Pages

Tuesday, November 12, 2019

RAHWANA DAN SHINTA

Dibalik keindahan dari senyumnya, menyimpan airmata yang mampu membasahi hati ini. Tak dapat dan mungkin tak pernah aku lupakan apa yang telah aku lihat hari ini. Cinta yang amat mendalam, batin yang meronta karena gelisah, pengendalian diri yang kuat namun seringkali rapuh, dahaga akan kasih sayang, kehilangan sosok yang menjadi tauladan, rindu, sepi, bimbang, keputusasaan dan harapan dari sebuah ketabahan dan kesabaran. Harapan itulah yang menjadikannya bertahan dalam sebuah senyum yang indah.

Hanyalah harapan yang mampu mewarnai kelamnya hati, harapannya itu adalah menanti hadirnya sang mentari yang mampu membawa hangatnya cahaya yang sinarnya menerangi segala kegelapan hati yang diderita selama ini. Entah kapan mentari itu akan mendatanginya, setitik cahaya pun tak melintas dari pandangannya, belum ataukah takkan pernah datang lagi?

Sidik: kau melihatnya?

Mas: ya.. bahkan aku merasakan pedih dari senyumnya itu

Sidik: lagi-lagi seorang shinta datang terhadap Rahwana ini

Mas: he..he..he.. shinta bukan diculik malah ia datang sendiri menemui Rahwananya. Hanya satu yang sama yaitu ia terpisah dari sang Rama yang sangat ia cintai. Jarak benar-benar telah memisahkan bathin mereka, ditambah kesibukan sang Rama dalam tugasnya mengakibatkan terputusnya komunikasi yang merupakan satu-satunya media yang menjadi harapan cinta mereka agar tetap tumbuh mekar hingga masa pemetikan

Sidik: pemetikan..?

Mas: menikah maksudku…!!

Sidik: Rahwana ini akan mencoba berusaha membantu Shinta meski hal itu sulit, menjaga senyum dan tawanya agar tetap berusaha bertahan dalam menaruh harapan terhadap cintanya tersebut. Meski dalam kebimbangan dan rasa keputusasaan yang tinggi, dan mencoba mengakhiri segalanya dengan mengambil jalan pintas berupa sebuah pengkhianatan.

Mas: Shinta kali ini benar-benar dalam keadaan rapuh, bahkan ia pun menganggap ujian-ujian Allah seolah sebuah hukuman atau kutukan. Padahal sesungguhnya ujian adalah salah satu media Allah dalam mendekati para hambaNya yang menyimpan harta paling mulia berupa kesabaran.

Sidik: Innallaaha ma’ash-shobirin… sesungguhnya Allah beserta dengan orang-orang yang sabar. Hanya saja untuk seumur dia memang hal ini sungguh berat, tapi aku yakin ia mampu menghadapinya, suatu hari nanti ia akan menyadari kebaikan-kebaikan Allah terhadapnya, akan ada hikmah dari segala ujian yang ia hadapi kini. Sekarang memang amat terasa perih, sakit dan amat pahit, tapi nanti akan ada khasiat dari semua rasa itu.

Mas: Mudahan Allah memberikan Hidayah kepadanya, karena hanya Hidayah Allah yang mampu mempertebal keimanannya tsb.

Sidik: semoga juga Allah ridho dari segala keikhlasannya tersebut…


Meski sang Rama telah permanen menjadi pujaan hati, tapi Shinta tak menutup hati kepada para Arjuna yang terpesona dengan kecantikan dan keindahan Inner Beauty yang ia miliki. Rahwana pun memaklumi dengan segala pilihannya tersebut, karena ia tahu dan mengerti betapa sepinya hati Shinta tersebut. Sungguh naif, tapi bagiku itu adalah suatu kelebihan yang dianugrahkan kepadanya. Jauh lebih baik ketimbang hanya menanti hal yang sama sekali tidak pasti bahkan cenderung meragukan. Bila kesetiaan membuat batin tersiksa, mengapa harus bertahan… terkadang seringkali orang menilai hal tersebut adalah sebuah pengkhianatan, tapi padahal bukan… itu adalah langkah yang bijak dalam menghadapi seseorang yang tidak berani memberi sebuah kepastian yang menguatkan hati.

Rahwana: apa mereka semua tahu kalau kamu telah memiliki pacar?

Shinta: tahu kak… tapi mereka tidak memperdulikan hal itu. Bahkan mereka bilang, selagi janur kuning belum melengkung mereka punya hak mendekati adikmu ini

Rahwana: baguslah… sebab tak ada manusia yang sudi dibohongi

Shinta: iya sih… lagi pula aku tak tega menolak segala kebaikan yang mereka berikan ke kepadaku. Aku tahu bagaimana sakitnya ditolak orang yang kita sayangi, maka dari itu aku menerimanya

Rahwana: salah juga kalau semua cinta mereka kamu terima

Shinta: tidak begitu juga kali kak… aku tak pernah menjawab ya dari segala pengutaraan mereka. Aku hanya menjawab… “kita jalani aja dulu…”

Rahwana: meski itu bukan pintu peluang kamu menerima cinta mereka, tapi secara tidak langsung kamu telah membuka gerbang kepada mereka yang telah membawa harapan besar terhadapmu

Shinta: iya juga sih kak… tapi mau gimana lagi, sejujurnya aku juga menyukai mereka seperti mereka menyukaiku, bila ditanya cinta… rasa itu pun ada walau tak sebesar cintaku terhadap Rama. Lagipula aku tidak tahu apakah Rama benar-benar setia terhadapku, aku yakin disana banyak wanita yang mungkin lebih cantik dari aku yang akan menyukainya.

