kata Ayam Babon yang senang merawat anaknya.

“Main lagi ah.....,” kata Ayam Jago.

Ayam Jago berlari cepat menuju pinggir hutan sambil mencari makan. Sang Ayam Babon lalu berjalan menuju pinggir rumah untuk minum dan ke 5 Anak Ayam mengikuti ulahnya. Ayam Babon pun duduk di pinggir rumah untuk berteduk  dari teriknya matahari. Sedangkan ke 5 Anak Ayam bersembunyi di sayap Ibunya.

“Hangatnya.........kasih sayang Ibu,” kata Anak Ayam 1.

“Benar sekali......,” jawab ke 4 Anak Ayam secara bergantian.

“Dasar....anak-anak manja,” kata Ayam Babon.

Ayam Babon terus duduk di situ sampai sore hari. Lalu bergeraklah Ayam Babon ke kandang.

“Ayo...anak-anak waktunya pulang......,” kata Ayam Babon.

Tuannya keluar dari rumah melihat Ayam Babon dan ke 5 Anaknya di dalam kandang.

“Ayam-ayam yang pintar.....,” kata Tuannya memuji.

Lalu Tuannya sadar si Ayam Jago yang nakal belum masuk ke kandang.

“Main kemana lagi Ayam Jago ini?. Sudah sore bukannya pulang,” kata Tuannya.

Tuannya sibuk ke sana ke sini mencari Ayam Jago.

“Kerrr.....kerrrrrr,” panggilan Tuannya.

Ayam Jago mendengarnya dengan celingak-celinguk.

“Tuan saya memanggil. Hari sudah sore. Waktunya pulang,” kata Ayam Jago.

Ayam Jago dengan berlari menuju pulang, lalu melompat  ke atas kandang.

“Kuuuuuruyukkkkk,” teriak Ayam Jago menunjukkan dirinya.

“Di cariin malahan udah nengkreng di atas kandang,” kata Tuannya.

Ayam Jago bergegas masuk ke dalam kandang. Tuannya segera menutup pintu kandang.

Setelah itu Tuannya masuk ke dalam rumah  untuk melakukan hal yang lain.

“Selamat.....tidur semuanya,” kata Ayam Jago yang bertengger di kandang.

“Selamat ..tidur,” saut Ayam Babon.

Ayam Babon menyelimuti ke 5 Anaknya dengan sayapnya. Ke 5 Anak Ayam terasa hangat dan tidur dengan pulas.

ANT


Hujan pun berhenti. Langit menjadi terang kembali. Di sebuah pohon melinjo seekor Burung Gereja berteduh, lalu mulai ancang-ancang untuk terbang. Pada saat Ular Hijau merayap di batang pohon melinjo Dengan cepat menangkap Burung Gereja dan mengelibatnya.

“Sial.....saya terjebak oleh Ular Hijau yang berbaur dengan hijaunya daun,” kata Burung Gereja.

“Saya akan menghancurkan tulangmu dan akan ku telan,” kata Ular Hijau.

Burung Gereja berusaha terus agar bisa terlepas dari lilitan Ular Hijau. Semakin bergerak semakin Ular Hijau melilit dengan sangat kuat.

“Aaahhhhh,” teriak kesakitan Burung Gereja.

Burung Gereja pun berusaha  terus  agar bisa lepas dari Ular Hijau.

“Tolong.................,” teriak Burung Gereja.

“Teriaklah sesuka hatimu tidak ada berani menolong kamu termasuk kaummu,” kata Ular Hijau menyombongkan dirinya.

Burung Gereja terus berusaha untuk terlepas dari Ular Hijau.Tiba-tiba seorang Anak Manusia keluar dari rumah berjalan di pekarangan belakang untuk memetik buah melinjo dan daunnya untuk di buat sayur.

“Haaaaa.................Ularrrrrrrr,” teriak terkejut Anak Manusia.

Anak Manusia mengambil sebatang bambu yang biasa untuk mengambil buah melinjo. Tanpa berpikir panjang Anak Manusia memukul ke arah Ular Hijau yang sibuk melilit Burung Gereja. Serangan Anak Manusia tersebut mengenai bagian tubuh Ular Hijau sampai jatuh ke tanah bersama Burung Gereja.

