Dahulu kala, sebuah ada sebuah desa di tanah karo yang bernama desa Lau Kawar. Desa ini sangat subur dan di kelilingi oleh pemandangan alam yang indah. Suatu hari, penduduk desa itu mengadakan suatu acara adat sebagai bentuk syukur karena hasil panen penduduk yang melimpah ruah. Semua penduduk desa menghadiri acara itu, tetapi hanya ada seorang nenek yang tidak ikut datang ke acara tersebut. Nenek ini tidak sanggup untuk keluar menghadiri acara adat itu karena kondisi tubuhnya yang melemah. Si nenek rupanya belum makan seharian sehingga ia tidak memiliki tenaga bahkan untuk berjalan.
Nenek melihat ke arah jendelanya dan ia terkejut ketika melihat anak lelakinya beserta keluarganya berjalan ke acara ada itu. Si nenek berharap bahwa anaknya akan hampir ke rumahnya dan mengajaknya ke acara itu. Namun, anak nenek beserta keluarga tidak mampir dan mereka terus berjalan menuju ke acara adat itu. Nenek merasa sedih dan ia pun berbaring sambil menangis karena tidak ada yang memperhatikan dirinya.
Ketika acara adat itu selesai, si anak baru ingat kepada Ibunya. Ia pun meminta cucunya untuk membungkus makanan agar diberikan kepada nenek. Sang nenek pun terkejut sekaligus senang ketika cucunya datang membawakan makanan. Tetapi rasa senang itu tidak bertahan lama ketika sang nenek mengetahui bahwa isi bungkusan itu adalah sisa-sisa makanan dari acara adat.
Nenek itu pun memanjatkan doa kepada Tuhan. Ia berharap bahwa Tuhan membalas kedurhakaan anaknya agar anaknya mendapat pelajaran. Beberapa hari kemudian terjadilah gempa bumi, petir menyambar ke tanah, dan hujan turun tak henti-henti. Hujan turun begitu deras sehingga dalam waktu sekejap desa Lau Kawar sudah terendam dan menjadi sebuah kawah. Kawah itu yang kemudian dinamakan sebagai Danau Lau Kawar.
No comments:
Post a Comment