Pages

Tuesday, November 12, 2019

DANCER LOVERS

Panasnya matahari saat jam 12.00 siang di Sidoarjo tetap tidak membuat seorang cewek untuk menghentikannya tariannya di sekolahnya SMPK Santo Yusup. Padahal semua temannya sedang beristirahat karena capek dan kepanasan. Cewek itu menari Tari Pendet dari Bali.

“Gibbie, emangnya loe nggak istirahat ta?” tanya seorang teman ceweknya, Devi.

“Sebentar lagi Vi, Kan tinggal beberapa menit udah selesai kok.” Seru Gibbie sambil menari.

Yup. Cewek yang tetap menari itu namanya Gibbie. Nama lengkapnya Gabriella Gracelly. Panggilannya Gibbie. Dia tidak peduli saat siang hari dengan terik matahari yang sangat-sangat-sangat panas minta ampun kek atau saat hujan deras dia akan tetap menari karena menari adalah jiwanya. Bahkan teman-temannya Gibbie pernah berpikir kalau saat dunia udah kiamat Gibbie tetap akan menari.

3 jam kemudian…

Gibbie sedang berjalan-jalan di sekitar Jalan Pandan, Surabaya. Dia berjalan ke suatu tempat yang bernama Marlupi Dance Academy Head Office Surabaya East Java. Dia masuk ke dalam rumah bertingkat itu.

“Hai, Xenna.” seru Gibbie kepada seseorang yang lebih tua darinya. Cewek itu sedang membaca majalah dan duduk di deretan tempat duduk.

“Hai juga, Gibbie. Tumben loe baru datang jam 3. Biasanya jam 02.30.” tanya Xenna.

“He.. he.. he.. tadi gue ngerjaiin tugas Fisika yang menyebalkan.” Kata Gibbie.

Xenna pun hanya tertawa.

Aku langsung ke kelasku, kelas modern dance. Aku menaruh tasku di sudut ruangan itu. Ku ambil kaset yang kutaruh di tasku. Lalu kumasukkan kaset itu ke tape yang sudah kunyalakan dan langsung terdengar musik One More Night – Maroon 5. Pada nada pertama ku langsung menari. Ku menari melepaskan kekesalanku pada PR Fisika, mebuang pikiran tentang pelajaran sejauh-jauhnya, tapi jangan sampai ku lupa apa yang telah ku pelajari di sekolah tadi.

Setelah lagunya selesai, ada 1 lagu lagi. Lagu itu tarian musik daerah. Aku menari tari pendet. Dan seperti yang telah kulakukan saat ku menari modern dance dan agak sedikit dengan gerakan b-boy, membuang pikiranku. Mungkin di wajahku dan mataku tidak kelihatan sinar bahagia, tapi di hatiku memancarkan sinar kebahagian. Tapi selesai ku menari tari pendet munculah seseorang yang menyebalkan.

“Well, gerakan modern dancemu dan sedikit gerakan b-boymu memang bagus. Tapi gerakan tari pendekmu itu sangat MEMUAKAN.” ejek Yurico. Blasteran Indo-Jepang.

“Arigatou, Yurico-san. Aku tahu kok kamu memang benci tarian daerah. Dan kamu hanya suka modern dance, jazz dance, hip-hop, b-boy. Oh.. atau kamu suka sama balet klasik ya? Kontemporner?” sindir Gibbie.

“Sekali lagi gue ingatin kamu kalau gue triple double very hate tarian Indonesia, balet, balet klasik, kontemporner. Bahkan gue benci sama musik klasik. Dan sekali lagi gue bukan loe.” marah Yurico.

“Gue emang bukan loe kok. Orangtua kita aja beda. Tapi gue ingetin lagi ya, selain gue nari modern dance gue akan tetap menarikan tari daerah. Karena gue ingin melestarikan budaya bangsa Indonesia. Gue nggak ingin suatu saat budaya Indonesia meluap begitu aja dari penduduk Indonesia.” Kata Gibbie.

Yurico tersenyum. “Well, bagaimana kalau kita adakan seperti lomba? Kita akan menari di acara yang diadakan bokap gue. Jadi gue akan menarikan 2 tarian modern dance dan loe akan menarikan 1 tarian daerah, 1 tarian modern dance. Dan jurinya adalah penonton. Nanti siapa yang paling banyak dipilih oleh penonton dia akan menang.”

“Dan?” tanya Gibbie penasaran.

“yang kalah harus menuruti perintah pemenang selama 1 minggu. Kalau aku yang menang saat terakhir kali kamu menuruti perintahku adalah keluar dari Marlupi Dance Company.” Kata Yurico. “Deal?” Yurico mengulurkan tangannya.

