Pages

Monday, November 18, 2019

DIBALIK CERITA PESONA ALAM BONO (PART 2)

Mendengar beberapa penjelasan yang atuk ceritakan kepadaku mengenai cerita lagenda asal-usul dari gelombang Bono, semakin membuatku begitu terpesona akan keindahan alam yang dimiliki oleh Sungai Bono tersebut. Tentu saja, ini semakin menguatkan keoptimisanku untuk melanjutkan cita-citaku memajukan Kampung Pulu Muda menjadi sebuah Kampung Wisata. Namun, seketika saja aku terkejut, denga suaranya yang parau, tiba-tiba wanita setengah baya yang sangat aku kenali dengan jilbabnya yang hanya diikat dileher, datang menemuiku sembari membawakanku semangkuk gulai ikan salais kesukaanku. Wanita tersebut adalah mak cikku, kakak dari emakku.

“Hah, seru sangat berceritanya Nazri dengan atuk engkau!. Nah, berhentilah bersendau gurau dulu, ayo, engkau coba dulu gulai ikan salais yang makcik masak ni. Pastinya engkau sudah sangat merindukan masakan ini bukan?”, kata mak cikku sembari menyodorkan semangkuk ikan salai tersebut kepadaku.

Namun, entah mengapa, seketika dimana aku akan mengambil piring dan sendok yang terletak dari kursi santai kayu di rumah atukku, tiba-tiba aku merakan ada sebuah getaran yang sangat kuat dari dalam tanah diiringi dengan guncangan yang sangat dahsyat seperti akan merobohkan rumah atukku. Dengan hatiku yang berdebar-debar ketakutan, aku melihat ke arah atukku, namun, terlihat wajah atukku yang terlihat santai seperti tidak terjadi apa-apa. Dan 2 menit kemudian, seketika saja, getaran tersebutpun kemudian berhenti. (“Mungkin hanya perasaanku saja”), kataku mencoba menenangkan hatiku. Namun, ketika aku akan mengaduk sayur di dalam mangkuk, tiba-tiba sebuah sendok yang kugenggam, dengan kuatnya terhempas dari tangan kananku. Aku kemudian terkejut, dan bertanya-tanya gerangan apakah yang terjadi malam ini. Ternyata dugaanku benar, malam ini, adalah sebuah malam dimana akan datang gelombang Bono yang paling besar dan terdahsyat melewati kampung Pulau Muda ini. Denga cekatan, kemudian atukku pun berdiri dan berjalan menuju ke pintu rumah. Dan seketika atukku membuka pintu rumahnya, ternyata, sudah beramai-ramai para penduduk kampung Pulau Muda berdiri di depan rumah atuk.

“Atuk, apa yang terjadi malam ini?, mengapa semua warga Kampung Pulau muda datang beramai-ramai kerumah kita?”, tanyaku dengan wajah bingung dan takut.

“Tenanglah nak, tidak perlu takut. Atuk lupa, jika sekarang ini, adalah tanggal 14 Desember. Jadi, Malam ini kita akan mengadakan upacara Semah bersama-sama di rumah kita. Ini adalah upacara berdoa bersama yang akan kita lakukan dalam waktu satu malam suntuk hingga pagi hari, sampai gelombang Bono tersebut selesai mengitari Kampung Pulau Muda ini. Jadi, sekarang ini, mari kamu ikut bergabung bersama warga, untuk bedoa bersama-sama. Kemungkinan, ombak yang akan datang adalah ombak jantan yang sangat besar sekali dan bahkan ombak tersebut besarnya melewati tinggi rumah kita ini. Tetapi, kamu tidak perlu khawatir, semua warga di sini sudah bersahabat dengan Bono, sehingga, cukup kita hanya berdoa kepada Allah dan berserah diri saja kepadanya untuk mendapatkan keselamatan”.

Aku hanya terdiam setelah mendengarkan beberapa penjelasan yang diberikan oleh atukku. Sulit untukku bayangkan, bagaimana guncangan yang sangat kuat akan terjadi jika gelombang Bono tersebut melewati kampung Pulau Muda ini. Jujur saja, ada rasa ketakutan di dalam hatiku yang sangat mendalam. Namun, kucoba menahan rasa takutku, dan dengan berani aku kemudian bergabung bersama warga untuk mengadakan upacara semah di kediaman rumah atukku.

