Pages

Wednesday, June 26, 2019

MITOS KUPU KUPU AJAIB

Pagi ini seperti biasa aku membawa gitarku ke padang rumput, aku duduk di bawah pohon besar. Di padang rumput itu hanya ada satu pohon besar yang aku duduki saat ini, perlahan aku memetik senar gitar yang mengeluarkan alunan yang indah. Ory, itulah namaku. Aku tinggal di rumah kecil dengan sawah dan hutan, beberapa KM dari rumahku terdapat jalan raya yang menghubungkan ke kota. Aku tinggal bersama nenekku, dimana desa ini masih percaya dengan mitos-mitos zaman dahulu. Namun aku tidak mempedulikan itu. Gitar yang kubawa ini, aku beli sendiri ke kota. Aku memang jago bermain gitar.

Petikan gitarku ini mengundang seekor kupu-kupu yang indah. Berwarna putih dengan garis hitam mengikuti garis sayapnya. Baru pertama kali aku melihat kupu-kupu seindah itu. Kupu-kupu yang bercahaya! Cahayanya berwarna putih, menambah keindahan kupu-kupu itu. Lalu aku memberhentikan sejenak alunan gitarku. Aku menangkapnya dan mengajaknya ngobrol.

Seperti anak kecil saja, maklumlah di desaku ini tidak ada remaja yang seusiaku. Jadi aku selalu pergi ke padang rumput untuk menghibur diri. Aku juga tidak bersekolah karena faktor biaya, namun sehari-hari nenekku selalu mendapat uang dari hasil kerja kami. Aku bekerja membantu nenek dengan cara menjual hasil panen ke kota, seharusnya diusiaku yang masih terbilang muda ini bersekolah ditingkat SMA. Selain menjual hasil panen ke kota, aku juga mengajar ngaji anak-anak kecil di desa. Jangan heran jika aku pandai bermain gitar, karena aku selalu mendapat buku-buku bekas dari orang kota. Di desaku ini juga ada banyak ustadz yang mengajariku mengaji.

Aku lanjutkan petikan gitarku, kupu-kupu yang indah itu seakan menari-nari di hadapanku. Subhanallah! Dengan indahnya kupu-kupu ini seakan mengerti arti alunan musik gitarku ini. Setelah berlama-lama di padang rumput, aku pulang ke rumah. Aku mengerjakan pekerjaanku sehari-hari.

Hingga sore pun tiba, setelah lelah bekerja pulang pergi ke kota. Aku pergi ke padang rumput itu lagi sambil membawa gitar. Lagi-lagi, kupu-kupu itu datang lagi. Sepertinya ia menyukaiku hehehee. Kejadian bertemu kupu-kupu itu membuatku tak bisa tidur, masih terngiang-ngiang di benakku. Berhari-hari, berminggu-minggu aku memang selalu menemui kupu-kupu itu. Hingga aku tak nyaman dengan keadaan ini karena kupu-kupu itu selalu datang tepat waktu ketika aku membunyikan senar-senar gitarku, kemudian kupu-kupu itu selalu mengikutiku kemanapun aku pergi. Sangat mengganggu bukan? Kemudian aku menceritakan hal ini pada nenek.

“Nek, akhir-akhir ini aku selalu diikuti kupu-kupu Nek. Dan anehnya lagi, setiap aku pergi ke padang rumput setiap pagi dan sore, kupu-kupu itu datang tepat waktu!” kataku.

“Kupu-kupu? Bagaimana ciri-cirinya?” tanya nenek yang sambil meramu jamu.

“Kecil sih, warnanya putih bersih banget, terus ada garis hitam di pinggir sayapnya, dan bercahaya putih!”

“Kupu-kupu ituu…” nenek terlihat sedang mengingat sesuatu, aku semakin bingung dengan nenek. Bukannya memberiku solusi, ia malah termangu. “Sebaiknya, kamu bawa kupu-kupu itu ke sungai! Lalu, kamu cepat-cepat pulang!”

“Kenapa begitu? Aneh,” kataku.

“Kamu tidak tahu cerita soal kupu-kupu bercahaya itu?” nenek bertanya padaku yang membuat aku semakin penasaran, sebenarnya ada apa dibalik semua ini?

“Cerita apa sih Nek? Itu kan kupu-kupu biasa,”

“Kupu-kupu itu sebenarnya di desa ini hanya tinggal satu-satunya,” kata nenek yang masih tetap meramu jamu.

“Emang nenek pernah ngitungin banyaknya kupu-kupu? Ada-ada sajaa,” aku menanggapinya dengan cuek.

“Kamu tidak tahu ya, mau nenek ceritakan? Di desa ini ada mitos tentang kupu-kupu itu! Dan anehnya lagi, mitos itu terkadang masih dipercaya sama orang di desa ini,”

“Cerita nek ceritaa!” dengan senangnya aku mendengar cerita soal mitos desa, sambil mendengarkan nenek bercerita, aku merapikan rambut yang berantakan karena habis mandi.

“Dahulu, pas nenek masih muda, masih gadis, masih cantiiikkk jelita,” kata nenek dengan PDnya.

“Ih nenek genit banget deh,”

“Iya, dulu pas nenek masih muda. Di desa ini pernah ada seorang laki-laki yaa usianya sama kayak kamu Ry. Dia itu hobi berfoto ke padang rumput sambil nyanyi, memang suaranya bagus. Terus ada kupu-kupu seperti apa yang kamu ceritakan barusan, kupu-kupu itu selalu menari-nari di depan si laki-laki itu, namun ia juga cuek. Beberapa hari kemudian kupu-kupu itu jadi selalu mengikuti laki-laki itu kemanapun ia pergi, sampai akhirnyaa,”

“Eittss, bentar dulu nek. Kok hampir sama kayak cerita aku ya?” tanyaku.

“Iya, makanya dengerin dulu,” nenek pun melanjutkan ceritanya.

“Sampai akhirnya laki-laki itu bosan dan ia membawa kupu-kupu langka itu ke sungai untuk dihanyutkan ke sungai, ehh ketika ia beranjak pergi, tiba-tiba ada yang memanggil namanya, seorang perempuan cantik,”

“Wah? Yang bener nek? Seriusan?” aku semakin yakin kalau kupu-kupu itu benar-benar jelmaan perempuan cantik.