Rahwana: itukah alasanmu mengkhianatinya? jika memang ia meragukan, mengapa tidak putus saja…?!

Shinta: dia tidak mau memutuskan hubungan kami kak, sering kali aku minta putus tapi ia tidak mau putus denganku kak. Mendengar hal itu aku juga tidak sampai hati kak memaksanya. Meski hati ini seringkali dibuatnya sebel, tapi tetap saja perasaan ini luluh acapkali mendengar pendiriannya tersebut. Haaahhmm… Bingung kak. Kakak ada saran?

Rahwana: yaaahhh… mau bagaimana lagi dek. Jalani aja dulu semuanya, biarlah waktu yang menentukannya… menurut kakak kamu telah cukup bijak menghadapi sang Rama dan para Arjunamu itu. Yang penting jagalah selau kejujuran hatimu setiap kali menghadapi mereka, jujur dalam artian bersikap baik dan tetap ramah. Sekalipun nanti datang konflik, tetaplah tenang menghadapinya. Satu hal dek yang mesti kamu camkan, apapun yang telah kamu putuskan hari ini akan menentukan masa depanmu, begitu pula dengan pilihanmu. Jangan pernah menyesali kedua-duanya di kemudian hari

Shinta: aku jadi takut kak mendengarnya… aku mendengarnya seperti bukan sebuah saran tapi seperti sebuah ancaman. apa tidak ada kalimat lain yang lebih enak didengar?

Rahwana: yaaa… kakak hanya bisa memberi saran seperti itu. Jangan hanya berguru kepada satu saran saja, banyak orang di sekitarmu yang lebih pandai lagi dari kakak.

Shinta: iya sih… tapi aku hanya lebih percaya ke kakak ketimbang orang lain. Lagipula ini adalah masalah pribadiku yang tidak boleh sembarang orang mengetahuinya.

Rahwana: kenapa pilih kakak? padahal kan kita belum lama saling kenal…

Shinta: gak tau juga sih kak kenapa?… perasaan aku mengatakan, kakak seperti pohon besar yang ada di tengah gurun pasir. meski tak bertemu air, tapi rasa dahaga ini hilang hanya dengan menyandarkan segala penatku ke kakak. Jujur, Aku belum pernah bertemu dengan orang semacam kakak sebelumnya. Satu-satunya orang yang tak mengharapkan apa-apa dari segala permintaanku.

Rahwana: siapa bilang tak mengharapkan apa-apa, satu jam curhat bayar sepuluh ribu tauuu…!!!

Shinta: iiiish, kakak ini… orang lagi serius!!!

Rahwana: iya dech… gratis-gratis…

Shinta: iihhh… sebel deh sama kakak..!!!

Rahwana: Huaaahahaha…ha…hah!!

Lebih kurang seperti itulah sekilas kisah Rahwana dan Shinta versiku, terkadang menjadi tokoh antagonis tidak mesti harus selalu berbuat jahat apalagi sampai menggunakan kekerasan. Jika sang Rahwana bisa mencintai seorang Shinta dengan tulus, mengapa harus memilih jalan yang lebih sulit ditempuh, bahkan sampai harus kehilangan nyawa demi sebuah nafsu. Rahwana dan Shinta takkan bisa bersatu dalam sebuah percintaan, namun mereka hanya bisa menyatukan rasa kasih dan sayang mereka dalam sebuah persahabatan ataupun dalam sebuah ikatan persaudaraan. Tentu kisahnya akan lebih menarik dan hiduppun akan terasa lebih indah. Memang tidak enak rasanya jika kita tak dapat memiliki cinta kita, akan lebih merana lagi jika kita sama sekali tak dapat menyatukan hati kita terhadap orang yang kita cintai. Aku berharap, istriku tidak salah paham membaca cerita ini… bagiku, istri adalah satu-satunya wanita yang aku cintai sepenuh hati, dan aku bukanlah tipe orang yang mudah berkhianat, tapi yaaahhh… aku memang orangnya suka berbagi / sharing. Berbagi dalam hal kebaikan, bukan hal yang lain… di usiaku yang ke Duapuluh Delapan ini, aku masih tetap belajar, bagaimana harus bersikap bijak dalam menghadapi segala macam problema yang ada.


Karya : Muhamad Ali Sidig Maulana

No comments:

Post a Comment

SAHABAT

Dodo duduk di halaman belakang rumah sedang asik main game di Hp-nya. Tony yang selesai mengerjakan tugas kuliahnya, ya keluar dari kamarnya...