Pages

Wednesday, November 13, 2019

KU BAWA KAU KE NEGERI ORANG

Kubuka mata ini yang masih berat. Kubiarkan saja badaku yang masih pegal ini bangun. Kulangkah kan kakiku ke kamar mandi yang kecil, kumuh dan sempit. Yang mungkin jarang sekali ditemui. Kuambil air dengan telapak tangan suciku ini dan aku bersiap tuk wudhu.

10 menit berlalu, aku harus segera mandi. Sebelum mandi, seperti biasa aku harus mengambil air di sungai yang cukup jauh dari istana kecilku. Aku harus melewati berbagai rintangan yang menerpa. Goyangan rerumputan seakan-akan memberiku semangat.

Setengah jam kulalui hanya untuk mengambil air. Setelah itu aku bergegas tuk mandi. “Kinanthi, cepat berangkat ke sekolah sebelum orang-orang berangkat bekerja” Kata wanita cantik yaitu Ibuku yang sudah tidak bisa apa-apa lagi karena kelumpuhan sejak 5 tahun yang lalu. “iyaa bu sebentar lagi Kinanthi berangkat” kataku sebari memakai sepatu yang sudah tidak layak pakai ini. Maklum, aku, ibuku, dan satu orang adiku hanya tinggal tanpa seorang ayah. Ayahku telah meninggal sejak 6 tahun yang lalu ketika aku masih berusia 7 tahun karena penyakit yang dideritanya. Terpaksa aku harus menafkahi keluarga kecilku ini sebagai penjual kue tradisional ke tetangga-tetangga dan biasanya aku bawa hingga ke sekolah. Biasanya pagi-pagi buta ibuku telah membuat kue tersebut, dan sebelum berangkat aku pun harus menjajakan kue-kue tersebut kepada para tetangga dan teman-temanku.

35 menit telah berlalu, akhirnya aku sampai ke sekolah. Aku pun memasuki kelas dengan membawa dagangan kue-kue ku ini.

“ihhh, anak miskin, mau ke sekolah kok harus jualan sich? Gak mampu bayar uang sekolah? Hahaha.. makannya gak usah sekolah ajaa” ledekan Yuri kepadaku.

Tetapi aku hanya membalasnya dengan senyuman. Karena, jika aku bertengkar dengannya, itu percuma, karena tidak akan menyelesaikan masalah. Aku sudah sering diejek oleh teman-temanku.

“Kinanthi, duduk sini” kata Rena.

“Hay, iyaa” balasku.

Aku pun duduk di samping Rena. “Rena, emang kamu gak malu, punya teman sepertiku, aku kan jelek, miskin. Sedangkan kamu, cantik kaya pula” tanyaku kepada Rena.

“Udahlah Kin, kita itu berteman kan bukan dilihat dari fisik dan kekayaan. Kalau kita udah cocok ke seseorang tersebut, kenapa kita harus malu berteman dengannya” balas Rena yang membuatku tersenyum bahagia, karena ternyata aku masih mempunyai teman sebaik dia.

“tapiii Ren” balasku penuh keraguan.

“udah-udah…” balas Rena sambil tersenyum.

Tett, tett, tett…

Bel masuk pun berbunyi, menandakan pelajaran akan segera dimulai. Oh ya, pagi ini kelas kami Ulangan Ips. Keadaannya pun menjadi sunyi. Aku yang duduk di depan Yuri, merasa aneh karena ada yang melempariku kertas dari belakang. Aku pun tidak mau menoleh, karena bisa-bisa aku dikira menyontek. Kertas itu pun terjatuh, tanpa di sengaja kertas tersebut di ambil oleh Pak. Sholeh. Pak Sholeh pun langsung menanyakan kertas tersebut milik siapa. Sepertinya kertas tersebut bersisi contekan. Yuri langsung saja menuduhku, tanpa ada bukti yang tidak jelas.

“Kinanthi pak.. itu milik Kinanthi” tuduhan Yuri kepadaku.

Aku pun langsung mebenarkannya “tidak pak, itu bukan milik saya” jelasku.

“sudah-sudah nanti Kinanthi dan Yuri ke ruang bapak, ada yang mau bapak bicarakan sama kalian berdua” jelas Pak. Sholeh.

“tapii pakk.. kenapa harus sama saya? Emang saya salah apa?” bantah Yuri.