“Jangan senang dulu,” kata nenek yang sedang meminum jamu. “Perempuan itu berkulit putih bersih, mengenakan pakaian berwarna putih dan rambutnya yang hitam digerai kedepan, selendangnya yang menyangkut di lehernya melayang-layang terkena angin sungai yang pada waktu itu cukup kencang,”

“Lalu?”

“Perempuan itu berkata; “Geeemaaa! Terima kasih kau sudah menyelamatkanku!” lalu si laki-laki yang bernama Gema itu berbalik dan melihat sosok perempuan cantik seperti bidadari dari Kayangan, Gema terpaku. Lalu berkata; “Ss, ss, ss, siapa kamu?”. “Akulah Vania! Aku dipelet oleh seseorang yang membenciku sehingga aku menjadi kupu-kupu selamanya, agar aku terlepas dari kutukan itu harus ada seorang laki-laki seusiaku yang melemparkanku ke air sungai!””

“Berarti apa kupu-kupu itu benar jelmaan wanita itu nek?” tanyaku penasaran.

“Nenek tidak tahu, lalu Gema pun percaya dengan apa yang dikatakan perempuan itu. Hingga akhirnya mereka bersahabat selamanya,” kata nenek. “Nenek diceritakan oleh buyut kamu, yang waktu itu sedang mendengarkan penjelasan sang pemuda yang bernama Gema itu, sampai sekarang cerita itu dibukukan dan disimpan di perpustakaan desa,”

“Apakah di jaman sekarang ini masih ada mitos itu? Dan masih berlaku?” aku bertanya sambil menyeduh segelas susu hangat.

“Nenek tidak tahu, tapi sepertinya cerita itu sudah tidak berlaku dijaman yang modern ini. Sudah-sudah! Kamu habiskan susumu, lalu pergi tidur! Hari sudah malam, besok nenek akan siapkan sarapan kesukaan kamu Ory!” perintah nenek padaku.

“Asiik dibuatin singkong rebus sama teh manis hangat niih,”

“Iyaa,”

Keesokan hari pun tiba, aku sudah melihat singkong rebus dan teh panas di atas meja, itu pasti nenek yang buat. Tetapi aku tidak melihat nenek. Nampaknya ada suara dari arah luar. Aku melangkah keluar dan ternyata nenek sedang membuat bakul dari anyaman bambu, karena bakul yang lama sudah rusak dan berbulu. Kemudian aku meminta izin pada nenek untuk pergi ke padang rumput seperti biasa sambil membawa gitar. Nenek pun mengizinkan.

Setibanya di padang rumput. Aku langsung saja bermain gitar sambil bernyanyi, kupu-kupu itu datang lagi. Ini cukup membuatku marah dan kesal karena kali ini perilaku kupu-kupu itu sangat agresif. Ia mengelilingi kepalaku dan hinggap di rambutku yang keren ini. Kemudian, aku tangkap kupu-kupu itu dan kubawa ke sungai seperti apa yang nenek ceritakan semalam.

Namun aku bukan karena ingin melihat sosok perempuan cantik itu, tapi karena kupu-kupu ini benar-benar membuatku bosan dan marah. Selama perjalanan aku memarahi kupu-kupu itu.

“Iih dasar kupu-kupu iseng! Ngapain sih kamu terus menggangguku bermain gitar? Lebih baik sekarang kamu aku hanyutkan saja ke sungai, nanti kamu akan bertemu dengan surgamu!” gerutuku. Aku tahu hal ini membuatku bodoh.

Sesampainya di sungai, langsung saja kuhanyutkan kupu-kupu yang indah nan cantik itu ke sungai. Aku berbalik arah bermaksud untuk kembali ke padang rumput. Namun tiba-tiba ada seseorang memanggil namaku. “Ory!” suaranya seperti perempuan, tanpa basa-basi langsung saja aku berbalik arah dan melihat sesosok wanita cantik berbaju putih dan berambut panjang, namun keadaannya sangat basah kuyup. Aku terbelalak melihatnya, dia sangat cantik.

“Siapa kamu? Kenapa tiba-tiba ada kamu di sini?” tanyaku sambil menutupi wajah dengan tangan.

“Aku Putri, si kupu-kupu yang kamu hanyutkan. Terima kasih telah membuatku kembali ke bentuk semula!” kata kupu-kupu itu yang ternyata manusia bernama Putri. Terjadi percakapan diantara kami berdua.

“Jadi, yang diceritakan nenekku semalam itu benar?” kataku yang mulai membuka wajah dan masih terbelalak dengan kemunculannya yang tiba-tiba. “Kamu kupu-kupu?”

“Jangan kaget Ory, aku tahu semuanya. Kamu sudah membuatku bahagia, kamu membuatku terpesona dengan alunan gitarmu yang indah itu,” kata Putri sambil menunjuk ke arah gitarku.

“Sudah biasa,”

“Maukah kamu menjadi kekasihku wahai Ory?” tanya Putri dengan agresifnya.

“Apa? Kenapa secepat itu? Lagipula kamu ini kan perempuan, seenaknya saja kamu menembakku!” jawabku sok jual mahal.

“Tapi, bolehkah?”

“Baiklah, aku mau jadi kekasihmu. Akan kuperkenalkan kamu ke nenekku, maukah kamu?”

Putri hanya tersenyum dan mengangguk, pakaiannya yang basah kuyup membuatnya dingin. Lalu, aku pasangkan jaket yang kukenakan padanya. Namun sepertinya tetap saja itu membuatnya semakin dingin, biarlah dia mengganti bajunya di rumahku.

Sesampainya di rumah aku langsung mencari nenek, dan ternyata nenek ada di dapur.

“Neeekk, neneeekk,” teriakku dengan senangnya.

“Ada apa Oryy??” jawab nenek dari arah dalam rumah. Ketika nenek keluar rumah, ia kaget karena aku membawa seorang gadis berbaju putih dengan rambut terurai basah. “Kamukah kupu-kupu langka itu?” tanya nenek.

“Iya nek, cucumu sudah menyelamatkanku dari kutukan seorang sihir, tapi aku bukan kupu-kupu yang sama yang ditemukan oleh Gema,” jelas Putri.

“Tunggu-tunggu, kenapa kamu kenal Gema?” tanyaku.

