Shilla adalah seorang gadis remaja yang
sangat tidak suka dengan batik, baginya batik itu jadul, kuno, norak,
ketinggalan jaman, dan tidak gaul, bahkan ia lebih pede mengenakan baju yang
sedang ngetrend pada zaman sekarang dibanding dengan mengenakan baju batik. Ia
juga sering melarang kedua orangtuanya jika mengenakan baju batik alasanya
karena seperti orang-orang zaman dahulu dan terlihat lebih tua.
Shilla juga tak jarang berdebat dengan
teman kelasnya yang bernama Yusuf, Yusuf adalah temannya yang sangat menyukai
batik dari tas, buku, pena, pensil dan masih banyak lagi barang miliknya yang
bercorak batik, mungkin semua barang miliknya bercorak batik.
Hingga suatu hari Wali kelas Shilla
mengumumkan bahwa di kelasnya akan kedatangan siswi baru pindahan dari Inggris,
tersungging sebuah senyuman di wajah putih gadis remaja itu penuh senang dan
kemenangan. Senang karena di pikirannya akan ada yang membelanya nanti jika
sedang berdebat dengan Yusuf, dan kemenangan karena ia akan menang di hadapan
Yusuf sebab ada yang membelanya, selama ini kalau ia sedang berdebat dengan
Yusuf tidak ada yang membelanya meskipun Yusuf juga tidak ada yang membelanya,
teman-teman kelasnya hanya melerainya atau pun diam saja sebab perdebatan
mereka sudah biasa. Shilla hanya ingin menang di hadapan Yusuf, Di pikaran
Shilla siswi baru itu sama sepertinya, sama-sama menyukai sesuatu yang sedang
ngetrend di zaman sekarang, ia begitu menunggu siswi baru itu.
Hari yang ditunggu-tunggu Shilla pun
tiba, hari dimana siswi baru itu masuk di kelasnya. Setelah membaca do’a
belajar Bu Lisa berbicara mengenai siswi baru itu, dan selama itu Shilla
berdebat kecil dengan Yusuf.
“Aku nggak sabar siswi baru itu masuk,
aku yakin ia pasti tidak suka dengan batik sama denganku, tidak seperti yang di
belakangku semuanya batik, huh.. menyebalkan” sindir Shilla pelan namun Yusuf
dapat mengengarnya.
“Kalau dia tidak suka batik, itu tidak
masalah bagiku, mungkin dia sama denganmu tetapi, dia pasti lebih gaul dari
pada kamu Shilla, bagaimana tidak dia saja tinggal di Inggris pasti
barang-barang miliknya produk luar negeri semua, kalau kamu kan Cuma luar kota
saja hahaha” sindir Yusuf pelan, tak mau kalah dengan Shilla. Shilla terdiam
mendengar ucapan Yusuf yang diakuinya mulut Yusuf itu judes.
“Kata siapa? ada kok barang milik aku
produk luar negeri ada yang dari Singapur, Malaysia, Viatnam, Hongkong dan
masih banyak lagi, dari pada kamu barang-barangnya produk dalam negeri semua,
hah.. nggak ngetrend banget sih jadi orang” balas Shilla tak mau kalah dengan
Yusuf dengan nada yang masih pelan.
“Dari Asia Tenggara saja kan? tidak ada
yang dari Eropa, Korea dan yang lain? haha kurang ngetrend tu” cetus Yusuf,
Shilla diam mulutnya terbungkam setelah mendengar kata-kata pedas dari mulut
Yusuf. Shilla tak sempat membalas Yusuf karena suara Bu Lisa yang meninggi.
“Baik…anak-anak.., jika kalian ingin
kenal dengan teman baru kita, nak.. mari masuk dan perkenalkan dirimu” pinta Bu
Lisa, sembari menghadap ke arah luar pintu.
“Baik Bu, terima kasih” suara dari luar
pintu, dengan perasaan tak sabar Shilla berkata “Cepat dong masuknya nggak sabar nih..,
anak itu pasti gaul dan trendy seperti aku, tidak seperti Yusuf yang norak!
huh..” sindir Shilla sembari menoleh ke arah Yusuf yang duduk di belakangnya.
