Pages

Tuesday, November 12, 2019

KRISAN SAUDARA KEMBARKU? APA BETUL?

Namaku Cerellia Biantari Seruni. Panggil saja aku Seruni. Aku mempunyai ibu yang bernama Cerellia Bintara Seruni. Panggil saja Bu Seruni. Ayah dan saudara kembarku sudah meninggal. Aku tidak bersekolah. Aku tinggal di desa. Nama negaraku Indonesia. Indonesia terdiri dengan berbagai macam budaya, perjuangan, dan lain-lain. Aku sangat kagum kepada Indonesia. Pahlawannya berjuang dengan ikhlas, budayanya tak ada yang bisa menandingi, dan lain-lain. Pokoknya aku suka banget deh sama Indonesia. Indonesia terdiri dari berbagai macam budaya, misalnya batik. Aku paling suka sama budaya Indonesia yang satu ini. Batik, yap, Batik! Batik itu bagus sekali. Dihias dengan tangan tetapi bagus sekali.

Tetapi, mengapa kini Indonesia semakin tidak maju? Apa mungkin rakyat Indonesia menyepelekan Indonesia? Kenapa sih? Huh, aku tidak tahu. Padahal kan, Indonesia ini kreatif sekali. Mengapa sekarang semua orang malah mencintai Negara lain? Hiks.. sedihnya. Teman-Temanku pernah bilang bahwa mereka sedang menyukai Negara-negara yang sedang ngetop sekarang ini seperti Jepang, Korea, Hongkong, dan lain-lain. Iih! Mereka saja belum pernah ke Negara-negara ngetop seperti itu. Padahal kan, belum tentu Negara seperti itu bisa mengalahkan Indonesia. Huh, pokoknya sedih deh.

Pagi tiba. Matahari bersinar terang dan cemerlang menyambut indahnya pagi. Burung-burung berkicauan. Air mancur di sungai mengalir deras. Sawah-sawah terlihat menguning dan subur. Terlihat beberapa gadis desa yang biasa dikuncir dua ke bawah sedang menumbuk padi. Petani-petani membajak sawah dengan semangatnya. Betapa hebatnya Indonesia ini.

Aku segera menuju kamar mandiku. Aku mengosek kamar mandi dengan sikat. Setelah satu menit berlalu, aku membuka bajuku dan menggantungkan bajuku. Aku segera membuka pintu kamar mandiku yang terbuat dari kayu reyot. “Byur! Byur!” Aku mengguyur tubuhku dengan gayung merah yang sudah retak.

Aku memang orang miskin. Setiap hari, aku bekerja di sawah. Aku tidak sekolah. Ibuku sedang sakit. Sore hari, biasanya aku membuat tempe goreng dan kolak untuk berbuka puasa. Kadang, aku menjual sedikit masakanku itu. Tapi, yang laku hanya sedikit. Hiks..

Kembali ke cerita. Aku tak memakai sabun karena aku memang tak mempunyai sabun. Setelah itu, aku mengeringkan tubuhku dengan kain sutra pemberian tetanggaku yang kasihan kepadaku. Setelah itu, aku menguncir dua ke bawah rambutku. Aku memakai baju kaos yang paling bagus. Di rumahku ini, memang memakai seadanya. Baru aku mulai keluar tanpa memakai sandal. Aku berlari riang menuju sawah. Setelah itu, aku mulai sibuk membantu gadis-gadis desa. Hampir lima jam aku bekerja. Aku segera pamit pulang. Sepulangnya dari rumah, aku sangat ingin membuat rumahku menjadi rapi. Lalu aku merapikan semuanya dan membersihkannya. Cling! Sudah bersih dan rapi. Kamarku juga sudah rapi dan tidak acak-acakan lagi. “Huh! Aku ingin membuat rumah-rumahan. Tidak seperti ini! Semuanya dari kayu dan anyam-anyam! Sabun saja yang murah banget, kami tidak mampu membelinya. Aku merasa, sabun murah itu berharga sepuluh miliar!” seruku putus asa. “Aha! Aku kan punya biji buah jambu dan pohon beringin! Tanam ah!” seruku.

Aku segera menuju halaman rumahku yang sudah kusapu. Aku merogoh saku celanaku. “Biji!” seruku. Segera kutanam dua biji pohon beringin di samping kanan dan kiri rumahku. Lalu kutanam satu biji jambu di depan rumahku. Aku menanam pohon beringin di samping kanan dan kiri rumahku karena rumahku sering kehujanan. Untuk membantu, kupasang saja pohon beringin. Salah satu temanku yang baru pulang sekolah memperhatikanku. Namanya… aku tak tahu. Dia tak pernah memberitahukannya. Kupanggil saja dengan nama depanku yaitu Cerelll. “Seruni!” panggil Cerelll. “Apa Relll?” tanyaku. “Hmm… tanamlah biji ini!” seru Cerelll. Aku segera menanamnya. “Ha?” aku melihat biji itu langsung tumbuh dengan emas-emas berlian. “Cabutlah pohon itu!” seru Cerelll. Aku mencabut tanaman itu. “Emas dan berlian itu buatmu! Dan hadiah yang paling istimewa adalah… aku adalah saudara kembarmu! Aku tak mati! Aku Cerellia Biantari Kerisan! Aku Krisan, Seruni! Aku Krisan!” seru Cerelll. “Apa? Kamu Krisan? Oh Krisan… aku rindu kamu!” kataku sambil memeluk Krisan. “Sekarang kita akan menjadi kaya dengan emas ini!” seru Krisan. “Kita akan membangun panti asuhan dan kita akan mengajari anak-anak untuk mencintai Indonesia!” seru Krisan lagi. Kini, aku dan Krisan menjadi kaya dan punya panti asuhan. Bu Seruni juga sudah sembuh.


Karya : Salma Novyanti Subarkah

No comments:

Post a Comment

SAHABAT

Dodo duduk di halaman belakang rumah sedang asik main game di Hp-nya. Tony yang selesai mengerjakan tugas kuliahnya, ya keluar dari kamarnya...