“Aku Putri nek, aku ini saudara perempuan Vania yang jaman dulu pernah dipelet oleh orang yang membencinya, ternyata kutukan itu jatuh juga kepadaku karena dahulu warga desa ini sangat membenci dengan kecantikanku,”

“Tapi kenapa kamu masih hidup? Bukankah cerita itu terjadi sekitar 4 generasi yang lalu dari nenekku sekarang?” aku makin penasaran dengan apa yang diceritakan Putri.

“Sudahlah, sekarang kamu harus berganti baju. Nenek akan sediakan kamu baju sementara yang dahulu pernah nenek gunakan sewaktu masih muda sepertimu,” saran nenek pada Putri. Aku hanya duduk lemas tidak percaya dengan apa yang aku alami.

“Terima kasih nek,” kata Putri.

Sambil menunggu Putri berganti baju, aku kembali memainkan gitarku. Memetik senar-senarnya sehingga mengeluarkan suara yang indah, membuat Putri semakin menyukai alunan gitarku. Beberapa saat kemudian, keluarlah Putri dengan dress panjang berwarna merah jambu, namun ia tidak mengenakan alas kaki, kemudian aku ambilkan flatshoes biru muda milik ibuku dahulu, kebetulan sepatu itu tersimpan lama di bawah tempat tidur. Cocok sekali dengan Putri yang menggunakan dress merah jambu.

Kemudian aku mengajak Putri ke padang rumput untuk bernyanyi bersama, aku memainkan gitar dan Putri menyanyi sebuah lagu.

Tiba-tiba ia berhenti bernyanyi dan seperti mengingat sesuatu, lalu ia mengatakannya padaku.

“Ory,” kata Putri.

“Kenapa berhenti? Kamu mengingat sesuatu?” tanyaku.

“Iya, aku baru ingat bahwa sebenarnya masih ada masalah yang belum diselesaikan,” wajah Putri terlihat sangat khawatir.

“Apa itu? Bukankah kamu sudah berubah menjadi manusia kembali?”

“Iya memang begitu, tapi orang yang mengutukku sewaktu dulu, ia sudah bersumpah agar jika aku sudah berubah menjadi manusia, aku akan segera menyusul saudaraku Vania yang sudah meninggal,” matanya Putri mulai berkaca-kaca dan berlinangan air mata.

“Tapi kenapa itu bisa terjadi? Dan kenapa nasibmu sama dengan Vania?”

“Kutukan itu berlaku sampai mitos kupu-kupu ajaib ini benar-benar sudah tidak dipercaya lagi oleh warga desa ini, sekarang sepertinya aku harus pergi, melalui kamu, aku minta bagaimanapun caranya agar warga desa ini tidak percaya lagi dengan mitos kupu-kupu ajaib, supaya tidak ada lagi korban sepertiku, terutama gadis-gadis desa. Mereka rawan sekali dengan kutukan ini, aku mohon Ory,” Putri sangat memohon kepadaku sehingga aku melihat air matanya menetes sedikit demi sedikit.

“Baiklah jika itu maumu, tapi apakah warga desa percaya dengan omonganku dan ceritaku?” tanyaku sambil memegang tangannya.

“Aku yakin mereka percaya, karena mitos itu masih dipercaya! Baiklah, aku harus pergi dan jangan cari aku,” selangkah Putri menjauhiku lalu berjalan cepat menuju sungai yang diujungnya terdapat air terjun. Aku mengetahui apa yang akan dilakukan Putri, aku mencegahnya agar ia tidak pergi, namun dengan berat hati ia harus melakukan hal ini agar bisa mengakhiri mitos ini dan ia bertemu dengan saudaranya yang sudah meninggal.

Dengan sedih aku melihat Putri berjalan perlahan ketika mendekati air terjun yang amat deras itu, ia tersenyum. Lalu melemaskan diri sehingga ia terjatuh ke derasnya air terjun. Aku tidak sanggup melihatnya, padahal aku baru saja menemui bidadari cantik nan ajaib. Setelah itu, aku berpikir bagaimana caranya membuat warga desa ini tidak percaya dengan mitos kupu-kupu ajaib, supaya tidak ada korban lagi.

Aku menemukan ide! Aku pulang ke rumah untuk menemui nenek dan menceritakan semuanya, lalu aku mengadakan pertemuan dengan warga desa di depan balai desa dan menceritakan semuanya, hingga semuanya benar-benar percaya dengan ceritaku dan mulai menghilangkan mitos itu, akhirnya warga pun setuju untuk menghapus mitos itu dari desa dan tidak akan pernah diingat dan diceritakan ulang ke keturunan mereka, sudah cukup sampai generasi ini saja yang percaya dengan mitos itu, semoga anak cucuku suatu saat nanti tidak akan pernah tau mitos ini, agar tidak ada lagi korban selamanya.


Karya : Lingga Bhatavinurel Irawan

KEJUTAN

Tet… tet… tet…

Bel tanda istirahat berbunyi terdengar nyaring di telinga siswa siswi SMK Negeri 1 Purwodadi, selang beberapa detik kemudian terdengar teriakan dari seorang siswi, teriakan itu mengagetkan siswa siswi dan membuyarkan lamunan Setyo, siswa kelas 12 TKJ

“Siapa sih” kata Setyo sambil beranjak dari kursi.

Dan tanpa diduga siswi tersebut menyebut nama Setyo sambil berteriak.

“Sepertinya aku mengenal suaranya” kata Setyo semakin penasaran, sambil berjalan tergesa gesa menuju pintu.

Braak…

Hampir saja siswi tersebut jatuh tapi untungnya Setyo menangkap siswi yang ditabraknya tadi.


“Rey…??” kata setyo dengan wajah bingung sambil melepaskan tangan Setyo dari Rey

“Kak Setyo…” kata rey sambil menangis.

“Kamu kenapa Rey?” kata Setyo memegang bahu Rey.

Tangis Rey semakin menjadi-jadi.

“Ya udah ayo masuk ke kelas kakak” kata Setyo sambil menarik tangan Rey.

Rey dan Setyo baru bertemu saat PLSPD bulan kemarin, namun Setyo diam diam menaruh rasa ke Rey, Rey adalah siswi kelas X AKL.

“Kak Setyo sih nggak percaya sama aku tadi pagi” kata Rey membuka percakapan.

“Percaya apa?” kata Setyo pura pura bingung.