10 MENIT KEMUDIAN

Dan seketika saja, disaat aku dan bersama para warga di kampung Pulau Muda sedang berdoa bersama, tiba-tiba aku merasakan ada sebuah getaran yang sangat kuat mulai terasa di dalam rumah atukku. Terlihat beberapa perabotan rumah atuk dengan sendirinya bergeser dan terlempar hingga kesudut-sudut rumah. Benar-benar kurasakan, jika terdengar dari luar rumah, suara-suara ombak Bono yang melintas memutari Kampung Pulau Muda bersuara dengan kuat dan menderu-deru. Sungguh, didalam hatiku yang paling dalam, aku begitu yakin jika ini adalah sebuah kekuatan alam yang sangat dahsyat yang telah Allah ciptakan kepada para umat manusia agar tidak bersikap sombong dengan sesuatu yang dimilikinya selama hidup di dunia. Sehingga, dengan adanya fenomena alam gelombang Bono inilah, yang kemudian menjadikan masyarakat Pulau Muda, menjadi masyarakat yang bermasyarakat, selalu bersyukur, dan selalu bersikap rendah hati serta bertutur kara ramah kepada semua orang.

DI PAGI HARI YANG CERAH

Bersama langit pagi yang kelabu, bersama secercah cahaya mentari yang mulai terbit dari timur, aku berajalan-jalan dengan telanjang kaki mengitari indahnya pesona alam yang terbentang di Kampung Pulau muda ini. Dengan ramah pula, aku menyapa para ibu-ibu dan bapak-bapak yang saling bergotong royong untuk memasak bersama dalam mempersipakan ritual upacara semah lanjutan di siang hari nanti. Aku kemudian dengan tawa terbuka memotret beberapa kebersaman yang dilakukan oleh mereka. Sementara itu, di dekat pertepian sungai Bono yang mulai tenang, terlihat kerumunan anak-anak kecil dan beberapa orang dewasa sedang mencoba berselancar dengan papan kecil yang mereka buat dari kayu hutan.

Dengan penasaran, aku mencoba mendekati mereka, dan tidak lupa pula segera aku memotret beberapa aksi tingkah laku mereka yang semakin membuatku sangat terkesima. Namun, seketika aku akan ikut serta dengan anak-anak kecil tersebut, tiba-tiba ponselku berdering, dan ternyata sebuah email baru telah masuk ke ponselku. Sungguh, begitu tekejutnya diriku, ternyata karya ilmiah yang kutulis mengenai Pesona Alam Bono, telah berhasil terpilih menjadi 5 karya ilmiah terbaik di lomba festival sayembara budaya nasional. Tentu saja, ini akan menjadi peluang bagiku, dan langkah awal terbaikku untuk mengenalkan tentang pesona alam Bono kepada para masyarakat di luar sana. Sehingga, dengan demikian, aku dapat mewujudkan cita-citaku, dan juga atuk, untuk menjadikan kampung Pulau Muda menjadi sebuah kampung wisata di Kabupaten Pelalawan. Dengan tergesa-gesa segera aku pulang kerumah, dan menyampaikan kabar terbaik ini kepada atukku. Dan, sesampai dirumah atuk, seperti yang aku harapkan, dengan raut wajah bahagianya, atuk kemudian memelukku dengan hangat sembari mengucapkan terimakasih.

“Terimakasih nak, sungguh, atuk sangatlah bangga kepada kamu. Atuk dan semua warga di sini akan berdoa, semoga dengan kembalinya kamu ke Jakarta untuk mempresentasikan pesona alam Bono yang ada dikampung kita ini, maka, ini semua akan menjadi awal bagi kita semua untuk menjadikan kampung Pulau Muda ini menjadi sebuah Kampung Wisata. Dan selanjutnya, akan membantu masyarakat di Kampung ini, menuju ke kehidupan yang lebih baik lagi”.

“Iya tuk, Insyaallah Nazri janji, setelah satu bulan Nazri di Jakarta, maka Nazri akan kembali lagi ke Kampung Pulau muda ini, dengan tidak sendiri, tetapi bersama para ibu-ibu dan bapak-bapak permerintah pusat yang akan membantu menjadikan kampung kita menjadi sebuah Kampung Wisata. Nazri akan tampil sebaik mungkin untuk menjadi juara, tuk. Dan akan meyakinkan kepada semua orang diluar sana, jika kampung kita, kampung Pulau Muda, memiliki fenomena alam sungai yang langka dan sangat indah. Percayalah dengan Nazri, tuk, Nazri akan tepati janji Nazri dengan atuk dan semua warga disni”. Denga senyum terbuka aku berusaha meyakinkan atukku, sembari memeluknya dengan hangat. Sesuai dengan janjiku terhadap kampung Pulau Muda ini, bahwa tiga bulan kemudian, aku akan kembali lagi, bersama sebongkah mimpi yang akan ku wujudkan unutk memajukan Kampung kelahiranku ini.

