Pages

Tuesday, November 12, 2019

KARENA AKU ATAU PENCAK SILAT?

Qory Aninditya Putri, nama yang cantik bukan untuk remaja berumur 13 tahun? Yap! Sesuai namanya, ia memang remaja cantik dan periang. Mungkin ia adalah remaja yang sangat beruntung karena dilahirkan dari keluarga berada. Seperti layaknya orang kebanyakan, namanya anak sematawayang pasti akan dimanja, begitu juga dengan Qory. Karena terlalu dimanja, ia pun menjadi anak yang konsumtif dan sombong. Ia harus berbelanja barang barang branded, pergi kemana mana harus naik mobil pribadi, dan enggan bergaul dengan teman yang menurutnya tidak selevel dengannya.

Mentari pagi turut menghampiri hari Qory, seperti biasa ia sedang sarapan dan bersiap untuk berangkat sekolah. Sebenarnya, Qory ingin sekali diantar oleh papa dan mamanya, namun ia tahu pasti nmereka selalu beralasan sibuk kerja. Dan ia pun terbiasa berangkat sekolah diantar oleh supir pribadinya. “berangkat sekarang, pak!” kata Qory kepada pak Jo supirnya. “baik, non.” Kata pak jo. Qory pun berangkat sekolah dengan mobil pribadinya yang bisa dibilang mobil mewah. Tak kurang dari setengah jam, mobil Qory sudah berada di depan gerbang sekolah smp citra nusa. Teman temannya pun melihat dengan terkagum kagum. “ingin, ya punya mobil kaya gini?” kata Qory kepada teman yang sedang memperhatikan mobilnya. Dengan perasaan malu bercampur kesal, temannya itu meninggalkan Qory.

Qory melangkah di sepanjang koridor, dan teman temannya pun terkagum kagum bagaikan melihat bidadari lewat. “susah ya, jadi orang cantik, banyak yang nge fans” kata Qory dengan nada sombong. “pede banget sih, jangan karena kamu cantik kamu jadi bisa seenaknya merendahkan kami!” kata Irma. “eh, memang benar aku ini cantik, kenapa sewot?” tanya Qory menyindir. “kamu jangan macam macam ya sama Irma bisa habis kamu kalau kenapa jurus jurus silat nya!” seru rena sahabat Irma. “udah anak kaya gini gak usah didengerin” ujar Irma kepada Rena. Mereka pun meninggalkan Qory. “Emang enak gak punya sahabat?” ujar rena dari kejauhan.

Qory pun enggan memikirkan hal itu dan pergi ke kelasnya. Bel pun masuk. Jam pertama adalah pelajaran pak Wiyoko guru bahasa inggris. Rupanya hari ini dia ingin menyampaikan hasil ulangan harian kemarin. “hasil ulangan kalian cukup memuaskan namun, ada salah satu di antara kalian yang mendapat nilai nyaris sempurna, dia adalah Irma dengan nilai 95.” Ujar pak wiyoko dengan bangga. Teman teman sekelas pun bertepuk tangan dan turut senang atas hal itu. Sepertinya tidak semanya senang terihat Qory yang murung mendengar hal itu. “ada apa Qory kamu terlihat sedih? Nilai kamu juga memuaskan kok, hanya berbeda sedikit dengan Irma. Kamu mendapat nilai 90.” Kata pak wiyoko kepada Irma. Namun, Qory tetap saja belum merasa puas dengan nilai yang diraihnya. Irma lagi Irma lagi, selalu dia yang unggu di setiap pelajaran. Begitu yang ada di pikiran Qory. Dia beranggapan bahwa dia lebih segalanya dari Irma.

Setelah jam istirahat, pak indra datang ke kelas Qory padahal sekarang bukan saatnya pelajaran olahraga. Semua siswa keheranan dengan kedatangan pak indra. “maaf menganggu waktu kalian sebentar, bapak hanya memberitahukan bahwa dalam rangka pekan olahraga daerah, smp kita akan mengirimkan satu perwakilan dalam bidang pencak silat yaitu Irma. “ kata pak indra. Semua pun bertepuk tangan dan mendukung Irma. Shita sangat gembira namu ia hanya tersenyum. “Cuma silat mah, gampang!” seru Qory. “Qory, pencak silat itu tidak semudah yang kamu fikirkan. Pencak silat itu membutuhkan ketekunan dan keseriusan dalam mempelajarinya.” Kata pak indra. “kalau Irma kan memang tekun dan sabar gak kaya kamu yang galak dan sombong” kata rena kepada Qory. “udah rena, gak usah ditanggepin anak kaya dia!” kata Irma. “siapa juga yang mau ditanggepin sama kalian?” seru Qory. “sudah sudah jangan ribut seperti ini.” Seru pak indra melerai keributan. “Dan Irma mulai besok kamu latihan di lapangan dekat sekolah.” Kata pak indra lalu meninggalkan kelas.

Lengkap sudah hari hari Qory, mendapat ulangan yang lebih rendah dibanding Irma, dibandingkan dengan Irma dalam hal ketekunan dan kesabaran, mendengar Irma akan mewakili sekolah dalam bidang pencak silat, itu semua membuat Qory kesal dan ingin segera pulang. Dan permintaan Qory terkabul, bel pulang pun berbunyi. Langsung ia meninggalkan kelas dan menuju ke gerbang sekolah tempat biasa mobil mewahnya menunggu. Namun, hari ini mobilnya belum tiba di sekolah. Perasaan Qory semakin kesal setelah mendengar bahwa mobilnya sedang mogok dan harus dibawa ke bengkel. Dengan menngerutu ia langsung menuju ke halte bus yang letaknya tak jauh dari sekolahnya. Ia pun menunggu bus yang menuju ke rumahnya.