“Eeeeehhh.....aaahhh...sial....tubuh ku rasanya mati rasa.,” kata Ular Hijau.

“Saya bebas......dari lilitan Ular Hijau,” kata Burung Gereja.

Burung Gereja mulai menggerakkan badannya sebisa mungkin dan berusaha terus agar bisa terbang. Dengan tertatih-tatih Burung Gereja melompat. Pada akhirnya usahanya berhasil untuk mengepakan sayapnya. Terbanglah Burung Gereja terus menjauh dari Ular Hijau.

“Saya selamat hari ini dari Ular Hijau yang ingin memangsa. Terima kasih Anak Manusia yang baik. Puji syukur saya panjatkan kehadiran mu ya Tuhan,”  celoteh Burung Gereja saat melayang di udara.

“Gagal mendapatkan makan......kalau diam di sini saja saya akan mati di pukul Anak Manusia,” kata Ular Hijau.

Ular Hijau berusaha dengan cepat melarikan diri mengerakkan seluruh tubuhnya masuk ke dalam semak-semak.

“Kemana pergi Ular Hijau?” kata Anak Manusia.

Anak Manusia terus memukul tongkat ke tanah untuk membunuh Ular Hijau. Karena ketakutan dengan ulah Anak Manusia sang Ular Hijau pun terus melarikan diri masuk ke hutan belantara.

“Kayanya sudah pergi Ular Hijau, tapi kayanya ada Burung Gereja yang mau di lahap Ular. Kemana ya Burung Gereja itu kok di cariin gak ada?” kata Anak Manusia.

Anak Manusia mencari terus Burung Gereja dengan melihat sekeliling.

“Kayanya saya lihat,” kata Anak Manusia.

Anak Manusia mulai memetik buah melinjo dan daun mudanya, lalu di taruh di dalam sebuah kresek plastik yang cukup besar. Setelah terkumpul banyak Anak Manusia masuk ke dalam rumah dan tidak lupa menaruh batang bambu di tempatnya semula.

“Alhamdulilahhirobil alamin hari ini panen banyak,” kata Anak Manusia.

Di dalam rumah Anak Manusia segera memasak melinjo dan daun mudanya  di campur bahan yang lain untuk dibuat sayur asem yang enak.

CROW


Pagi yang cerah sekali. Seekor burung Gagak sedang terbang di udara. Dari atas udara melihat Singa lagi asik menyantap daging kijang. Lalu Gagak turun dari udara dengan melesat menuju ke sebuah pohon yang rindang. Gagak menunggu dengan sabar sampai Singa puas menyantap buruannya.  Gagak menunggu dengan mondar-mandir di di batang pohon.

“Sampai kapan Singa itu makan?”  gerutu Gagak yang kesal.

Singa pun pergi meninggalkan bangkai kijang menuju ke sarangnya untuk bersantai.

“Akhirnya pergi juga Singa,” kata Gagak yang senang.

Gagak mulai mengepakkan sayapnya, lalu terbang menuju ke bangkai kijang.

“Makan yang segar yang enak,” kata Gagak.

Gagak mulai menyantap daging kijangyang berserakan dengan tulang belulangnya.

“Eeemmmm....enak sekali daging segar ini,” kata Gagak menikmati makanannya.

Gagak mengoyak-ngoyak daging kijang, lalu mengepakan sayapnya terbang ke angkasa menuju sarangnya.  Selang berapa saat Gagak di sampai di sarangnya di sebuah pohon yang rindang.

“Nyam-nyam....enaknya daging segar ini,” kata Gagak.

Tidak jauh dari keberadaan Gagak yang lagi asik makan ada Seekor Rubah yang kelaparan bangun dari bersantai di semak- semak mencium bau daging segar. Dengan penciuman yang tajam Rubah mencari keberadaan bau daging segar. Usaha Rubah membuahkan hasil, dengan matanya yang tajam melihat Gagak di sarangnya sedang asik menyantap makannya. Rubah ingin sekali mendapatkan daging segar itu yang sedang di santap oleh Gagak.