“sudah, nanti dibicarakan di ruang saya” bentak pak Sholeh.

Suasana pun menjadi agak panas. Waktu untuk ulangan pun telah habis. Kemudian dilanjutkan oleh mata pelajaran selanjutnya.

Tett… tettt… tettt.. bel istirahat pun berbunyi. Aku pun langsung keluar dan menju ruang pak Sholeh. Tokk tokk tokk, aku pun mengetok pintu dan kemudian aku dan Yuri dipersilahkan duduk. Aku merasa khawatir.

“begini, untuk masalah ulangan tadi sudah, tidak usah difikirkan, saya hanya ingin memberi tau, bahwa kalian berdua kurang lebih 1 bulan ini akan mengikuti lomba nembang dan nari tingkat Provinsi. Buat Kinanthi, kamu lomba nari, buat Yuri kamu mendapat untuk mengikuti lomba nembang” kata Pak Sholeh.

“pakk.. tapi saya gak begitu pintar menari” kataku.

“ihh.. apa sih bisanya kamu, nari aja nggak bisa” ejek Yuri.

“tenang Kinanthi, nanti ada guru profesional yang akan mengajari kalian” balas Pak Sholeh.

“pak, tapi saya gak bisa nembang, nembang jawa kan pak?” tanya Yuri. “iyaa nanti kamu nembang jawa. Lagu mulai difikirkan sejak sekarang” balas Pak Sholeh.

“ohh begitu siap pak” balas Yuri.

“Ya sudah, kalian boleh meninggalkan ruang bapak. Latihan yang semaksimal mungkin” kata pak Sholeh.

“iyaa pak, permisi” kataku dengan Yuri.

Kami pun meninggalkan ruangan pak Sholeh. Aku langsung kembali menuju kelas, aku hampir saja lupa ingin mengambil kue-kueku ke kantin, akhirnya aku menuju ke kantin, untuk mengambil kue-kueku kepada pemilik salah satu kios. Tiba-tiba bu. Minah atau pemilik kios yang aku titipkan kue-kueku memanggilku.

“Kinanthiii.. sinii.. cepetan” teriak bu Minah yang langsung menarik perhatian teman-teman yang berada di kantin.

“iyaaa buuu.. ada apa?” balasku mendekat ke bu Minah.

“lihat ini, kue-kue yang kamu titipkan, ini apaa… kenapa rambut bisa ada di kue-kue kamu. Kamu mau menjelekan nama kios milik ibu” kata Bu Minah.

“Yaa Allah bu, tidak buu… walau rumah saya jelek dan kotor tetapi pembuatan makanan ini sangat bersih dan higenis.” Balasku.

“halah… bersih gimana.. udah bawa makanan mu ini.. jangan pernah sekali-kali kamu menitipkan makanan ini ke kios ibu. Cari kios-kios yang lain” balas bu Minah.

“iyaa buu, maaf yaa bu” balasku.

“Yaa Allah ujian apa yang engkau berikan kepada hambamu yang malang ini?” batinku.

Ternyata semua itu kerjaan si Yuri yang ingin membalas dendam kepadaku. Aku tau ketika Yuri tertawa-tertawa dan menceritakan nya ke teman-temannya yaitu Adel dan Lutfia. Aku yang mengetahui semua ulah Yuri, aku tak mau membalas dendam ke Yuri. Biarkan saja, mungkin itu sudah menjadi takdir bagiku. Bel masuk pun berbunyi.
Aku pun mengikuti pelajaran dengan sepenuhnya. Tak terasa, jam telah menujukkan pukul 1 siang. Semua siswa pun pulang. Sebelum pulang aku mendapat kabar bahwa lomba diadakan kurang lebih 24 hari lagi, dan besok sepulang sekolah aku ada latihan nari di sekolah.

Kulihat daganganku yang belum habis, akhirnya aku memutuskan untuk menjajakan kue-kue ku ke pasar dekat sekolah. Walau sang surya telah berada tepat di atasku. Satu setengan jam aku berada di pasar. Alhamdullilah, semua daganganku habis. Aku merasa bahagia, karena aku pulang bisa membawa seplastik beras dan sesachet kecap manis. Aku hampir saja lupa untuk melaksanakan sholat Dzuhur, akhirnya aku mencari musholla terdekat. Ku luangkan waktu untuk sholat.