“Ihh kak Setyo… nyebelin” kata Rey sambil memasang wajah cemberut.

“Jangan cemberut gitu dong nanti kamu nggak cantik lho” rayu Setyo.

“Biarin” kata Rey.

“Oke oke… jelasin ke kakak kamu tadi teriak-teriak, manggil-manggil nama kakak sambil nangis segala kenapa?” kata Setyo yang akhirnya mengalah.

“Uh… okelah.. tadi pagi kan aku cerita sama kak Setyo soal dua hari yang lalu aku diteror sama seseorang, pertama soal aku dikunci di kamar mandi” kata Rey dengan serius.

“Kan udah aku bilang kalau pintunya rusak” sela Setyo.

“Ih… dengerin dulu dong” sanggah Rey.

“Terus yang kedua ada yang mendorongku dari tangga sampai kakiku keseleo”

“Tapi kan kamu nggak punya bukti” sela Setyo lagi.

“Iya sih… memang saat aku jatuh aku hanya melihat tiga orang di belakangku dan aku kenal mereka, awalnya ku kira mereka yang mendorongku tapi mereka malah membantuku, dan hari ini di lokerku ada tikus mati kak.. aku takut” kata Rey histeris.

“Nggak apa apa… mungkin nanti di lacimu ada kucing mati” kata Setyo menggoda Rey.

“Aw… kayak ada yang jatuh di bahuku (Rey melirik ke arah bahunya) kak… ambil kak… cepat ambil…” kata Rey histeris.

Setyo tertawa melihat tingkah Rey dan dengan santai mengambil sesuatu di bahu Rey.

“Ha…” Setyo menyodorkannya ke arah Rey.

“Cepet buang” kata Rey ketakutan.

“Sama cicak mainan aja takut… makasih ya atas bantuannya Rik” kata Setyo.

“Sip bro…” kata Erik sambil mengacungkan jempol.

“Ih… kalian itu … nggak lucu tahu…” kata Rey dengan wajah manyun.

Rey beranjak dari kursi dan berlalu meninggalkan Setyo yang masih tertawa melihat tingkah Rey.

Pulang sekolah.

“Kak Setyo tunggu” kata Rey sambil berjalan menyusul Setyo dari belakang.

Dan mereka berjalan beriringan.

“Stoppp…!!!” kata Rey menghentikan langkah Setyo.

“Buku aku ketinggalan kak… tunggu ya.. mau aku ambil” kata Rey.

“Cepat!! aku tunggu di aula” kata Setyo kepada Rey yang berlari meninggalkannya.

Tak sampai dua menit Rey sampai di kelasnya, Rey cepat cepat mengambil bukunya dan bergegas menyusul Setyo yang menunggunya di aula. Sesampainya di aula, Rey melihat keadaan aula yang gelap gulita.

“Mana mungkin kak Setyo di sini.. tapi nggak mungkin kak Setyo bohong ke aku” tanya Rey kepada dirinya sendiri.

Rey mencoba mencari saklar lampu di dinding tapi hasilnya nihil. Rey memberanikan diri untuk masuk.

Byurr…

Belum beberapa langkah Rey berjalan sesuatu membasahi tubuhnya, ya sesuatu itu lengket dan berbau… anyir.

“Kak… kak Setyo… kak Setyo!!!!” panggil Rey histeris, Rey merasakan tubuhnya gemetar.

“HAPPY BIRTHDAY!!!” seru semua orang diikuti tepuk tangan.

Rey menatap orang-orang yang ada disitu dan mendapati Setyo.

Rey terjatuh ke lantai dan menangis histeris, tepuk tangan berhenti dan semua menatap Rey dengan khawatir, Setyo berlari menghampiri Rey, Setyo pun menyadari ada yang aneh dengan Rey hingga Setyo mencium bau amis.. ya… bau amis darah.

“Hey… kan udah aku bilang kalian masukin sirup merah ke ember bukan darah…!!!” kata Setyo menatap seluruh teman temannya…

Mereka tertunduk… menyesal dengan kenyataan itu… Namun seseorang menyaksikan peristiwa itu dengan penuh kepuasan.

“Hahaha… aku menang Rey… aku menang… rasakan apa yang aku rasakan…”

Tamat


Karya : Heni Wiji Utami

Monday, June 24, 2019

SQUIRREL'S GREATNESS


Pagi yang cerah sekali di pinggir pantai. Tupai keluar dari sarangnya dan melompat ke sebuah  akar pohon yang menggantung dan sambil berteriak "Auoooooo." Tupai berayunan di akar pohon lalu di segera di lepaskan pegangannya. Tupai pun melayang di udara dengan berputar-putar dan turun di pasir putih dengan ke dua kaki belakangnya dengan sempurna dan berkata "Tara."

Tupai langsung murung sekali karena tidak ada satu binatang yang bertepuk tangan menunjukkan simpatik dan jojong dengan kegiatan mereka.

"Bener-bener saya tidak begitu populer," kata Tupai.

Bebek langsung bertepuk tangan untuk Tupai yang telah melakukan atraksi menajubkan di udara. Tapi sayang Tupai tetap murung.

"Telat tahu......Bebek." kata Tupai.

Bebek pun menghentikan tepuk tangannya dan berkata "Kenapa telat?."

"Rasa...senang saya menghilang. Rasa murung saya dateng," kata Tupai.

"Ah..itu...sih derita kamu. Saya sih enggak tuh," kata Bebek.

Bebek meninggalkan Tupai begitu saja. Bebek berjalan menuju pantai dan langsung berenang. Bebek senang sekali main di air laut yang tenang sekali. Tapi Bebek tidak sadar ada Ikan Hiu yang lagi mengintainya dari dalam air. Semua para binatang mulai menyingkir dari air laut menuju pasir putih. Terlihat oleh Tupai dari jauh sirip Ikan Hiu. Tupai Yang khawatir memanggil Bebek agar menyinggkir dari air laut.

Para binatang pun ikutan berteriak supaya Bebek menyingkir dari air laut. Tetap saja Bebek yang lagi hepy tidak menggrubis peringatan orang-orang yang khawatir pada dirinya. Bebek tetap bermain air laut dan berenang ke sana ke sini. Tupai pun langsung bertindak mengambil sebuah akar pohon yang cukup panjang untuk di gunakan menjadi tali dan di gulung dengan baik oleh Tupai. Lalu Tupai mengambil kayu tua. Dengan cepat Tupai membawa 2 benda yang di pegang erat di tangannya.