“Biarin aja, aku yang norak kok kamu
yang sewot?” kata Yusuf lalu diam sejenak” Tapi… sepertinya dugaan kamu salah
seratus persen Shill, karena siswi baru itu biasa saja dan jauh dari dugaanmu,
dia mengenakan seragam yang sama seperti kita dan rapi ditambah dengan jilbab putih
yang menutupi kepalanya hingga lengan” lanjut Yusuf seperti sedang menerawang.
“Eleh… sok tau kamu Suf, tau dari mana
kalau dia seperti itu? dia itu tinggal di luar negeri bukan seperti kamu di
kampung” cetus Shilla.
“Kalau kamu tidak percaya lihat saja ke
depan!” kata Yusuf santai, Shilla pun menurut sembari mencibir Yusuf, dari
wajah Shilla yang tak percaya tiba-tiba berubah menjati merah padam. Ia
terkejut “Itu… siswi baru dari Inggris kan? tapi kenapa penampilanya biasa
saja? meskipun wajahnya agak kebulean, penampilannya masih kalah sama aku!
ternyata benar apa kata Yusuf” batin Shilla, Shilla tak percaya bahwa gadis
seumuranya yang sedang berdiri di depan papan tulis itu adalah siswi baru yang
kata Bu Lisa pindahan dari Inggris, karena dilihat dari penampilanya terlalu
biasa.
Tak lama kemudian lamunan Shilla buyar
karena mendengar ucapan salam.
“Assalamu’alaikum warohmatullahi
wabarokatuh…” ucap siswi baru itu.
“Wa’alaikum salam warohmatullahi
wabarokatuh” balas semua murid beserta Bu Lisa.
“Hai.. kawan, perkenalkan nama saya
Nadiah Al Husna, panggilan saya Husna. Saya pindah dari Inggris ke Indonesia
Karena Ayah saya pindah tugas, Saya senang bertemu dengan kawan-kawan semua di
sini, semoga kawan-kawan dapat menerima kedatangan saya, sekian pekenalan diri
saya, Wassalamu’alaikum wr, wb.” jelas siswi baru itu yang bernama Husna.
“Wa’alaikum salam wr, wb.” balas semua
murid dan Bu Lisa sembari melangkah mendekati Husna
“Terima kasih Husna, kamu sudah
memperkenalkan diri. Jika kalian ingin lebih mengenal Husna nanti saat jam
istirahat tanya saja ke Husna ya nak…, baik Husna kamu duduk di sebelah Shilla,
di bangku yang kosong di sana” jelas Bu Lisa sembari menunjuk ke arah bangku di
sebelah Shilla.
“Baik Bu, terima kasih” kata Husna
sembari melangkah menuju bangku yang ditunjukkan oleh Bu Lisa.
Setelah Husna duduk ia tersenyum kepada
Shilla yang sedang terbengong-bengong memperhatikanya, seketika lamunan Shilla
buyar karena Husna menyapanya.
“Hai.. nama saya Husna, nama kamu
siapa?” Tanya Husna sembari mengulurkan tanganya ke Shilla.
“Mmm… namaku Shilla” jawab Shilla gugup.
“Nama yang cantik” ucap Husna sembari
mengeluarkan alat-alat tulisnya, saat itu juga Shilla terkejut, karena melihat
tas Husna bercorak batik, bahkan ia lebih terkejut ketika Husan telah mengaluarkan
alat-alat tulisnya, karena semua bercorak batik!. “Apa…! semua barang miliknya
bercorak batik? bagaimana bisa? jangan-jangan husna sama seperti Yusuf kalau
memang benar jadi, ia menyukai batik?” pekik batin Shilla.
Selama pelajaran berlangsung Shilla
tidak memperhatikan Bu Lisa yang sedang menerangkan pelajaran Bahasa Indonesia,
pikirannya masih tertuju kepada gadis remaja di sebelahnya.
Tidak seperti biasa ketika bel istirahat
berbunyi Shilla masih duduk di bangku kelasnya.