Setelah sekian menit menunggu busnya pun datang. Ia tak sadar bahwa ternyata Irma pun naik ke bus itu. Saat di bus langsung ia menutup hidungnya dengan saputangan kecil yang dibawanya berlagak seperti putri kerajaan yang pertama kalinya naik bus kota. Namun ia tidak menyadari bahwa ternyata ia sedang diperhatikan oleh semua penumpang bus kota termasuk Irma. Irma ingin sekali menegur Qory namun ia bepikir pasti Qory akan marah dan tambah kesal kepadanya.

Bus pun melaju. Saat melawati pemukiman padat yang tergolong sempit bus berhenti dan Irma turun dari bus itu. Qory baru menyadari bahwa ternyata ada Irma di dalam bus itu. Qory menoleh ke jendela, “rupanya itu Irma tinggal di situ.”. entah mengapa ada hasrat Qory untuk turun dari bus dan mengikuti Irma. Tapi, Irma tidak tahu bahwa Qory sedang mengikutinya dari belakang. Lingkungannya cukup kotor berbeda jauh dengan rumah Qory yang besih dan tergolong perumahan elit.

Qory tetap mengikuti Irma. Hingga sampailah di sebuah rumah yang tidak terlalu besar, dan Irma pun masuk ke dalamnya. Qory pun mencoba mengintip dari pintu. Terlihat ada dua anak kecil yang adalah adik Irma. Qory sempat terkaget saat melihat ke tembok karena ada beberapa medali dan piagam penghargaan namun bukan dengan nama Irma melainkan nama ayah Irma. Rupanya ayah Irma dulunya adalah seorang atlet pencak silat, makanya Irma pun mahir beragam jurus silat. Setelah itu, Qory pun langsung pergi dari rumah itu dan pulang.

Sesampainya di rumah, ia masih memikirkan tentang Irma. Pembantu Qory yang biasanya selalu kena omelan Qory bertanya. “non lagi tidak enak badan? Mau bibi bikinin bubur atau susu?” tanya bibi dengan penuh perhatian. “gak apa apa, gak usah, bibi istirahat aja.” Kata Qory dengan lembut. Tak seperti biasanya Qory seperti ini. Qory pun langsung menuju ke kamarnya. Di kamar ia memikirkan segala perbuatannya selama ini. “ternyata benar apa yang dikatakan rena, Irma lebih tekun, sabar dan pintar daripada aku.” Kata Qory.

Keesokan harinya ia di sekolah menemui Irma. “Irma kamu mau enggak ajarin aku pencak silat?” “ha?” kata rena tak percaya. “kamu yakin?” “iya, kan katanya pencak silat itu mengajarkan ketekunan, kesabaran, keseriusan, ya kan? Aku mau belajar semua itu.” Kata Qory dengan sungguh sungguh. “kalau kamu mau belajar semua itu kamu gak harus belajar pencak silat, semua itu ada dari hati kamu”. “tapi kamu kan suka pencak silat? Bukannya semua kepribadian positif kamu itu dari pencak silat?” “memang pencak silat selain untuk olahraga juga mengajarkan tentang kepemimpinan yang baik dan lain sebagainya. Kalau aku mendalami pencak silat tidak hanya untuk itu.” Kata Irma “terus untuk apa?” tanya Qory “selain sebagai hobby, juga untuk meneruskan cita cita ayah aku yaitu jadi atlet pencak silat. Asal kamu mau berubah kamu pasti bisa kok bersikap positif. Dan satu lagi jangan memandang orang sebelah mata lagi.” Kata Irma. “emang anak kaya gini bisa dipercaya?” tanya rena sinis. Seketika wajah Qory pun sedih dan matanya terlihat berkaca kaca. “Cuma bercanda kok!!! Aku juga mau bantuin kamu buat bersikap positif!” kata rena. “terima kasih ya, kalian udah mau bantuin aku.” Ucap Qory. “berarti kita sekarang bersahabat, dong?” tanya rena. “ya, iyalah!!” ujar Qory. “o iya, kamu tetap mau belajar pencak silat, kan?” tanya Irma. Dengan wajah sombongnya Qory berkata “hari gini, belajar pencak silat? Pasti lah!” jawab Qory. Hampir saja Qory membuat Irma panik dengan raut wajahnya yang kembali sombong yang ternyata hanya bercanda. “ya.. buat hobby dan jaga diri juga..” sambung Qory.

Dan Qory pun menepati semua janjinya dan serius menekuni pencak silat. Sehingga, hari hari Qory di sekolah tidak sepi lagi karena Qory sudah memiliki 2 sahabat baru dan teman teman baru lainnya. Begitu juga dengan pak jo, supir Qory dan bibi yang tidak lagi galak kepada mereka. Terlebih lagi, papa mama Qory yang sekarang lebih perhatian kepada Qory. “sebenarnya, aku ini berubah karena Irma atau karena pencak silat ya? Aku berubah karena aku sendiri yang ingin berubah..” gumam Qory sendiri.


Karya : Dealya Adira

No comments:

Post a Comment

SAHABAT

Dodo duduk di halaman belakang rumah sedang asik main game di Hp-nya. Tony yang selesai mengerjakan tugas kuliahnya, ya keluar dari kamarnya...