Kepiting sedang berjalan membawa sebuah onigiri. Seekor monyet licik meminta kepiting agar bersedia untuk menukar onigiri dengan biji kesemek yang sebelumnya dipungut oleh monyet. Pada mulanya kepiting tidak mau, tetapi akhirnya terbujuk oleh ucapan si monyet, "Dari biji kesemek ini akan tumbuh pohon kesemek yang berbuah banyak."
Kepiting pulang ke sarangnya, dan segera menanam biji kesemek itu sambil bernyanyi, "Cepatlah bertunas biji kesemek. Kalau tidak, aku akan memotongmu dengan capitku!" Pohon kesemek tumbuh dengan cepat dan berbuah dengan lebatnya. Namun kepiting tidak bisa memanjat pohon untuk mengambil buah kesemek. Datang si monyet licik yang menggantikan kepiting memanjat pohon. Kesemek dimakannya sendiri. Kepiting tidak mendapat bagian kesemek sebuah pun. "Ayo cepat ambilkan juga untukku!" begitu kata kepiting. Monyet memetik buah kesemek yang masih hijau, lantas melemparkannya ke arah kepiting. Lemparan kesemek mengenai badan kepiting hingga anak-anak kepiting yang sedang dikandungnya lahir sebelum waktunya. Kepiting terluka hingga akhirnya mati.
Anak-anak kepiting bermaksud menuntut balas kematian induknya. Mereka pergi ke rumah monyet dibantu oleh kastanye, lesung, tawon, dan kotoran sapi. Kastanye menunggu kedatangan monyet sambil bersembunyi di dalam abu perapian. Tawon bersembunyi di dalam ember kayu. Kotoran sapi bersiaga di lantai tanah, dan lesung menanti di atap rumah.
Setelah sampai di rumah, monyet licik menyalakan perapian untuk menghangatkan diri. Kastanye pecah terkena panas api, dan pecahannya mengenai monyet hingga dia menderita luka bakar. Dengan tergesa-gesa monyet berusaha mendinginkan lukanya dengan siraman air. Namun di dalam ember sudah menunggu tawon yang langsung menyengatnya. Monyet terkejut dan melarikan diri ke luar. Ia jatuh terpeleset kotoran sapi. Dari atas atap jatuh lesung yang menimpa kepalanya hingga si monyet mati. Anak-anak kepiting berhasil menuntut balas kematian induk mereka.
No comments:
Post a Comment