“Shilla kamu tidak ke kantin?” Tanya
Husna.
“Tidak.. lagi malas keluar” jawab
shilla, husna mengangguk mengerti.
“Malas… atau malas…” timpal yusuf dari
belakang sembari asyik menggambar kesukaanya di atas kertas gambar.
“Apa’an sih kamu Suf, nyambung aja..”
kata Shilla sebal, suara Yusuf membuat Husna menoleh ke arahnya dan ia
menangkap Yusuf yang sedang menggambar batik.
“Kamu suka batik ya..?” Tanya Husna
pelan.
“Iya” jawab Yusuf singkat.
“berarti kita sama, saya juga suka
batik” kata Husna senang.
“Oh.. ya? jadi, aku ada teman yang
sama-sama suka batik…” kata Yusuf senang sembari melirik ke arah Shilla.
“O.. iya, nama kamu siapa?” Tanya Husna.
“Perkenalkan namaku Yusuf” jawab Yusuf.
“Nama yang bagus” timpal husna sembari
memperhatikan gambar yang dibuat Yusuf.
“Gambar batiknya bagus ya” komen Husna,
lalu diam beberapa lama.
Shilla yang sedari tadi diam membisu
kini ia membuka suara untuk bertanya kepada Husna tantang dirinya.
“Husna aku boleh bertanya?” kata Shilla
pelan.
“Boleh, memang kamu mau bertanya tentang
apa?” kata Husna.
“Sebenarnya kamu asalnya dari mana?
apakah kamu berasal dari Indonesia dan pindah ke inggris karena mengikuti
Orangtuamu? atau kamu memang berasal dari Inggris?” Tanya Shilla pelan, Husna
tersenyum simpul setelah mendengar pertanyaan bertubi-tubi dari Shilla.
“Jadi, itu pertanyaan dari kamu? Baiklah
kalau begitu saya akan menjawabnya. Saya memiliki dua darah yaitu
Inggris-Indonesia, ayah saya berdarah Inggris dan ibu saya berdarah Indonesia
dan saya lahir di Inggris jadi saya berasal dari inggris dan berdarah Indonesia”
jelas Husna, Shilla mengangguk paham.
“Tapi kenapa kamu bisa berbahas
Indonesia dengan lancar? padahal kamu tinggal di Inggris, apakah sebelumnya
kamu pernah ke Indonesia?” Tanya Yusuf.
“Sejujurnya ini adalah pertama kali saya
ke Indonesia dan bagaimana saya bisa berbahasa Indonesia karena Ibu saya yang
mengajarkan saya dari kecil” kata Husna.
“Husna, kalau sebelumnya kamu belum
pernah ke sini bagaimana kamu bisa tahu dan suka dengan batik? padahal kan
batik itu udah lama jadul, kuno dan ketinggalan jaman gitu..?” Tanya Shilla
lagi.
“Bagaimana? itu karena, saya sering
dikasih oleh-oleh dari tante saya yang tinggal di indonesia, dan suka karena
bagi saya batik itu unik, cantik dan tidak semua orang bisa membuatnya” jelas
Husna.
“Betul, betul, betul, aku setuju sama
kamu Husna kalau batik itu unik dan cantik” sambung Yusuf.
“Husna tapi kan kamu tinggal di Inggris,
pastinya kamu lebih suka sesuatu yang berasal dari produk luar dari pada produk
sini” kata Shilla.
“Memangnya salah kalau saya yang berasal
dari inggris suka dengan produk Indonesia? bahkan banyak orang-orang sana yang
menyukai produk dari Indonesia karena bentuknya yang unik, apalagi batik
pastinya banyak yang suka terutama keluarga saya, lagi pula batik itu budaya
Indonesia yang seharusnya kita jaga dan lestarikan agar tidak hilang ditelan
zaman” jelas Husna panjang lebar, Yusuf mendengarnya tersenyum senang sedangkan
Shilla tersenyum kecut. “Tega sekali Yusuf, ia bahagia di atas penderitaan
orang lain” batin Shilla.