3 BULAN KEMUDIAN…

Bersama riuhan angin pagi yang bersenandung, aku kembali lagi ke kampung Pulau Muda, dengan kebahagiaanku yang tak terkira. Sungguh, dipagi yang bersahabat ini, bersama siulan burung-burung yang bertengger di ranting-ranting pohon dekat sungai Bono, terdengar beberapa alunan musik gambus dan kompang yang menderu-deru menyambut kedatanganku dan juga beberapa ibu-ibu dan bapak-bapak dari pemerintah pusat yang datang bersamaku. Bukan hanya itu, ketika dari sudut kanan memasuki alun-alun acara, ternyata, telah berdiri lima para gadis remaja di kampungku, yang dengan bahagiannya menyambut kedatangan kami dengan menampilkan sebuah tarian persembahan melayu, yang kemudian ditutup dengan menyuguhkan sebuah tepak yang berisikan sekapur sirih untuk dikunyah oleh kami, sebagai tanda penjamuan yang dilakukan oleh masyarakat melayu di Pulau Muda terhadap kami para tamu yang datang. Selanjutnya, ketika aku mencoba mengambil beberapa foto para gadis remaja yang menari tersebut, terlihat didepanku, atukku yang sedang berjalan menuju kearah dimana kami berdiri, dan dengan sapaannya yang ramah, menyambut kedatanganku bersama ibu-ibu dan bapak-bapak dari pemerintah pusat.

Dengan gagahnya, atukku sembari tersenyum seraya mengenakan pakaian adat melayu serta tajak di atas kepalanya.

Begitu juga dengan para lelaki di Kampung Pulau Muda yang juga mengenakan pakaian kurung adat melayu dan juga tajak diatas kepala mereka. Kemudian, bersama dentakan-dentakan kompang yang dimainkan, terlihat beberapa para remaja putri di Kampungku, yang menari tarian melayu Bono dengan indahnya. Sungguh benar-benar panorama budaya yang sangat indah dan sangat menawan. Sementara itu, disaat dimana aku dan beberapa tamu lainnya sudah terduduk dengan rapi di kursi tamu, tibalah sudah, saat dimana yang aku tunggu-tunggu. Yaitu, sebuah kata sambutan yang akan dikemukakan oleh pak Rohim, selaku Kepala Desa dari Kampung Pulau Muda, yang mewakili para masyarakat Pulau Muda dan juga atukku, untuk memberikan kata sambutan terimakasih kepada kami, para tamu yang hadir.


“Assalamualaikum, selamat datang kepada ibu-ibu dan bapak-bapak, yang telah datang di Kampung Pulau Muda ini. Bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian, inilah dia kampung Pulau Muda, sebuah perkampungan sederhana yang terletak di sudut timur Kabupaten Pelalawan, Kecamatan Kuala Kampar. Sebuah perkampungan masyarakat melayu yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai adat istiadat dan kekerabatan di dalamnya. Saya selaku Kepala Desa di kampung ini, mengucapkan terimakasih kepada nak Nazri, yang sudah berupaya menuangkan ide-ide kreatifitasnya untuk membantu memajukan perkampungan ini menjadi sebuah Kampung Wisata. Sungguh, saya sangat bangga sekali, dikarenakan di kampung ini, nak Nazri telah berhasil menuangkan prestasi yang membanggakan bagi kampung Pulau Muda ini. Dan selanjutnya, terimakasih saya ucapkan kepada para ibu-ibu dan bapak-bapak dari pemerintah pusat yang dengan senang hati, sudah mau memberikan motivasi dan bantuan material ataupun moril kepada kami, para masyarakat Kampung Pulau Muda, untuk dapat mewujudkan kampung ini, menjadi sebuah kampung wisata. Saya berharap, semoga hingga dimasa yang akan datang, kampung Pulau Muda dan juga kelestarian alamnya, yaitu keindahan gelombang Sungai Bono, dapat terlestarikan dengan baik dan dikenang oleh seluruh masyarakat melayu yang ada di kabupaten Pelalawan, maupun, oleh masyarakat yang ada di Indonesia serta mancanegara. Demikianlah kata sambutan ini, Wassalamualaikum,wr.wb”.

Dan, kemudian, selepas pak Rohim menutup kata sambutan yang disampaikannya, dengan serentak, terdengar begitu nyaring dan gembiranya, tepuk tangan yang sangat meriah, yang diberikan oleh para tamu yang hadir dan juga masyarakat Pulau Muda kepada pak Rohim tersebut. Sungguh, sebagai seorang pemuda yang lahir dari Kampung Pulau Muda, ada rasa kebanggaan tersendiri yang berada didalam diriku.

Dapat kurasakan dengan sempurna, segenap usaha dan tekad kuat yang selama ini selalu terpatri di dalam langkah kakiku untuk mewujudkan cita-citaku memajukan kempung Pulau Muda, sudah terwujudkan dihari ini.

Dan dengan mengucapkan bissmillahirahmanirahim, akhirnya diresmikanlah kampung Pulau Muda sebagai kampung wisata, surganya alam Sungai Bono, di Kabupaten Pelalawan. Inilah, cerita dibalik pesona alam Bono.-

TAMAT


Karya : Aisyah Nur Hanifah

No comments:

Post a Comment

SAHABAT

Dodo duduk di halaman belakang rumah sedang asik main game di Hp-nya. Tony yang selesai mengerjakan tugas kuliahnya, ya keluar dari kamarnya...