Sesampainya di rumah, aku langsung memasakan beras untuk dimakan kita bersama. Adikku sudah mulai kelaparan.

“kak, makanannya sudah jadi?” kata Adikku, Hana.

“bentar ya dek, 5 menit lagi” kataku sambil menunggu nasi masak. Tak seperti di rumah-rumah lain, yang masak menggunakan kompor. Keluarga kami dari dulu menggunakan kayu bakar. Kekurangan menggunakan kayu bakar adalah asap yang banyak dan jika terkena mata sangat perih. Biasa sekali jika aku, ibu dan adikku batuk-batuk. Nasi pun masak, tidak seperti yang kalian bayangkan, nasi yang aku buat sangat sedikit. Kiranya hanya untuk 2 orang. Melihat ibu sedang tertidur lelap, kuputuskan aku dan adikku makan dahulu. Adikku makan dengan lahapnya. Walau tiada lauk, kecap dan garam sudah merasa special bagiku.

“kak, kok kakak gak makan?” tanya adikku.

“ohh ini buat ibu dek, kakak udah makan” balasku yang berbohong.

“ohh gitu kak, oke” balas adikku.

“Ya Allah maafkan hambamu ini yang telah berbohong kepada adikku sendiri, aku tak mau jika ibu ku tak makan seharian. Aku rela mati demi ibu” batinku.

Air mata ku pun mulai menetes. Aku pun segera mengusapnya. Ibu ku pun bangun, aku langsung siap menyuapinya.

“bu, makan dulu yaa..” kataku.

“udah nak, kamu makan dulu aja” balas ibu.

“udah bu, Kinan udah makan tadi” kataku yang berbohong.

“yaa udah..” balas ibu.

Akhirnya aku menyuapi ibuku dengan penuh kesabaran. Aku pun langsung memberi tau, bahwa aku telah dipilih untuk mengikuti lomba menari tingkat Provinsi. Kejadian di kantin tadi, sengaja aku tidak ceritakan. Karena jika aku ceritakan, akan membuat kondisi fisik ibu melemah, dan jika itu terjadi, terpaksa ibu harus dirawat di puskesmas, untuk makan saja kurang, apa lagi buat biaya perawatan, itu mustahi. Setelah selesai aku menyuapi ibu, aku langsung mencuci pakaian di belakang rumah. Malam tiba, seperti biasa pasti setiap malam rumahku banyak nyamuk. Itu hal yang biasa yang kita alami.

Sang surya mulai bangun dari tidurnya. Kubuka jendela manis kecilku. seperti biasa, aku sholat dan langsung mandi. Pukul 6.15 aku sudah siap berangkat ke sekolah sambil membawa dagangan kue ibuku. Aku sangat senang karena aku bisa membantu ibu. Tiba-tiba sesampainya di sekolah, aku terkejut karena Lomba Menari tersebut dimajukan menjadi 5 hari lagi. Aku mulai merasa pesimis aku yakin aku tidak akan menang. Tapi, dengan aku mengingat ibuku yang seperti itu, semangat ku kembali lagi, aku harus semangat, aku pasti bisa. Pulang sekolah aku berlatih menari bersama Bu. Astuti. Rencananya aku akan membawakan Tari Piring. Aku harus giat berlatih.

“Bu, tari piring itu dari mana sich?” tanyaku.

“ohh.. tari piring itu dari kota Solok profinsi Sumatera Barat” balas bu. Astuti.

“ohhh… tapi, bu, mengapa aku tidak sering melihat tari puring?, walau saya di rumah tidak ada tv, saya pernah melihat di tv tetangga saya, kok acara tv nya lebih banyak kebudayaan luar? Padahal kebudayaan Indonesia kan bagus-bagus bu. Aneh, anak jaman sekarang malah lebih cinta kebudayaan luar” kataku.

“iyaa, memang sekarang lebih banyak kebudayaan luar masuk begitu saja. Anak-anak jaman sekarang pasti tidak tau tari kecak itu?” balas Bu. Astuti.

“saya tau bu, tari kecak itu salah satu tarian yang berasal dari Indonesia tepatnya dari Bali. Betul kan bu?” balasku.

”iyaa betul sekali, apakah Kinanthi tau, siapa yang pertama kali menciptakan tari kecak?” balas Bu. Astuti.

