Pages

Wednesday, November 13, 2019

WAYANG DAN PAKDE

“Pakde.. Pakde.. nanti malam ada wayangan di rumah Pak Lurah lihat ya Pakde.” teriakku sambil berlari mengejar Pakde. Pakdeku namanya Pakde Tirto, dia bekerja sebagai buruh tani dan dalang.

“Iya.. iya.. nanti malam kan Pakde yang jadi dalangnya.” jawab Pakdeku.

“Oiya, aku lupa.”

Di daerahku biasanya kalau ada orang yang punya kerja atau mau menikah pasti ada wayangan. Siapa yang tidak tahu wayang, kebudayaan asli Indonesia, yang tercatat sebagai warisan dunia UNESCO. Wayang yang terkenal sampai ke mancanegara. “Di.. Rudi.. nanti malam ada pertunjukan wayang di rumah Pak Lurah kita lihat yuk..” kataku kepada Rudi yang saat itu sedang membuat layangan, Rudi memang pintar membuat layangan.

“Iya.. teman-teman yang lainnya nanti aku kabari.” jawab Rudi. “Bu.. besok malam aku boleh ya pergi lihat wayangan di rumah Pak Lurah, besok kan Minggu Bu.. boleh ya.” pintaku kepada Ibu.

“Iya boleh.. tapi jangan sampai ketiduran loh ya.” jawab Ibuku sambil tertawa. Aku pun ikut tertawa.

‘Ke rumah Pakde ah.. minta diajarin cara buat wayang.. pasti seru..’ batinku.

“Main dulu ya Bu.” kataku. Sesampainya di rumah Pakde ternyata sudah ada banyak temanku di sana, pasti minta diajarin buat wayang juga.

“Assalamualaikum.” salamku.

“Waalaikumsalam.” jawab semua temanku.

“Aku mau ikut bikin wayang dong.. ajarin ya Pakde.” pintaku.

“Iya.. ini alat dan bahannya.” kata Pakde sambil menyerahkan kulit kerbau yang sudah dikeringkan, pewarna, buluh, dan tali. “Kulit yang sudah dikeringkan lalu diukir atau ditatah menggunakan alat setengah lingkaran yang ada di kotak itu.” kata Pakde sambil menunjuk kotak di sudut ruangan.

“Setelah ditatah lalu kulit kerbau diberi warna sesuai tokoh wayang kalian masing-masing.” lanjut Pakde.

Setelah beberapa jam akhirnya jadi juga wayangku. Aku membuat wayang tokoh Werkudara atau Bima.

“Pakde, wayangku bagaimana bagus tidak?” tanyaku meminta pendapat Pakde.

“Sudah bagus kok bagi kamu yang masih pemula.” jawab Pakde sambil meneliti wayangku.

Hari sudah mulai malam, aku segera pulang ke rumah, mengingat nanti malam ada pertunjukan wayang di rumah Pak Lurah.

“Bu, lauknya apa?” tanyaku kepada Ibu yang sedang duduk santai di teras rumah.

“Di dapur ada sayur bayam, tempe goreng, dan tumis kangkung.” jawab Ibu.

Aku segera menuju dapur untuk makan, setelah itu aku menuju kamar mandi untuk ambil wudu dan salat maghrib.

“Wayangannya mulai jam 9 malam Bu.. Aku pergi ke rumah Pakde dulu ya Bu.. nanti malam Pakde yang jadi dalangnya. Ibu nanti malam lihat nggak?” kataku pada Ibu yang sekarang sedang melihat acara TV kesukaannya.

“Ibu tidak lihat.” jawab Ibu.

Sesampainya di rumah Pakde aku minta diceritakan kisah pewayangan tentang Perang Tandhing antara Adipati karena dengan Arjuna. “Ceritain ya i.” mintaku.

“Iya.. begini ceritanya.” Pakde cerita kira-kira 15 menit, dan sekarang sudah jam setengah sembilan malam.

“Pakde ayo kita pergi ke rumah Pak Lurah.. Pakde kan yang jadi dalangnya.” kataku.

“Iya bentar, Pakde siap-siap dulu.” jawab Pakde.

Sesampainya di rumah Pak Lurah, aku mencari teman-temanku dan duduk di barisan ketiga dari depan. Pertunjukannya dimulai tepat pada pukul 9 malam. Di sini ada sinden yang menyanyikan tembang-tembang Jawa dengan suara yang sangat merdu, Sinden berjumlah 4 orang, di samping Sinden ada alat-alat musik komplit, ada bonang, gong, saron, kenong, kendhang, kempul, rebab, dan banyak lagi. Pertunjukan wayang pada malam ini menceritakan tentang kisah Ramayana, yaitu kisah tentang Rama yang berusaha menyelamatkan Sinta kekasihnya. Pakde memainkan wayang di tangannya yang lincah dengan latar belakang kelir atau disebut sebagai layar lebar. Dengan rapi wayang dijajarkan di debog pisang, debog adalah pelepah pisang yang berada di bawah kelir.

“Ayo pulang, pertunjukannya sudah selesai.” kataku pada teman-teman. Pertunjukan wayang selesai tepat pada pukul 3 pagi. Para sinden menuju ruang ganti, banyak orang hilir mudik untuk mengangkut gamelan, debog, kelir, dan kotak wayang. Aku tidak lupa menghampiri Pakde dan mengatakan.

“Pakde pertunjukannya bagus sekali, aku dan teman-temanku sangat senang.” kataku pada Pakde dengan bergembira.

“Iya… makasih ya Anto.” jawab Pakde yang saat itu sedang melepas blangkonnya. Aku sangat senang sekali hari itu, bisa belajar membuat wayang, bisa melihat pertunjukan wayang, aku sangat berterima kasih sekali kepada Pakde yang sudah mau mengajarkanku membuat wayang.


Karya : Sahla Aurelia Purnadiva

No comments:

Post a Comment

SAHABAT

Dodo duduk di halaman belakang rumah sedang asik main game di Hp-nya. Tony yang selesai mengerjakan tugas kuliahnya, ya keluar dari kamarnya...