Sebuah rumah tua di tengah kota. Hiduplah seorang dua orang yang telah lanjut usia. Pak Teguh dan Ibu Teguh sudah hidup bersama membangun keluarga di rumah tersebut.....sampai di usianya yang sudah lanjut belum juga di karunia anak.
Pak Teguh tipe orang setia sama Ibu Teguh......begitu juga sama setianya Ibu Teguh dengan Pak Teguh. Ibu Teguh pun meminta seorang anak kepada Pak Teguh. Karena permintaan istri tercinta Pak Teguh mengabulkan permintaan istrinya yang meminta seorang anak yaitu memesan boneka anak cewek cantik yang di kirimkan segera ke rumahnya.
Ibu Teguh senang sekali dengan boneka tersebut dan di berinama Anabel. Setiap hari Anabe di rawat oleh Ibu Teguh layaknya seperti anak yang di lahirkan ke dunia ini lewat rahim Ibu Teguh. Sibuk merawat boneka Anabel tetap Ibu Teguh memperhatikan Pak Teguh.
Malahan yang di khawatirkan oleh Pak Teguh dengan kesehatan istrinya tercinta karena terus merawat Anabel dengan penuh kasih sayang dan melupakan kondisi kesehatannya yang memiliki penyakit bawaan yang mematikan. Tapi keadaan berkata lain yang meninggal adalah Pak Teguh. Ibu Teguh merasa kehilangan suami tercintanya.
Hidup sendirianlah Ibu Teguh di rumah tersebut bersama Anabel yang selalu di rawatnya dengan baik walau pun sebenarnya penyakit Ibu Teguh makin parah di usianya sudah tua.
Penyakit itu menggerogoti fungsi sistem kehidupan dalam Ibu Teguh akhirnya tidak terelakkan jadinya kambuh membuat kondisi makin parah lagi dan akhirnya meninggal, tapi sebelum meninggal Ibu Teguh berkata di hadapan boneka Anabel "Anabel...Ibu...ingin sekali kamu memanggil aku....Ibu".
Jam tua pun berbunyi setiap menunjukkan tepat jam dua belas malam. Anabel pun berkata kepada Ibu Teguh yang mayatnya terkapar di lantai "Ibu".
Anabel pun bergerak seperti layaknya manusia dan menghampiri mayat Ibunya tercinta yang merawat setiap waktu.