“hmmm, ituuu Waaa.. waa siapa gitu pokoknya.. hehehe” balasku.

“wayan Limbak makusdnya?” terang Bu. Astuti.

“ohyaa bu.. betul-betul.. kenapa kita tidak membawakan tari kecak saja?” tanyaku.

“loh, tari kecak kan dimainkan puluhan bahkan ribuan orang yang duduk melingkar sambil mealunkan suara cakk cakk cakk cakk” balas Bu. Astuti. “ohh iyaa hehehe” balasku.

“yaa sudah, ayo kita belajar lagi, nanti malah gak jadi-jadi.. kurang 5 hari lagi.. semangat” balas bu. Astuti.

“wahh, pasti bu” balasku.

Akhirnya aku berlatih tari piring dengan semangat. Aku yakin aku pasti bisa, jadi seorang penari yang profesional merupakan cita-citaku sejak dulu. Dalam lomba ini, aku akan buktikan bahwa kebudayaan Indonesia lebih baik dan lebih bagus dari kebudayaan luar. 3 jam aku berlatih, aku mulai mampu menguasai gerakan. Ku ayunkan perlahan tangan manisku ini. Kuseka keringat yang mulai menetes. Aku mulai ahli dalam tari piring. Hari demi hari aku jalani. Cobaan demi cobaan aku hadapi. Aku ingin membuktikan bahwa seorang penari yang profesional bisa lahir dari mana saja. Bahkan dari tempat yang mungkin kalian anggap sampah.

Besok adalah lomba menari dan lomba nembang. Kulihat para pesaingku, wah aku semakin putus asa, karena pakaian mereka sangat bagus. Sedangkan aku sangat sederhana. Para peserta pun mulai menampilkan kepiwaianya dalam menari. Ketika juri mengucapkan “Kinanthi Putri Aisya dari SMP N Bukit Singgih dipersilahkan maju” .

Aku sangat tidak percaya diri, karena melihat semangat dari teman-temanku, aku pun mulai menaiki panggung mini.

Perlahan-lahan kuayunkan tanganku. Aku mulai merasa percaya diri. Para penonton memberiku tepuk tangan yang sangat meriah, aku tak menyangka itu. Sekarang waktunya Yuri menampilakn kepiwaiannya dalam menembang, Yuri menembangkan lagu Lir I Lir. Awalnya Yuri tidak ingin tampil. Peserta demi peserta pun telah menampilkan bakat mereka.

Sekarang, waktunya pengumuman pemenang. Dimana semua peserta dibuat shock dan deg-degan.

“Juara 3 lomba menari di menangkan oleh Arsyila Dewi Sukmana dari SMP Nusa Bangsa, pemenang kedua dimenangkan oleh Diana Ayu dari SMP tunas Bangsa, dan pemenang pertama dimenangkan oleh Kinanthi Putri Aisya dari SMP N Bukit Singgih, untuk para pemenang dipersilahkan maju untuk menerima piala dan sebgainya” jelas seorang juri.

Aku tak menyangka itu, wah hatiku sangat senang sekali. Akhirnya aku bisa menujukkan ke ibuku bahwa inilah bakatku. Aku dengan malunya maju ke atas panggung.

“dan untuk juara 3 lomba nembang dimenangkan oleh Liliana Rusyda Talitha dari SMP N Danar Nuksa, juara 2 dimenangkan oleh Yuriana Febri Pramesthi dari SMP N Bukit Singgih, dan juara pertama diraih oleh Adelia Putri dari SMP Setya Dua, dimohon untuk naik ke atas panggun untuk menerima hadiah dan lainnya. Wah ternyata Yuri menang juga, aku sangat bahagia. Aku langsung memberi selamat ke Yuri.

“Selamat yaa” kataku.

“iyaayya gak usah sombong deh, mentang-mentang juara 1” balas Yuri yang membuatku harus bersabar.

“aku bukannya sombong, aku hanya ingin memberi selamat ke kamu” balasku.

“halah.. alesan ajaa” balas Yuri.

“udah deh Kinn, jangan ditanggepin” saut Rena.

“Iyaa” balasku.

“Untuk pemenang juara 1 menari dan menembang ada lomba berikutnya yaitu lomba antar negara atau lomba internasional. Kalian akan mewakili Indonesia. Untuk info selengkapnya biar bapak atau ibu guru kalian memberi tau” jelas seorang juri.