Rubah mulai berencana di benaknya untuk mengerjai Gagak.

“Hai Gagak ....dari semua burung kaulah yang paling hebat,” pujian Rubah yang pandai bersilat lidah.

Gagak yang lagi asik menyantap makanannya mendengar pujian Rubah.

“Benarkah itu hai....apa kata mu, Rubah?” tanya Gagak.

“Benar sekali.........wahai Gagak yang hebat,” pujian yang menghanyutkan dari Rubah.

Gagak mendengar pujian terbuai dan tak sengaja menjatuhkan makannya ke tanah.

“Makan yang enak dan lezat,” kata Gagak.

Gagak pun terbang menuju ke tempat makannya terjatuh. Tapi Rubah yang licik dengan cepat mengambil daging yang di jatuhkan tidak sengaja oleh Gagak. Sedangkan Gagak baru sampai mendarat di tanah.

“Hai....Rubah itu.................makan ku,” pangilan Gagak.

“Saya mendapatkan daging segar ini,” kata Rubah senang sekali.

Rubah terus berlari membawa daging segar ke dalam semak-semak. Sedangkan Gagak hanya bisa terdiam di tanah melihat Rubah pergi membawa makannya yang enak dan lezat.

BEAR PACK


Malam begitu larut Pak Beruang melihat suasana luar lewat jendela. Salju turun dengan sangat lebat sekali. Pak Beruang punya ide cemerlang.  Dengan mengambil rancangan sebuah mesin motor ski Pak Beruang mulai merakitnya sampai pagi hari.

“Kukuruyuk,” suara ayam berkokok.

Pak Beruang  menyelesaikan motor skinya. Pak Beruang dengan penuh senang keluar dari rumah menyambut pagi dengan salju yang menumpuk di halaman rumah. Pak Beruang dengan memasukan kunci ke motor ski, lalu mulailah Pak Beruang mengegasnya. Motor ski melaju dengan sangat kecang. Pak beruang mengendarainya dengan lihai sekali motor ski   sambil membawa sebuah sekop. Berputar-putarlah Pak Beruang mengendarai motor skinya sampai membuat banyak boneka salju yang di jejer di halaman rumah. Setelah itu Pak beruang letih dan capek. Mengentikan main motor skinya di taruh di depan rumah. Pak beruang masuk ke dalam rumah untuk istirahat.

Anak kecil cewek memakai kerudung merah dan Kelinci dateng ke rumah Pak Beruang. Dari tadi pagi mereka berdua memperhatikan kegiatan Pak Beruang mengendarai motor ski dan banyak sekali membuat boneka salju. Kerudung Merah yang tertarik dengan moror ski menaikinya bersamaan dengan kelinci. Kerudung Merah pun mengegas motor ski. Melajulah motor ski dengan sangat cepat.  Kelinci pun berpegangan dengan sangat kuat. Pak Beruang sadar kalau motor skinya di bawa orang. Dengan cepat keluar dari rumah dan mengejarnya.

Pak Beruang kelimpungan motor ski yang di kendarai oleh Kerudung Merah. Dengan susah payah Pak Beruang terus mengejarnya sampai-sampai semua penghuni hutan jadi kabur semuanya karena Kerudung Merah tidak mampu mengendalikan motor ski. Pak Beruang tidak menyerah sambil memperbaiki yang di tabrak oleh motor ski yang di kendarai Kerudung Merah. Pak Beruang terus, pada akhirnya motor ski balik mengejar Pak Beruang.

“Haaaa,” teriak Pak Beruang yang bingung.

Pak Beruang langsung melompat. Kemudian Pak Beruang berada di atas motor dan berusaha untuk menghentikan ulah Kerudung Merah dengan mengambil kunci motor. Seketika motor ski berhenti, tapi sayang menabrak pohon.

“Bruuuk,” suara tabrakan.

Pak Beruang sedikit pusing. Salju berjatuhan menimpanya begitu dengan Kerudung Merah dan kelinci. Pada akhirnya mereka bertiga teler karena kelelahan. Setelah membaik mulailah Pak Beruang membawa motor skinya ke rumah dan membawa Kerudung Merah dan Kelinci. Sampai di rumah motor ski di parkir dengan baik. Pak Beruang membawa Kerudung Merah dan kelinci masuk ke dalam rumah. Pak beruang segera menghidangkan minuman penghangat untuk Kerudung Merah dan Kelinci.