Tupai mulai berenang menuju Bebek yang sedang bermain air laut. Ikan Hiu menunjukkan dirinya dengan melompat sambil membuka mulutnya lebar penuh dengan gigi yang tajam menuju arah Bebek. Lalu Bebek yang telat sadar karena mau di terkam oleh Ikan Hiu. Dengan cepat Bebek menghindari serangan Ikan Hiu yang mematikan. Serangan Ikan Hiu gagal menangkap Bebek yang lincah. Tetap saja Bebek dalam bahaya masih di air laut. Ikan Hiu terus mengitari Bebek.

Ikan Hiu mulai serangan berikutnya mau menerkam Bebek. Ternyata Tupai bergerak cepat dengan berdiri di atas kayu dan segera melepar tari ke arah Ikan Hiu saat mau menerkam Bebek. Serangan Ikan Hiu gagal di halangi oleh Tupai. Bebek dengan cepat berenang ke tepi pantai langsung menyentuh pasir putih yang lembut.

"Saya selamat," kata Bebek.

Semua binatang bertepuk tangan dan sorak-sorai dengan kehebatan Tupai. Bebek pun bingung dengan ulah para binatang dan membalikkan tubuhnya dan melihat ulah Tupai. Bebek pun bertepuk tangan dengan sorak-sorai yang paling melengking karena kehebatan Tupai berselancar di atas air laut sambil menjinakkan Ikan Hiu yang buas dengan seutas tali dari akar pohon yang mengikat pada mulut Ikan Hiu.

Tupai terus menunjukkan kebolehan atraksinya yang berbahaya di atas kayu dengan terpaan ombak dari air laut. Semua binatang menyukai hiburan yang begitu spektakuler dan melupakan kejadian yang berbahaya. Bebek tambah salut dengan kehebatan Tupai yang benar-benar menajubkan. Ikan Hiu pun keletihan karena di kalahkan oleh Tupai di wilayahnya. Tupai pun melepaskan pegangan di tali akar pohon dan membiarkan Ikan Hiu pergi menuju lautan yang luas. Tupai pun sampai di pinggir pantai dengan ombak air laut yang menerpa kayu.

Turunlah Tupai dari kayu yang di gunakannya untuk berselancar di air laut. Bebek yang bahagia karena nyawa selamat berkat pertolongan Tupai. Di peluknya Tupai dengan erat-erat sama Bebek.

"Terima kasih kawan baik," kata Tupai.

"Iya..tapi jangan kuat-kuat merangkulnya saya tidak bisa bernapas," kata Tupai yang sesak nafas.

"Oh..iya," saut Bebek sambil melepaskan rangkulannya pada Tupai. 

Semua binatang memuji kehebatan Tupai yang berani. Tupai pun menunduk malu karena di puji terus. Bebek malah lebih antusias dari para binatang lain dengan terus pertepuk tangan dan memuji "Kamu hebat Tupai yang pemberani." Tupai pun tambah malu karena pujian terus di lontarkan pada dirinya. Impian Tupai pun jadi kenyataan karena semua para binatang memuji kehebatan dan ketangkasan dirinya.

MONKEY AGILITY


Seekor Kucing sedang main di pinggir pantai. Ombak pun dateng bergulung menuju ke tepi. Kucing terkena cipratan air laut langsung melompat ke samping dan langsung berlari menuju sebuah pohon kelapa. Kucing pun mengatur nafasnya dan kata "Hampir saja terseret ombak."

Monyet pun terkejut ocehan Kucing saat asik membuka buah kelapa dengan taringnya yang tajam. Monyet meninggalkan buah begitu saja dan menghampiri Kucing untuk memastikan omongannya yang ngelantur.

"Kucing apa saya tidak salah dengar..... kamu hampir saja terseret ombak ?" tanya Monyet.

"Iya saya bicara begitu. Kenapa ada yang salah?" kata Monyet.

"Ya enggak sih omongan kamu. Tapi masalahnya bukannya kamu Kucing takut air," kata Monyet.

"Memang saya takut air," kata Kucing.

"Wah benar kamu fobia takut air. Pantes omongan kamu aneh. Cuma ke ciprat air laut kamu sudah lari tunggang langgang," kata Monyet.

"Jangan ngurusin saya yang tidak sempurna ini. Urus saja urusan kamu. Lihat tuh buah kelapa kamu yang di tinggal di bawa lari oleh Ketam," kata Kucing.

"Apa.....?" saut Monyet sambil melihat buah kelapanya sudah di bawa oleh Ketam.

Monyet bergerak untuk mengambil buah kelapanya yang di curi oleh Ketam. Monyet berhadapan dengan Ketam yang memiliki capit yang besar dan kuat. Monyet berusaha mengambi buah kelapa dengan tangan kosong, tapi insting Ketam sangat cepat mau mencapit tangan Monyet.

Sontak Monyet menghindar serangan Ketam. 

"Kacau ini mah saya kalah menghadapi Ketam dengan capitnya yang kuat dan menakutkan," kata Monyet.

"Hey Monyet...lebih baik pergi sana. Kalau tidak saya akan mencapit kamu sampai kamu tidak berkutik!" kata Ketam.

"Dasar ...monsternya para Kepiting  kamu mencoba saya untuk kalah dan mengikhlaskan buah kelapa yang kamu curi dari saya," kata Monyet.

"Itu salah kamu makan di anggurin saja demi urusan yang gak penting sama Kucing," kata Ketam.

"Memang saya salah meninggalkan makan saya begitu saja demi urusan gak penting. Tapi jangan seenak mengambil buah kelapa  yang sudah ada bekas gigitan dan air liur saya," kata Monyet.

"Saya tidak mau tahu penjelasan kamu. Buah kelapa tergeletak begitu saja. Saya lapar...jadi saya ambil saja makan yang nganggur ini," kata Ketam.

"Dasar...binatang pencuri," kata Monyet.

"Masa..bodok. Ini urusan dunia liar. Yang kuat yang menang. Itu lah hukum para binatang. Bukan hukum manusia di mana mereka yang membuat hukum dan mereka juga melanggarnya. Jadi kerjaan manusia banyak sia-sianya dalam menjalankan hidup," kata Ketam sedikit ngelantur.