Wahh, hatiku sangat senang, tak kusangka aku bias ke luar negeri, aku akan bahagiakan adikku dan ibuku tersayang.

Hari per hari telah kulalui. Penyakit ibu mulai parah. Aku tak tega meliht ibu yang sering batuk-batuk. Dengan uang yang aku dapatkan dari kemenangan lomba. Aku gunakan uang ini untuk berobat ibu. Ku periksakan ibu ke puskemas terdekat. Kata dokter, penyakit ibu tambah parah. Akhirnya aku putuskan untuk membeli beberapa obat dari resep dokter. Aku berjanji jika esok besar, aku harus menjadi orang yang sukses, aku janji akan menyembuhkan penyakit ibu.

Akhirnya kami pulang ke rumah. Sesampainya di rumah ada 2 orang berbadan besar, sepertinya itu orang ingin menagih utang kami. Padahal, uang sisa berobat tinggal sedikit, ketika aku ingin masuk ke rumah. Orang tersebut berkata
“ehh, anak kecil, mana ibu kau” bentaknya

“ibu?” balasku

“iyaa ibumu mana??”

salah seorang itu sambil menegok ke belakang dan melihat ibu

“ohh itu dia, eh mana bayaran kau, kamu sudah nunggak 2 bulan, janjinya minggu kemarin mau dibayar, mana uangnya? Kalau tidak rumah ini saya sita” jelasnya.

“jangan pak, jangan, kalau rumah ini disita kami akan tinggal dimana, ini satu-satunya harta benda kami pak” balas ibu.

“halah, alasan saja, pokoknya bayar yaa bayar” bentak orang itu.

“ya udah ini pak, ada beberapa uang, mungkin ini bisa sedikit mengurangi hutang kami” balasku.

“anakku, jangan kamu pakai uang itu untuk membayar, uang itu kan bisa buat kamu beli peralatan sekolah” balas ibu.

“udah bu.. tidak apa-apa, jangan difikirkan, yang penting ibu sama adik bisa tetap tinggal disini” balasku.

“ya udah kalau begitu, beberapa minggu lagi kami akan kembali kesini, kalian harus sudah bisa melunasinya. Mengerti?” balasnya.

“baik pak” kataku.

Ibu pun terlihat sangat senang.

Besok dimana aku harus mengikuti lomba tingkat internasional. katanya lomba tersebut diadakan di Malaysia. Alhamdullilah semua biaya di tanggung oleh sekolah. Aku belum pernah merasakan pergi ke luar negeri. Ada 1 masalah yang membuatku ragu utnuk pergi ke Malaysia. Bagaimana dengan ibuku? Aku tak tega meninggalkannya sendirian. Tetapi, kata guru aku, ibu bersama adikku sementara boleh menginap di rumah Bu Shanti atau guru IPS di sekolahku yang dikenal ramah dan baik.

Aku telah terbangun dari lautan mimpiku. Aku siap untuk berangkat ke Malaysia dengan tekad yang sangat kuat. Aku yakin aku pasti bisa mengenalkan budaya Indonesia yang sangat bagus kepada dunia. Aku berangat bersama para juara lainnya. Aku didampingi oleh Bu. Rani, Bu. Dewi, dan Bapak Santoso. Akhirnya aku sampai di Malaisya, ku injakan pertama kali kakiku ini di Malaysia. Aku diajak ke hotel untuk berisitirahat. Setelah itu aku makan di lantai bawah hotel. Sepertinya, besok adalah babak pertama lomba menari dan menembang. Sayangnya, lomba menembang tidak dari SMP kami. Rencananya aku besok membawakan Tari Gambyong. Kata Bu. Dewi ada 2 babak. Semoga saja Perwakilan dari Indonesia dapat memenangkan semua kategori lomba. Hari per hari telah ku lalui di Malaisya. Besok adalah Final, Alhamdullilah aku masuk 5 besar. Besok saya akan membawakan Tari Topeng. Peserta demi peserta telah menampilkan bakatnya. Segerlah aku untuk maju di depan banyak orang asing. Perasaaaku saat itu sangat campur aduk, antara senang dan sedikit gerogi. Tetapi, karena ambisi dan semangat ku untuk memperkenalkan Budaya Indonesia aku akan menampilkan yang terbaik untuk semua orang, khusunya ibuku tercinta. Aku akan segera membiayai seluruh pengobatan ibu dan kubayar lunas semua hutang-hutang keluargaku.