“Silakan  di nikmati  susu coklat panasnya,” kata Pak Beruang yang baik hati.

“Iya,” jawab Kerudung Merah dan Kelinci sambil mengambil minuman.

Mereka bertiga menikmati susu coklat panas dengan penuh bahagia dan mengabaikan semua masalah yang sudah terjadi.

PIG HOUSE


Suatu hari di dalam hutan ada tiga babi yang membangun rumah. Babi nomor 3 membangun rumah dengan jerami. Dengan semangatnya  babi nomor tiga membangun rumahnya. Mengambil batang pohon  di hutan, lalu di sulamnya menjadi  kerangka rumah setelah itu mengambil jerami yang sudah di bentuknya dengan rapih untuk atap dan dinding rumah. Tidak memakan waktu lama rumah babi nomor 3 selesai dengan cepat. Mulailah babi nomor 3 menjalankan hidupnya dengan menyenangkan. Babi nomor 2  membangun rumah tidak jauh dari nomor 3. Karena membangun rumah kayu, maka babi nomor 2 membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengumpulkan batang pohon yang kuat dan juga bagus. Dengan giatnya babi nomor 2 membangun rumahnya. Pada akhirnya bahan telah terkumpul semuanya dan juga rangkaian rumah juga jadi dengan rapih dan bagus.

Babi nomor 2 berlomba dengan waktu. Usaha kerja kerasnya membuahkan hasil karena berhasil membangun rumah kayu yang kuat dan bagus sekali. Babi nomor 2 senang sekali dengan rumah yang di bangunnya. Kehidupan sehari-hari babi nomor 2 lebih baik lagi. Sedang babi nomor 1 membangun rumah tidak jauh dari rumah babi nomor 2. Sang babi nomor 1 membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membangun rumahnya yang terbuat dari batu.

Babi nomor satu harus mengumpulkan batu-batu yang bagus yang telah dipahatnya menjadi balok-balok kecil dan juga memuat batu bata dari tanah membutuhkan usaha yang keras sekali. Tapi babi nomor 1 tidak pernah mengeluh demi membuat rumah impiannya.  Dengan berusaha keras babi nomor 1 membangun rumahnya. Pada akhirnya rumah pun jadi di semen  dengan sangat kuat sekali. Apalagi dengan lantai marmer dan juga ada ruang bawah tanah.

Setalah membangun rumah dengan susah payah ke tiga babi merayakanya dengan cara bergiliran untuk melihat hasil karya satu persatu dari tiap babi. Mereka menghargai dengan hasil usaha masing-masing dan menikmati hidup dengan bahagia.

Jauh di dalam hutan ada seekor serigala besar yang baru turun dari gunung. Perutnya keroncongan sekali. Dengan penciumannya yang tajam sang serigala merasakan keberadaan mangsanya.  Serigala terus berjalan menuju rumah babi nomor 3. Selang tengah hari sang serigala sampai di babi nomor 3. Melihat serigala babi nomor 3 masuk ke dalam rumah jeraminya.

“Keluar kamu babi dari tempat tinggal mu,” kata serigala.

“Tidak mau..pergi sana makluk jahat,” kata babi nomor 3 mengusir.

“Rumah mu ini terbuat dari jerami mudah ku hancurkan,” kata serigala.

“Coba saja,” kata babi nomor 3.

“Nantang kamu,” kata serigala.

Sang babi nomor 3 ketakutan sekali di dalam rumahnya. Serigala mulai berancang-ancang untuk menguatkan cakarnya.  Dengan penuh ke marahan serigala menghancurkan rumah yang terbuat dari jerami sampai roboh.  Sang babi nomor 3 sangat ketakutan dan berusaha untuk melarikan diri. Pada akhirnya babi nomor 3 melarikan diri pergi ke tempat kakaknya si babi nomor 2.

“Dasar sial buruanku melarikan diri,” kata serigala yang kesal.

