Dahulu kala di sebuah desa di Armenia, perempuan yang menikah langsung dibawa pindah ke rumah suaminya. Sebab, setelah menikah, perempuan menjadi tanggung jawab suaminya. Pada suatu hari, seorang laki-laki menikahi perempuan di desa itu. Pesta pernikahan digelar dengan sangat mewah. Lelaki itu adalah seorang bangsawan. Ada ratusan pengiring pengantin laki-laki. Ada yang naik kereta kuda, ada pula yang menunggang kuda. Mereka semua terlihat bahagia. Banyak barang yang dibawa oleh pengantin laki-laki untuk diserahkan kepada pengantin perempuan.
Hampir sehari semalam pesta digelar. Setelah pesta, Iaki-Iaki itu langsung membawa istrinya ke rumahnya. Kini, perempuan itu sudah bukan tanggung jawab orangtuanya. Pasangan pengantin baru itu naik ke atas kereta kuda. Rumah si lelaki memang cukup jauh. Perjalanan ke sana memakan waktu berhari-hari, sementara iringan pengantin cukup banyak. Bekal perjalanan rupanya tak cukup untuk mereka semua. Matahari pun begitu terik sehingga rombongan pengantin itu kehabisan air minum.
"Bagaimana ini, kita sudah berjalan cukup jauh, tetapi tak kunjung menemukan sumber air. Lihatlah para perempuan itu, mereka terlihat sangat lelah dan kehausan,"ucap salah satu kerabat si Lelaki.
Rombongan pengantin berhenti sejenak. Para lelaki berembuk untuk mencari air di sungai terdekat.Tapi, tak ada satu pun sungai di dekat sana.
"Aku akan memohon kepada dewa agar kita ditunjukkan di mana mata air itu berada," ucap lelaki.
Lelaki itu lalu berdoa. Ia berjanji kepada dewa bahwa jika saat itu dewa menunjukkan tempat mata air terdekat, maka lelaki itu akan memberikan kurban. Dewa mengabulkan doa lelaki itu.
"Kalian semua lihatlah, di sebelah sana muncul mata air baru! Rupanya dewa mendengar doaku," seru lelaki itu.
Rombongan pengantin pun bersuka-cita. Mereka bisa minum air sepuasnya. Semua itu berkat doa lelaki itu. Setelah minum dengan puas dan mengambil air untuk persediaan, rombongan itu pun segera bersiap untuk melanjutkan perjalanan.
"Lebih baik kita Ianjutkan perjalanan agar tak terlalu lama sampai ke rumah. Lihatlah, istriku sudah terlihat lelah," ujar si Lelaki.
Maka kemudian mereka pun melanjutkan perjalanan pulang. Lelaki itu melupakan janjinya kepada dewa. Jangankan memberikan kurban, berterima kasih pun tak ia lakukan. Dewa sangat marah pada rombongan pengantin itu. Dewa akhirnya mengutuk mereka menjadi batu. Itu karena hati mereka yang seperti batu.
Hingga kini, jika musim semi muncul, akan terlihat bayangan manusia dan kuda yang menjadi batu itu. Para orangtua sering menceritakan kisah ini kepada anaknya agar sang anak tak pernah lupa pada janjinya.