Pages

Sunday, November 10, 2019

POCONG

Kayano meremas roknya gemetar. Sudah nyasar, nyasar ke kuburan pula! Bagus kalau dia lagi di Jepang. Lha ini, di Indonesia! Diam-diam Kayano merutuk Kirara karena sudah menceritakan hal-hal seram pada tempat ini.

Flashback

“Orangtuaku sudah pernah mengajakku ke Bali. Pokoknya di sana keren, dah!” ungkap Okajima diikuti dengan senyum hent*inya, “banyak gadis-gadis berbikini di sana~”

Kataoka segera menjitak teman sekelasnya itu.

“Indonesia memang cocok sebagai tempat kalian akan mempelajari budaya dunia, minna-san, nurufufufu~” entah sejak kapan Koro-sensei berada di dekat mereka, “kebudayaan mereka sangat indah, bahkan diakui oleh dunia. Kalian tidak akan menyesal sensei ajak ke sana, nurufufufu~”

“Tapi kudengar, hantu-hantu di sana lebih menyeramkan daripada di Jepang,” Kirara mulai menakuti teman-temannya.

Beberapa anak perempuan mulai merinding. “So-sonna!” pekik mereka.

“Di sana ada yang namanya Kuntilanak, perempuan berambut panjang dengan baju putih yang sering duduk di dahan pohon kamboja. Kemudian Pocong, hantu dengan kain kafan putih yang kotor dan wajah membusuk,” Kirara terus menceritakan daftar hantu yang berada di Indonesia.

“Mou, hentikan!” seru Kayano ketakutan sambil menempel pada Nagisa.

“Tapi itu benar, kok,” ujar Nakamura datar, “sepupuku yang tinggal di Jawa saja bilang, kalau hantu-hantu Jepang kalah seram dengan hantu-hantu Indonesia.”

Kayano begidik. Hantu-hantu di Jepang saja sudah seram. Membayangkan yang lebih seram, Kayano tidak berani.

“Bisakah kalian berhenti membicarakan itu? Gurita kuning itu sudah sembunyi, lho,” Karma berujar datar campur kesal sambil memperlihatkan Koro-sensei yang bersembunyi di balik punggungnya.

Singkat cerita, mereka sampai di Bali.

“Ah, Kurahashi, bisa temani aku ke toilet sebentar, tidak?” tanya Kayano ketika mereka berada di area dekat kuburan.

“Oke, deh,” Kurahashi mengikuti Kayano ke salah satu toilet yang agak terpencil. Kayano masuk, sementara Kurahashi menunggu di luar.

Kayano keluar dengan wajah lega. Namun wajah itu segera hilang ketika ia menyadari bahwa hari sudah malam, dan tempatnya sekarang dikelilingi oleh pohon-pohon beringin yang mengerikan.

“Ku-kurahashi,” Kayano melirik tempat Kurahashi tadi menunggunya. Namun tempat itu kosong.

“Kami-sama, aku harus bagaimana~” ratap Kayano gemetar.

Flashback Off

Kayano terus berjalan gemetaran. Ia bahkan tidak tahu sekarang ia ada dimana!

Kayano sampai di sebuah batu nisan dengan gundukan kain kafan kotor. Ingatannya kembali pada cerita Kirara pada siang tadi.

“P-pocong,” ringis Kayano takut.

Kayano memilih berbalik, dan meninggalkan gundukan Pocong tadi di sana. Kayano melewati pohon kamboja besar. Lagi-lagi teringat cerita Kirara. “Semoga tidak ada…” harap Kayano.

Bruk!

Kayano terkesiap. Pocong lagi!

“K-KYAAAA!!” jerit Kayano ketakutan.

Sosok Pocong itu menggeliat, seolah mencoba untuk berdiri. Namun Kayano tidak bisa bergerak. Kakinya mati rasa.

Sosok Pocong itu kini berdiri. Wajahnya yang membusuk, mata merah menyala, dan lubang hidung disumpal, membuat Kayano serasa ingin pingsan saking takutnya. Kayano lungkai. Ia terduduk di tanah penuh dedaunan kering. Sosok Pocong itu membungkuk ke arahnya, mendekatkan wajahnya pada Kayano.

Kayano kembali menjerit. Mengumpulkan sisa-sisa tenaga, Kayano berlari menjauhi Pocong tersebut tanpa tahu ia berlari ke arah mana.

“Hiks, Nee-chan, Koro-sensei,” isak Kayano.

Kayano berhenti di sebuah pohon beringin besar dan bersandar di batang pohon tersebut. Kayano menunduk sebentar, kemudian kembali mendongak.

Deg!

Sosok Pocong itu kini berada di depan wajahnya.

“KYAAAAA!!!” teriak Kayano kencang.

“Kayano! Kayano! Kayano! Ini aku, Nagisa!”

Kayano membuka matanya. Di hadapannya sekarang bukan lagi sosok Pocong, tapi Nagisa.

“Hiks,” Kayano tidak dapat membendung air matanya. Ia langsung memeluk Nagisa, “NAGISAAA~~!”

Ternyata, menurut cerita Kurahashi yang menemani Kayano tadi, entah mengapa perasaan gadis penyuka serangga itu tidak enak. Maka ia memanggil-manggil Kayano, bermaksud mengajaknya mengobrol. Namun Kayano sama sekali tidak membalasnya. Kurahashi pun membuka pintu toilet tersebut perlahan, dan menemukan bahwa Kayano sama sekali tidak ada disana.

“Kamu sudah hilang 6 jam. Sekarang sudah jam 9, lho,” ujar Karma datar sambil melirik jam tangannya.

Kayano masih terisak.

“Maa, maa, Kayano sudah ketemu, kan? Ayo kita kembali ke hotel,” ajak Koro-sensei.

Semua mengangguk, kemudian mengikuti langkah koro-sensei untuk kembali ke hotel.

END


Karya : Vira D Ace

No comments:

Post a Comment

SAHABAT

Dodo duduk di halaman belakang rumah sedang asik main game di Hp-nya. Tony yang selesai mengerjakan tugas kuliahnya, ya keluar dari kamarnya...