"Jangan kaitkan urusan binatang dengan urusan manusia. Gak nyambung tahu," kata Monyet.

"Bodok amat semau-mau saya," kata Ketam.

"Dasar binatang egois. Sudah ketahuan mencuri membela diri," kata Monyet.

"Bodok...ini..urusan perut," saut Ketam dan bergerak membawa buah kelapa.

Monyet makin kesal dengan ulah Ketam. Lalu mengambil sebuah kayu, lalu di pukulkan ke arah Ketam. Sontak Ketam langsung menerima serangan kuat dari Monyet. Malah Monyet terkejut sekali karena perisai yang kuat dari tubuh Ketam. Lalu Ketam langsung mematahkan kayu dengan capitnya yang kuat. Monyet sontak ketakutan dengan kekuatan capit Ketam yang kuat sampai mundur beberapa langkah.

"Gila-gila ini...mah menghadapi monster Kepiting yang sukanya makan buah kelapa," kata Monyet. 

Monyet pun tidak kehabisan akal. Lalu Monyet berlari cepat menuju Ketam. Ketika dekat  dengan Ketam langsung melompat ke depan. Sedangkan Ketam terus menerus berusaha mencapit Monyet. Sedikit lengahlah Ketam langsung mengambil buah kelapa dan berlari cepat menuju pohon yang rindang. Ketam pun kecolongan karena kelincahan dan kelicikan Monyet.

"Saya..kalah dengan Monyet dan ia telah membawa lari buah kelapa yang dari tadi saya pertahankan demi mengisi perut saya yang terus bunyi," kata Ketam.

Ketam berjalan menuju hutan karena kalah dengan monyet dan mencari buah kelapa yang lain untuk ia santap untuk menghilangkan rasa laparnya. Sedangkan Monyet bahagia sekali mendapatkan buah kelapanya dan berhasil mengalahkan Ketam dengan capitnya yang sangat kuat. Monyet bergegas membuka buah kelapa dengan penuh bahagia sampai mendapatkan isi buah kelapa yang enak dan segera menyantapnya untuk menghilangkan rasa lapar Monyet.

THE SQUIRREL IS WRONG


Langit yang cerah dan udara lembut menerpa seluruh tubuh Bajing saat berdiri di pinggir pantai. Bajing melihat obak air laut yang menggulung tinggi. Bajing pun langsung naik ke sebuah pohon kelapa dengan sangat cepat. Bajing pun sampai pucuk pohon kelapa berusaha memetik buah kelapa dan di jatukan ke pasir putih. Tapi Bajing tidak tahu kalau Orang Hutan lagi di bawah pohon kelapa.

Orang Hutan tertimpa buah kelapa sampai pingsan. Bajing khawatir dengan Orang Hutan segera turun dari pohon kelapa dengan cepat. Terlihat Orang Hutan terkapar di pasir putih tidak bergerak sedikit pun pada hal Bajing segala cara untuk membangunkan si Orang Hutan.

Bajing dengan menunduk dan bersedih hati karena telah membunuh Orang Hutan. Mulai membuat penghormatan terakhir untuk Orang Hutan dengan mengumpulkan bunga-bunga di pesisir pantai. Orang Hutan tertimbun oleh bunga-bunga yang di kumpulkan Bajing. Dateng seekor Domba yang kelaparan sekali. Tanpa berpikir panjang Domba memakan bunga-bunga yang menutupi tubuh Orang Hutan.

Bajing pun sangat marah sekali dan berkata "Hei Domba kenapa kau makan bunga-bunga ini?."

Domba pun menjawabnya "Saya lapar sekali." 

"Kalau kamu lapar biasanya makan rumput aja...kok makan bunga-bunga ini yang di gunakan untuk penghormatan terakhir Orang Hutan," kata Bajing.

"Saya lapar. Jadi saya mau makan apa pun itu urusan saya?. Bukan urusan kamu!" kata Domba.

Bajing pun bingung menghadapi Domba yang semaunya. Akhirnya Bajing tetap dengan rencananya mengumpulkan banyak bunga-bunga di sekitar pesisir pantai untuk kematian Orang Hutan. Domba pun akhirnya kenyang sekali dengan memakan bunga-bunga langsung istirahat tidur-tiduran di sebelah Orang Hutan.

Bajing pun terus mengumpulkan bunga-bunga yang banyak sampai keletihan. Eee ternyata Orang Hutan bangun dari pingsannya dan melihat tubuhnya di tutupi banyak bunga-bunga.

"Ada perayaan apa ya?" kata Orang Hutan.

Domba sedikit terkejut dengan Orang Hutan yang bangun dari kematiannya.

"Loe bukannya..kamu ini sudah mati," kata Domba.

"Mati...siapa yang mati saya masih hidup," kata Orang Hutan.

"Kata Bajing. Makanya susah payah ia mengumpulkan bunga untuk menghormati kamu yang meninggalkan dunia ini," kata Domba.

"Saya..baru ingat. Saya tertimpa buah kelapa saat berdiri di bawah pohon kelapa. Makanya saya pingsan," kata Orang Hutan.

"Pantes kalau begitu. Kamu di anggap mati sama Bajing," kata Domba.

Bajing melihat Orang Hutan hidup sangat senang dan berlari cepat memeluknya.

"Orang Hutan maafkan saya yang membuat mu terluka karena buah kelapa membentur kepala kamu," kata  Bajing.

"Eeeee..pantes..ke timpa buah kelapa yang jatuh dari pohonnya. Otomatis pingsan Orang Hutan. Untung saja gak mati," saut Domba.

"Bajing saya maafkan...karena kamu tidak sengaja. Lain kali lebih hati-hati dalam bertindak dalam hal memetik buah kelapa," kata Orang Hutan.

"Iya.....," saut Bajing.

Bajing bergerak cepat mencari buah-buah di pesisir pantai untuk Orang Hutan tanda maaf dan rasa bahagianya karena Orang Hutan tidak jadi mati. Orang Hutan menerima niat baik dari Bajing. Domba seperti biasa cuma nimbrung aja makan buah-buahan yang di kumpulkan Bajing. Orang Hutan pun tidak peduli dengan ulah Domba yang rakus makan. Orang Hutan pun memakan buah-buahan yang di bawakan Bajing dengan susah payah dan melupakan kejadian yang tidak di sengaja.