Jam demi jam telah berlalu. Semua peserta telah menampilkan budaya mereka masing-masing. Besuk dimana pengumuman pemenang lomba. Kami semua pun kembali ke hotel.

Sang bulan yang penuh keceriaan datang. Tiba-tiba aku sangat rindu kepada ibu dan adikku. Kuptuskan untuk menelefon mereka. “Assalamualaikum,” kataku. “waalaikumsallam, ini siapa yaa” balas seorang wanita “ini Kinanthi, lho, ini ibu kan?” balasku yang sedikit kebingungan. “ohh, dek Kinanthi, ini Bu. Shanti. Ibu dan adik kamu sudah tertidur pulas” balas bu Shanti. “ohh, ya udah bu. Salamkan dari saya untuk mereka semua, terima kasih” balasku. “iyaa dek, sama sama” balas Bu. Shanti.

Sang surya telah bangun dari tidurnya. Menandakan aku harus bangun dari lautan mimpiku. Aku segera mengambil air wudhu dan berdoa agar hasil yang aku capai ini dapat memuaskan. Setelah itu, aku mandi. Kata Bu. Dewi pengumuman pemenang lomba di bacakan pukul 12.00 atau setelah makan siang. Jadi, aku masih bisa menikmati suasana Malaysia.

Pukul 12.00 datang, jam di mana aku harus menerima apapun hasilnya. Alhamdullilah perwakilan dari Indonesia kategori “Menyanyi atau menambang lagu khas budaya negara” memenangkan juara 2. Aku sudah tak sabar ingin mendengar siapa pemenang kategori lomba “Menari tarian budaya negara”. “Juara ketiga diraih oleh, Fellixsya Hanna Jung dari Jepang yang membawakan tari nihon buyo, dan juara kedua di raih oleh Melisa Putri Bramantyo dari Singapura yang membawakan tari Bharatanatyam dan untuk juara pertama di raih oleh Kinanthi Putri Aisya dari Indonesia membawakan tari Topeng. Untuk para juara dipersilahkan maju untuk menerima hadiah dan foto bersama untuk kenang-kenangan” jelas juri atau host.

Ya Alllah aku tidak menyangka semua itu, ternyata aku bisa menang tingkat Internasioanal, Ya Allah aku mungkin mimpi. Tetapi, ketika aku menampar pipiku rasanya sakit dan ternyata ini benar-benar terjadi. Ya Allah terima kasih, akhirnya semua doaku engkau kabulkan. Aku pun segera maju dan menerima piala dan hadiah. Akhirnya perjuangan ku untuk mengenalkan Budaya Indonesia yang sangat keren ini dapat terwujud. Akhirnya kami semua pulang ke Indonesia dengan rasa bangga. Kami di sambut oleh Bapak Susilo Bambang Yudhoyono di istana negara. Satu moment yang tidak dapat dilupakan. Sesampainya di rumah, aku langsung memeluk ibu dan adikku. Aku sangat rindu sekali kepada mereka. Dengan uang yang kudapatkan ketika lomba kemarin, ibu sekarang lebih baik dari pada sebelumnya. Dan kami sudah dapat membeli rumah yang kami tinggali, yang sebelumnya kami hanya mampu mengontrak. Dan, kehidupanku sekarang lebih nyaman dibandingkan dulu. Sekarang, aku dan Yuri sudah menjadi teman bahkan sahabat. Tetapi, aku masih berjualan kue tradisional ke kantin bahkan ke pasar.

Pesanku kepada para generasi muda. Cintailah Keanekaragaman Budaya di Indonesia. Karena, dari Budaya lah suatu negara dapat menunjukan ciri khasnya. Pelajari dan lestarikan lah Budaya Indonesia. Dan, jika ingin mendapatkan apa yang kita harapkan, berusahalah dan terus berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Maaf ga bener, jelek, lagi iseng2 aja .. hihhihi..


Karya : Iustitia Widya Prastiti

No comments:

Post a Comment

SAHABAT

Dodo duduk di halaman belakang rumah sedang asik main game di Hp-nya. Tony yang selesai mengerjakan tugas kuliahnya, ya keluar dari kamarnya...