Serigala mulai mengendus bau si babi nomor 3.

“Ke sana arahnya melarikan diri?” celoteh serigala.

Serigala bergegas bergerak cepat menuju  tempat sasaran yang di tuju.  Serigala sampai di sebuah rumah kayu yang bagus. Dengan seksama serigala yang buas dan kelaparan melihat rumah kayu tersebut.

“Hey babi keluar lah dari rumah mu,” kata serigala.

“Ee gak mau.......kalau keluar kami akan di santap oleh kamu,” kata babi nomor 2.

“Iya itu benar sekali..kamu makluk jahat pergi sana!” kata babi nomor 3.

“Kalau begitu rumah  saya hancurkan,” kata  serigala.

“Coba saja kalau bisa,” kata babi nomor 2.

“Takut......,”sahut babi nomor 3.

“Berani menantang kamu babi,” kata serigala.     
            
Serigala mulai bersiap di depan rumah kayu si babi nomor 2. Dengan  sangat marahnya sang serigala mengeluarkan cakarnya yang tajam di tambah giginya yang tajam. Apalagi sang serigala mulai tambah lapar sekali air liur menetes dari mulutnya. Serigala mulai menghancurkan dengan cakarnya yang kuat sampai rumah kayu hancur berantakan. ke dua babi ketakutan sekali rumah kayu yang melindungi mereka hancur berantakan karena kekuatan dari serigala. Ke dua babi melarikan diri ke rumah kakaknya si babi nomor 1 dengan sangat cepat sekali.

“Dasar sial buruanku lepas kabur lagi,” kata serigala yang marah.

Dengan mengendus sang serigala mengikuti jejak kedua babi yang kabur. Sampai di rumah bagus sekali yang terbuat dari batu bata dan semen.

“Keluar para babi dari persembunyian kalian,” kata serigala.

“Eee..gak mau nanti kami di santap kamu....serigala jahat,” kata babi nomor 1.

“Berani kamu menantang aku,” kata serigala.

“Eeee... gak lah menantang Cuma membela diri,” kata babi nomor 1.

“Kalau begitu aku akan hancurkan rumah kamu hey babi. Sama dengan ke dua rumah babi yang lainnya,” kata serigala.

“Coba saja kalau bisa,” kata babi nomor 1.

“Baiklah akan aku lakukan,” kata serigala yang sangat buas.

Sang serigala mulai berancang-ancang dengan mengeluarkan kuku yang tajam.

“Takut kak,” kata ke dua babi.

“Sudah tenang saja, serigala tidak bisa menjebol rumah ini,” kat babi nomor 1.

Serigala mulai menyerang dengan sangat kuat, tetapi pada akhirnya cakar serigala pada patah semuanya menghatam rumah yang terbuat dari semen yang kuat. Terkadang serigala mencoba menerobosnya dengan  tubuhnya yang kuat. Tetap saja hasilnya gagal. Serigala  mulai kebingungan, tetapi berusaha terus untuk menghancurkan rumah yang terbuat dari semen. Saat serigala mulai keletihan karena menghabiskan tenaganya untuk menghancurkan rumah babi nomor 1. Dengan perlahan-lahan babi nomor satu keluar  dengan membawa tongkat kayu dan memukulnya. Kemudian ke dua babi pun mulai menolongnya dengan menimpuknya dengan batu.  Sang serigala ke sakitan karena pukulan yang kuat dan lemparan batu.

Serigala dengan terluka parah berusaha melarikan diri dari rumah babi nomor satu. Ketiga babi terus melempari serigala dengan batu. Serigala pun pergi jauh masuk ke dalam hutan.

“Hore...hore.....hore..akhirnya kita bisa mengusir serigala jahat,” kata ketiga babi.

Babi nomor 1 menampung adik-adiknya di rumah yang di buatnya dengan sangat kuat dan bagus. Hiduplah dengan bahagia ketiga babi saling berbagi rasa dalam menjalankan hidup.

SAHABAT

Dodo duduk di halaman belakang rumah sedang asik main game di Hp-nya. Tony yang selesai mengerjakan tugas kuliahnya, ya keluar dari kamarnya...