DEWA ATAU JIN


Siang begitu cerah di suatu daerah. Suasana kehidupan manusia tenang dan damai sekali. Tapi tiba-tiba tanah bergetar begitu hebat sekali sampai bangunan roboh. Manusia keluar dari bangunan-bangunan yang di buatnya untuk menyelamatkan diri. Anak kecil yang bernama Dewa turun dari langit untuk melihat semua kejadian bencana alam. Dewa terus melangkah dengan kaki kecilnya melihat kehidupan manusia yang di uji.

Sampai Dewa pun menyaksikan para wartawan sibuk merekam kejadian bencana alam untuk jadi berita utama. Dewa terus berjalan cepat ke sebuah rumah sakit di mana para dokter dan suster menyelamatkan pasiennya. Dewa tetap hanya memperhatikan dengan seksama.

Dewa pun melangkah dengan cepat di kerumunan manusia di lapangan sambil berdoa agar terhindar dari bencana. Dewa pun terus melangkah lagi sampai melihat seorang wanita yang cacat tangannya dan berusaha menyelamatkan diri dengan berpegangan di sebuah pohon. Tapi guncangan makin hebat sekali sampai pohon roboh dan mau menimpa wanita yang cacat. Dengan cepat Dewa dateng membawa wanita cacat menghindari dari robohnya pohon.

"Saya selamat ya Tuhan," kata wanita yang cacat.

Dewa pun menjauh dari wanita cacat. Tapi ternyata wanita cacat bisa melihat Anak kecil berbaju dan bercelana putih. Langsung bergerak wanita cacat menghampiri Anak kecil. Lalu Anak kecil pun berdiri diam saja karena di halangi oleh wanita cacat.

"Jangan-jangan kamu yang telah menolong saya," kata wanita cacat.

"Saya memang menolong anda. Tapi kenapa anda bisa melihat saya?. Pada hal saya dari tadi mondar- mandir tidak ada manusia pun bisa melihat saya," kata Anak kecil.

"Masa...ia," kata wanita cacat.

Lagi-lagi tanah bergetar. Wanita cacat berusaha bertahan berdiri di tanah dengan tegap. Tapi tetap saja sempoyongan dan terus berdoa meminta pertolongan pada Tuhan. Anak keci hanya terdiam saja dan tidak terpengaruh oleh getaran tanah karena melayang di udara. Sampai akhirnya tanah berhenti bergetar.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya Anak kecil.

"Saya tidak apa-apa? Tuhan selalu bersama saya," kata wanita cacat.

"Oh..begitu. Kalau begitu saya permisi dulu," kata Anak kecil.

"Silakan," kata wanita cacat.

Dewa langsung bergerak cepat sampai tidak bisa di lihat oleh mata wanita cacat.

"Astaga......tuh Anak kecil...bergeraknya sangat cepat..seperti bukan manusia saja. Jangan-jangan Jin," kata wanita cacat sambil berlari meninggalkan tempat kejadian menuju rumahnya.

Dewa terus melangkah sampai di sebuah kota yang sedang perang berkecamuk. Dewa hanya diam saja melihat sampai ke hancur berantakan. Dewa pun melangkah lagi ke suatu tempat yang cukup menarik di sebuah stadion olah raga. Dewa duduk di antara kerumunan manusia. Dewa pun senang sekali dengan pertandingan sepak bola. Terlihat dengan jelas di ke dua tempat duduk para pemain dan ke dua pelatih berdoa agar menang dalam pertandingan sepak bola.

Dewa pun mencoba mendekati salah satu banggu pemain.Tapi seorang pemuda menegur Dewa.

"Anak kecil tidak boleh di sini. Menggangu kami yang sedang bertanding demi diri, keluarga, bangsa dan negara," kata pemuda.

"Saya tahu..tapi saya ingin melihat lebih jelas. Tapi kenapa anda bisa melihat saya?" kata Anak kecil.

"Masa ia," kata pemuda yang sedikit terkejut.

Pemuda pun memperhatikan sekitarnya. Ternyata semua orang tidak bisa melihat Anak kecil dan pemuda pun di anggap ngomong sendiri. Pemuda makin ketakutan sekali.

"Jangan-jangan kamu setan," kata pemuda.

"Saya bukan setan, tapi Dewa," kata Anak kecil.

"Dewa..kaya cerita peradapan masa lalu," kata pemuda.

"Ya..begitulah semua manusia menulis saya," kata Anak kecil.

"Jangan-jangan kamu..ini Jin," kata pemuda.

"Bisa di bilang begitu sih," kata Anak kecil.

"Kalau Jin ada yang baik dan ada yang jahat. Kalau begitu kamu di golongkan baik. Kalau yang jahat seperti apa?" kata pemuda.

"Ya seperti setan. Saya akan tunjukan di lapangan sepak bola ini banyak setan berkeliaran," kata Anak kecil.

"Emangnya bisa," kata pemuda.

"Bisa," saut Anak kecil.

Dewa langsung menggunakan kemampuannya membuka penglihatan pada sang pemuda. Tercenganglah pemuda melihat setan yang berdampingan dengan manusia di lapangan sepak bola. Pemuda pun ketakutan sekali sampai-sampai pelatih pun di dekati setan agar mengarahkan pemainnya untuk menang dengan cara kotor.

"Anak kecil...saya tidak mau melihat semua yang menakutkan ini!" kata pemuda.

Dewa pun menutup lagi penglihatan pemuda dengan kemampuannya. Pemuda kembali melihat dengan normal. 

"Jadi selama ini kami manusia berdampingan dengan setan," kata pemuda.

"Ya...jelas sekali. Karena banyak manusia menghancurkan dunia ini karena setan ikut campur," kata Anak kecil.

"Jadi begitu. Tapi ngomong-ngomong kami berdoa  untuk menang kenapa tidak di kabulkan oleh Tuhan malah kami terdesak oleh pemainan lawan?" tanya pemuda.

"Semua orang berdoa untuk menang di pertandingan sepak bola. Tapi Tuhan sudah tahu awal dan akhir. Karena Tuhan adalah suratan takdir. Tuhan itu maha adil," kata Anak kecil.

"Oh..begitu," kata pemuda.

"Kalau begitu saya permisi dulu," kata Anak kecil.

"Silakan," saut pemuda.