Tidak berpikir panjang, aku menyambut uluran tangannya. “Deal.”

Semenjak ku memutuskan ikut tantangannya Yurico aku giat berlatih terus selama 1 bulan. Bahkan saat mandi pun aku masih berlatih, saat sekolah aku masih berlatih dengan pikiranku.

Sebenarnya aku takut kalau aku kalah. Karena aku akan disuruh keluar dari Marlupi Dance Company. Tapi aku berusaha menghilangkan perasaan takutku itu. “Well, setidaknya aku harus mencoba. Dan kalau aku kalah, aku harus keluar dari Marlupi Dance Company aku masih bisa masuk beberapa bulannya lagi/beberapa minggu. Soale Yurico tidak menyuruh aku keluar selamanya.”

Akhirnya saat hari H…

“Gibbie kamu akan kalah.” ejek Yurico. “Banyak sekali penari terkenal di sini loh.”

“Yurico-san sejak kapan kamu menggantikan profesimu sebagai peramal?”, sindir Gibbie, “Yurico-san jangan gegabah. Nanti kalau aku menang nanti kamu malu.” Nasehat Gibbie kepada Yurico-san

Yurico langsung pergi meninggalkan aku sambil cemberut. Aku langsung pergi ke belakang panggung karena 15 menit lagi sudah tampil. Giliran 1 yang nari itu Yurico, baru aku, lalu Yurico, lalu aku. Aku mempelajari medan tempur alias panggung.

Setelah 15 menit, Yurico tampil. Aku melihat gerakannya sangat bagus, Kudengar lagu My Humps Lil Jon Remix – Black Eyed Peas. Karena menikmati lagunya dan gerakannya Yurico yang telah memikat seluruh penonton serta aku.” Auranya kuat sekali.” puji Gibbie

Setelah itu aku nari. Tarian daerah kubawa tari pendet. Aku memulai gerakannya. Setelah itu Yurico nari lagi. Untuk kali ini aku tidak melihat Yurico nari karena aku harus bersiap-siap untuk kostum Tariku dan harus sedikit menggantikan make upku. Setelah itu aku menari lagi. Alunan musik pertama kali dari Till The World Ends (Remix) – Britney Spears feat Nicki Minaj dan Kesha.

“Aku tidak peduli menang atau kalah, aku hanya peduli melihat penonton tersenyum melihat tarianku.” dalam hati Gibbie.

Akhirnya ku menyelesaikan tarianku. Aku menatap penonton, dari deretan penonton kulihat teman-temanku dari sekolah dan Marlupi Dance Company, teman SDku, semua terlihat seperti tidak menyadari bahwa aku sudah selesai. Aku langsung membungkukkan. Sedetik kemudian semua bertepuk tangan.

Akhirnya saat-saat penentuan siapa yang menang, aku dan Yurico berdiri di panggung. Dengan perasaan deg-degan.

“Dari kedua orang yang tariannya paling banyak diminati adalah..” kata Mc, “GABRIELLA GRACECELLY.” seru Mc.

Aku langsung mengucapkan syukur kepada Tuhan.

Saat turun dari panggung

“Ya, kamu menang. So kamu boleh mengajukan permintaanmu.” Yurico sambil cemberut.

Aku langsung memeluknya. Membuat Yurico bahkan aku kaget. “Aku nggak ingin mengajukan permintaan yang jahat. Aku hanya ingin menari saja. Dan aku ingin kamu menghargai pada orang yang ingin melestarikan budaya Indonesia. Tujuanku menari adalah membuat orang tersenyum saat melihat tarianku baik modern dance maupun tarian tradisional.” Kataku.

Yurico melepaskan pelukan ku. “Bagaimana kalau kita rayaiin kemenanganmu di Café Dance bersama teman-temanmu?” ajak Yurico sambil tersenyum. Senyum tulus pertama kali Yurico untukku. Senyum persahabatan. “Oh, well, di café kita tetep harus menari.”

Aku hanya tertawa dan tersenyum serta merangkul bahu Yurico. Kami berjalan-jalan ria sebagai seorang sahabat. Uumm.. menurut kalian nanti aku akan nari apa. Nari tarian daerah/modern dance?

Tamat


Karya : Margareth Anjani

No comments:

Post a Comment

SAHABAT

Dodo duduk di halaman belakang rumah sedang asik main game di Hp-nya. Tony yang selesai mengerjakan tugas kuliahnya, ya keluar dari kamarnya...