Semenjak perkenalan itu terjalin
persahabatan di antara mereka, meski terkadang Shilla dan Yusuf selalu berdebat
tentang batik namun, Husna tetap sabar dan selalu melerai mereka tanpa membela
Shilla maupun Yusuf yang sama sepertinya sama-sama meyukai batik. Shilla pun
tak habis pikir kenapa Husna bisa suka dengan batik meskipun Husna sudah
menjelaskan alasannya.
Hingga suatu hari Husna dan Yusuf
mengajak Shilla ke suatu tempat yang terdapat banyak kain batik di mana-mana,
tempat yang terdapat tungku api mini, di atasnya diletakkan sebuah kuali kecil
yang berisikan cairan berwarna dan seorang ibu-ibu duduk di depan tungku itu
sembari sesekali menciduk sebuah canting ke dalam kuwali kecil yang berisikan
cairan berwarna itu lalu melukis sesuatu di atas kain berwarna putih polos di
sampingnya, dengan lincah tanganya melukis titik demi titik, garis demi garis
hingga menjadi susunan yang unik dan menarik. Dengan mata sinis Shilla menyapu
sekeliling ruangan. “Ini tempat apa? kok banyak batik di mana-mana?” pikir
Shilla.
“Husna kita di mana? kok banyak batik?”
Tanya Shilla.
“Kita ada di tempat pengrajin batik
Shilla” jawab Husna tenang.
“Apa… pengrajin batik? nggak, aku nggak
mau, lebih baik aku pulang..” kata Shilla sembari melakangkah meninggalkan
tempat tersebut namun, belum sampai dua langkah Yusuf langsung meraih datang
menggenggam pergelangan tangan Shilla erat.
“Eee.. kamu mau ke mana Shilla?” sindir
Yusuf.
“Aku mau pulang, aku nggak betah di
sini! gerah tau” kata Shilla sebal.
“Mau pulang ke mana? udahlah di sini
saja!” cetus Yusuf sembari mempererat genggamannya.
“Au… sakit tau.. lepasin!” pinta Shilla.
“Yusuf, jangan begitu lepaskan Shilla”
pinta Husna lalu yusuf melepaskan genggamannya, Shilla mengelus-elus
pergelangan tanganya yang sakit karena digenggam Yusuf erat.
“Shilla, mari ikut saya kita lihat-lihat
saja dan belajar sedikit ya..” kata Husna tenang sembari tersenyum, Shilla
menurut. Selama di sana mereka banyak diarahkan oleh seorang pengarah dan
menjelaskan tentang sejarah batik, pembuatan batik, dan yang lain tentang
batik, mereka juga belajar membuat batik, sampai-sampai Shilla ketagihan untuk
membuatnya.
“Ternyata membuat batik itu menyenangkan
ya, meskipun kita harus hati-hati dan teliti, dan sekarang aku baru sadar kalau
batik itu memang unik” ujar Shilla sembari melukis batik yang masih belum
sempurna.
“Kayaknya aku mulai jatu cinta sama
batik karena batik itu memang cantik dan unik” sambung Shilla
“Alhamdulillah, kalau kamu mulai suka
sama batik, saya senang mendengarnya” kata Husna.
“Dari kemarin dong jatuh cintanya kan
biar nggak berdebat terus, capek tau” kata Yusuf polos.
“Suf, cinta itu tidak bisa dipaksa
datangnya dari hati, dan butuh proses bukan sembarang cinta” tangan kanan husna
menempel ke arah jantung.
“Mulai deh Husna kata-kata mutiaranya
keluar hahaha” tawa Yusuf.
“Ya udah sekarang kita bertiga suka sama
batik jadi, kita adalah pecinta batik, dan kita harus melestarikan batik, benar
kan Husna?” seru Shilla.
“Benar, kita harus melestarikan batik
agar batik tidak hilang dan agar anak cucu kita biasa tau batik” Jelas Husna.
“Aku bersyukur kepada Allah swt. karena
batik adalah budaya kita, budaya Indonesia” kata Yusuf.
“Kita harus melestarikan Budaya
Indonesia…!!!” seru mereka.
TAMAT