Dewa pun bergerak cepat dan melompat ke langit. Lalu Dewa pun tidur-tiduran  udara sambil melihat kota yang cantik yang terus di bangun oleh manusia.

DEWA


Seorang anak kecil bangun dari tidurnya dan melihat langit yang cerah sekali. Anak kecil berjalan-jalan di atas rerumputan dan langsung melompat ke langit dan melayang di udara. Terlihat oleh matanya banyak manusia yang sibuk berkumpul di lapangan. Anak kecil merasa bingung yang di perbuat oleh semua manusia tersebut. Kemudia anak kecil turun dengan dari langit dan berbaur dengan banyak manusia.

Anak kecil pun ikutan apa yang di kerjakan manusia sampai di pun mengerti apa yang di kerjakan dengan ucapan dari salah satu pemimpin yaitu " sholat Idul Adha di mulai." Anak kecil dengan polos terus ikut sholat sampai selesai dan mulai pemimpin memberikan sebuah nasehat kepada manusia yang lain.

Anak kecil tetap mendengarkan dengan seksama ocehan pemimpin. Sampai akhirnya bubar semua manusia dari lapangan kembali ke rumah masing-masing. Anak kecil diam di antara kerumunan dan berkata "Benar-benar umat manusia yang taat ibadah."

Anak kecil berjalan terus dan menghilang dari ke rumunan dengan melompat ke langit. Melayang lah anak kecil di udara melihat manusia yang menarik seekor sapi  ke suatu tempat. Anak kecil tertarik dan turun dari langit langsung berbaur dengan lingkungan. Sapi pun mulai di jatuhkan di tanah dan salah satu orang yang membawa golok menebas leher sapi, tapi sebelumnya baca doa dulu sebelum mencabut nyawa sapi.

Anak kecil terus merasa heran dan bingung dengan ulah manusia dengan segera pergi dan melompat ke langit. Melayanglah anak kecil di udara sampai di suatu tempat kumuh sekali. Turunlah anak kecil dari langit dan melihat lingkungan yang kumuh. Ternyata manusia banyak menderita kelaparan dan sakit. Anak kecil tambah bingung sekali. Lalu tiba-tiba ada seorang yang bertengkar dangan orang lain demi uang sampai meninju orang tersebut.

Anak kecil tambah bingung lagi. Maka dia pun langsung pergi dan melompat ke langit. Melayanglah anak kecil di udara. Sampai terlihat dari udara pemandangan kota yang lagi proses pembangunan. Anak kecil pun berkata "Bagus ya buatan manusia." Anak kecil terus melayang di udara sampai melihat seorang melihat pemuda  yang sedang memandangin langit.

Anak kecil pun turun dari langit dan mendekati pemuda yang lagi asik memandangi langit sampai-sampai anak kecil pun ikutan. Akhirnya sang pemuda pun sadar melihat anak kecil berdiri di sebelah kanannya.

"Nak....kenapa kamu ikutan melihat langit seperti saya?" tanya pemuda.

"Kamu bisa lihat saya," kata Anak kecil.

"Iya..saya bisa melihat kamu Anak kecil," kata pemuda.

"Aneh......padahal selama ini tidak ada satu makluk pun bisa melihat saya," kata Anak kecil.

"Masa....saya bisa melihat jelas kamu dengan pakaian dan celana putih," kata pemuda.

"Benar-benar manusia yang mampu melihat saya. Berarti kamu manusia yang terpilih untuk bisa melihat saya," kata Anak kecil.

"Maksudnya ?" tanya pemuda.

Anak kecil langsung melompat di langit dan melayang di udara. Pemuda pun terkejut sekali.

"Hantu......," teriak pemuda.

Anak kecil mendengar teriakan pemuda pun terkejut sekali. Pemuda yang mulai ketakuatan berlari dengan cepat. Anak kecil mengikutinya sampai turun di depannya pemuda tersebut. Sangking terkejutnya pemuda berdiri dengan diam seribu bahasa.

"Saya bukan hantu," kata Anak kecil.

"Kalau bukan hantu. Kanapa kamu bisa melayang di udara?" kata pemuda.

"Saya juga bingung. Dari dulu sampai sekarang saya ya begini-begini saja. Tidak satu pun makluk bisa melihat saya. Cuma kamu. Tapi kalau saya ingat pada masa peradapan di mulai saya memang pernah di puja di anggap Dewa," kata Anak kecil.

"Dewa...atau jangan-jangan Jin," kata pemuda.

"Bisa ....jadi," saut Anak kecil.

"Kalau kamu Dewa bisa gak mengabulkan permintaan saya!" kata pemuda.

"Bisa...bilang saja," kata Anak kecil.

"Saya ingin berkuban hari ini seperti orang -orang mampu. Jadi munculkan uang untuk membeli kambing yang layak untuk jadi hewan kurban," kata pemuda.

"Hanya uang saja," kata Anak kecil.

"Iya..uang," saut pemuda.

"Baiklah.....," kata Anak kecil.

Dengan sekejab uang di munculkan di tangan Anak kecil. Sampai-sampai pemuda bengong. Lalu Anak kecil menyerahkan uang kepada pemuda. Dengan senangnya pemuda mendapat uang.

"Terima kasih Anak kecil," kata pemuda.

"Iya..sama-sama," jawab Anak kecil.

"Saya..akan membeli hewan kurban di mang Diman. Eh ternyata kamu benar-benar Dewa," kata pemuda.

"Kalau begitu saya permisi dulu," kata Anak kecil.

"Iya," saut pemuda.

Anak kecil meninggalkan pemuda dan melompat ke langit. Melayanglah Anak kecil di udara. Pemuda melihat Anak kecil terbang di udara sampai tidak terlihat lagi. Lalu sang pemuda melaksanakan niatnya untuk berkurban. Dengan cepat pergi ke tempat penjual kambing dan membeli kambing, lalu di bawa dengan cepat ke mesjid untuk di sembelih.

Anak kecil terus terbang di udara  berhenti di suatu tempat yang indah di puncak gunung. Anak kecil terus melihat keindahan pemandangan sekitar sampai langit berubah menjadi gelap.

SAHABAT

Dodo duduk di halaman belakang rumah sedang asik main game di Hp-nya. Tony yang selesai mengerjakan tugas kuliahnya, ya keluar dari kamarnya...